• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR NAMA ORGANISASI EKSTRA KAMPUS DI USU BERDASARKAN KEDAERAHAN ATAU ORGANISASI PRIMORDIAL

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini menganalisis korelasi tentang pengaruh berita politik terhadap pengetahuan politik masyarakat yakni mahasiswa. Dengan mengambil arena dan konteks media masa Koran Harian Tribun, studi penelitian ini secara spesifik mendeskripsikan apa pengaruh berita politik terhadap pengetahuan politik (demokrasi, pemilu, partai politik) mahasiswa.

Latar belakang kajian penelitian ini berawal dari momentum demokrasi, peran media massa sangat vital. Berfungsi menjaga keseimbangan sebuah entitas negara dan masyarakat. Kebebasan pers termasuk media massa merupakan keunggulan dalam rezim demokrasi. Sehingga menjadi pilar penting dalam tegaknya berdemokrasi. Media massa memiliki fungsi kontrol. Karena melalui transformasi informasi, media massa mampu mengerem laju kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada kepentingan rakyat.

Media massa sangat erat hubungannya dengan kepentingan politik, karena salah satu tujuan media yakni untuk membentuk pendapat umum mengenai berbagai hal, terutama hal politik. Antara dunia politik atau politik praktis dengan media terjalin hubungan yang saling membutuhkan dan bahkan saling mempengaruhi. Media massa dengan fungsi persuasif yang mampu membentuk pendapat umum dan mampu mempengaruhi opini masyarakat terhadap isu-isu

politik yang sedang berkembang1

Merrill dan Lowenstein mengungkapkan bahwa media massa (surat kabar) tunduk pada sistem pers, dan sistem pers itu sendiri tunduk pada sistem politik yang ada. Artinya, dalam memberikan informasi kepada masyarakat atau dalam penyampaian pesan, surat kabar harus berada dalam lingkaran regulasi yang ditetapkan

. Dengan kata lain media massa dikenal sebagai pembentuk opini publik yang efektif, dimana media massa mampu masuk ke dalam alam bawah sadar seseorang, dan akhirnya mampu memengaruhi pemikiran orang tersebut.

2

Pada perkembangannya, berbicara media massa sudah tidak bisa dilepaskan lagi muatan – muatan politik dan begitu juga sebaliknya, berbicara politik tidak bisa dilepaskan dari media yang memuatnya. Masa yang semakin berkembang sekarang ini berita – berita politik bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu seperti yang pernah terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru, atau hanya milik orang-orang tertentu saja. Kini politik menjadi bagian dari masyarakat. Bahwa politik itu adalah masyarakat itu sendiri, artinya bahwa setiap kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari politik, yang di dalamnya ada kegiatan mempengaruhi, dan aturan – aturan maupun norma-norma yang mengikat setiap kegiatan dalam masyarakat.

.

1

Dan Nimmo, 1989. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal: 217

2

Harsono Suwardi, 1993. Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.hal:17

Sehingga media juga dianggap sebagai institusi sosial yang memfasilitasi masyarakat menjalankan diskursus sosial. Dalam struktur intermedieri media massa dapat dijadikan untuk mewujudkan hak politik rakyat secara komunikatif. Dan sebagai ruang publik politis dimana setiap orang dapat menyampaikan pendapat. Dengan kata lain penyambung realitas penyelenggaraan kekuasaan dan realitas yang terjadi di masyarakat. Dalam beberapa pengalaman demokrasi di sejumah negara di dunia, media massa selalu memainkan peranan penting paling tidak dalam mensosialisasikan agenda –agenda politik yang seharusnya diketahui publik3

Di Indonesia, dengan sistem pemilihan langsung yang didukung oleh peran media secara maksimal, ke depam posisi dan peran partai politik akan semakin berkurang. Media akan mulai menggeser peran –peran yang biasanya dimainkan partai politik. Konsekuensinya, besar kecilnya partai tidak akan lagi memberikan efek signifikan dalam memperoleh kemenangan politik yang dilakukan melalui proses pemilihan umum

.

4

Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan aktor politik mengenai perkembangan politik. Keikutsertaan media dalam mengubah sistem politik dengan melalui pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni, upaya pembangunan sikap dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik atau aktor politik. Dalam

.

3

Asep Saeful Muhtadi, 2008. Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal:5

4

kerangka ini media menyampaikan pemberitaan-pemberitaan politik kepada khalayak5

Berbagai informasi tersebut tentu sangat dibutuhkan masyarakat, terlebih mereka yang telah memiliki hak pilih dalam pemilu. Terlebih lagi bagi pemilih muda, yang pada pemilu 2014 baru pertama kali hendak memberikan hak suara mereka. Pengetahuan maupun pendidikan politik tentang demokrasi, sistem pemilu legislatif, DPD, informasi seputar pemilu presiden dan wakil presiden, tata

. Penyampaiannya dalam berbagai bentuk, antara lain berupa audio, visual maupun audio-visual yang didalamnya terdapat simbol politik dan fakta politik. Dan dimuat dalam media cetak maupun media elektonik.

Melihat pengaruh media yang dipaparkan di atas, media massa termasuk koran tentu pantas diberi apresiasi karena fungsinya dalam memberikan tentang berbagai isu penting terkait dinamika politik yang terjadi selama ini. Misalnya intensifitas pemberitaan media massa terhadap berbagai isu pemilu 2014. Kisruh tentang Daftar Pemilih Tetap (DPT), kegiatan kampanye para caleg, berbagai regulasi pemilu dari penyelenggara pemilu, hingga polemik tentang nama capres terpopuler hasil sebuah survey, semuanya tidak luput dari pemberitaan media massa. Selain itu masyarakat juga dapat mengetahui perilaku politik para pemerintah, peristiwa politik dari berbagai media massa sebelum mereka akhirnya membuat suatu kesimpulan dari informasi yang diterimanya dari media.

5

Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, Jakarta: Granit, hal:9

cara pemberian suara, sampai hal – hal teknis bagaimana penentuan caleg terpilih, tentu sangat dibutuhkan mereka. Di tengah keterbatasan sosialisasi pemilu dari penyelenggara pemilu seperti KPU, pemilih muda tentu sangat terbantu saat fungsi tersebut sebagian diambilalih oleh media massa. Argumentasi inilah yang menjadikan dasar bagi peneliti bahwa penelitian ini menarik dan penting untuk dilakukan.

Lantas mengapa mahasiswa (pemuda) sebagai objek penelitian? Hal ini didasari oleh kaum muda atau masyarakat intelektual (mahasiswa) dikatakan sebagai tulang punggung suatu negara merupakan ungkapan yang sangat tepat. Generasi muda adalah posisi poros berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat dan Negara. Oleh Jack Newfield, menilai kelompok minoritas mahasiswa itu sebagai “a propetic minority”6

6

Denny J.A, 2006, Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda Era 80-an, Yogyakarta: LKIS, hal:xxxiv

. Mahasiswa adalah kelompok minoritas dalam masyarakat bangsa. Bahkan para aktivis yang disebut kaum radikal baru itu hanyalah minoritas juga dalam populasi mahasiswa. Tetapi mereka memainkann peranan yang profetik. Mereka melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang tidak atau belum dipikirkan masyarakat umumnya. Tidak sekedar perubahan – perubahan marginal, melainkan perubahan fundamental. Memikirkan suatu proses transformasi. Kekuatan ini dibuktikan ketika mahasiswa menyatukan persepsi pada tahun 1997 tentang keotoriteran rezim Orde Baru mampu melahirkan sebuah Reformasi dalam Negara Indonesia.

Maka, tepatlah kiranya jika peneliti mencoba menyajikan kaum terpelajar yang tentunya kaum muda yakni yang masih mengecap perkuliahan disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Utara sebagai objek penelitian yakni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik salah satunya. Alasanny, mahasiswa FISIP USU merupakan mahasiswa yang setidaknya sedikit banyak memahami dan tidak asing lagi terhadap dinamika sosial politik di tingkat lokal maupun nasional.

Dari argumentasi di atas dapat diajukan sebuah asumsi atau kesimpulan sementara bahwa pendidikan politik sangat penting bagi mahasiswa selaku kaum intelektual. Fungsi pendidikan politik dan sosialisasi politik ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak dan lembaga, diantaranya partai politik, pemerintah dan media massa. Dan ketertarikan penulis berita politik dalam media massa harian tribun medan terhadap permasalahan pengetahuan politik, berawal dari ketika penulis mengadakan survei kecil-kecilan terhadap 10 orang mahasiswa FISIP USU (Jurusan Politik, Administrasi Negara, Komunikasi, Antropologi dan Sosiologi) yang dipilih secara acak dengan mengajukan pertanyaan seputar media koran apa yang sering diakes dalam mencari informasi seputar sosial politik.

Pertanyaan saya ajukan adalah pertanyaan yang paling mendasar, yakni: apa yang terlintas dibenak anda ketika mendengar istilah politik? Menurut anda koran apa saja yang menyediakan informasi seputar sosial politik? Koran apa yang sering anda beli dan anda baca beserta alasanya? 7 orang menyebutkan, politik itu adalah kekuasaan. Maka, ketika saya melanjutkan bertanya mengenai koran yang menyediakan informasi seputar politik, mereka menjawab KOMPAS,

Waspada, Tribun, SIB, Sindo. Terakhir, koran apa yang sering anda baca dan beli mereka menjawab Tribun, Waspada, Kompas. Dengan alasanya Tribun murah, ada informasi seputar pemilu, dan Tribun juga menyediakan informasi dalam bentuk media elektronik/ Tribun news.com, sedangkan sesekali koran kompas sebab harganya cukup mahal bagi kalangan mahasiswa. Dan tiga orang lainnya mengatakan tidak mengerti apa itu politik, dan mereka tidak perduli dengan politik kemudian menambahkan mereka jarang membaca koran.

Dari pernyataan dan kenyataan diatas, dapat diajukan sebuah prasangka atau kesimpulan sementara bahwa pengetahuan politik mahasiswa FISIP USU cukup baik. Selanjutnya karena dari berbagai fakta dan data yang disajikan sementara, media massa yang dipilih dalam penelitian ini adalah media harian Tribun. Argumen inilah mengapa media Tribun yang dijadikan salah satu alasan peneliti sebagai fokus media penelitian.

Dokumen terkait