• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR NAMA ORGANISASI EKSTRA KAMPUS DI USU BERDASARKAN KEDAERAHAN ATAU ORGANISASI PRIMORDIAL

1.5. Kerangka Teori 1 Media Massa

1.5.2. Media Massa Dan Politik

. Media massa menjadi penting karena memang memiliki kekuatan. Bukan sekedar mampu menyampaikan pesan kepada khalayak tetapi lebih karena media menjalankan fungsi mendidik, mempengaruhi, menginformasikan dan menghibur. Dengan fungsi demikian maka media massa memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran, mengubah sikap, pendapat atau persepsi masyarakat tertahadap suatu hal. Persepsi masyarakat karena pengaruh pemberitaan media massa, bisa berubah menjadi positif maupun negatif tergantung bagaimana pikiran yang terbentuk dibenak masyarakat setelah mendapat informasi mengenai hal tertentu.

Diskusi mengenai hubungan antara media dengan politik (kekuasaan) selama ini cenderung menempatkan posisi media hanya sebatas alat kekuasaan dari rezim. Pandangan seperti ini berpijak pada beberapa analisis yang menempatkan fungsi ideologi media sebagai alat merekayasa kesepakatan tatanan sosial-politik (Herman dan Chomsky, 1989). Dalam istilah lain, media adalah bagian dari ideologi aparatur negara (Althausser, 1971) dan berfungsi untuk memelihara hegemoni kekuasaam (Tuchman, 1974) dalam Ishadi11

10

Dan Nimmo, Op,Cit, hal: 169

11

Ishadi SK, 2014. Media dan Kekuasaan, Televisi Di Hari -Hari Terakhir Presiden Soeharto, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, hal:29

Menempatkan media hanya sebagai alat kekuasaan berarti menganggap medan media adalah medan yang statis. Padahal di dalamnya terdapat interaksi kompleks antara para agen, khususnya para jurnalis media, pemilik modal, dan bahkan pihak keamanan sebagai representasi langsung negara. Media digerakkan secara dinamis, khususnya oleh para pekerja di bidang tersebut. Ada tiga peran yang dimainkan oleh media dalam hubungannya dengan kekuasaan, yakni media sebagai alat politik (political tool), pendukung kritis (critical supporter), dan pembangkang (spoiler) dari rezim12

Sejalan dengan pemikiran Louis Althusser, yang pernah menulis bahwa media dalam hubungannya dengan politik (kekuasaan) menempati posisi strategis, terutama karena media memiliki kemampuan sebagai sarana legitimasi. Media (massa) sebagaimana lembaga- lembaga pendidikan, agama, seni dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis untuk mempengaruhi masyarakat atas rezim yang berkuasa (ideological states apparatus). Namun bagi Antonio Gramsci media merupakan arena pergulatan antar ideology yang saling berkompetisi

.

13

Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideology dan kepentingan direpresentasikan. Dengan demikian, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideology penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana

.

12

Ishadi, ibid, hal: 30

13

Alex Sobur, 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal: 30

serta sebagai alat untuk menyebarkan propaganda atas eksistensi dirinya. Dan di sisi lain media bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrument bagi kaum tertindas untuk membangun kultur tandingan.

Media massa merupakan sebagai suatu alat untuk menyampaikan informasi, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris14

Di dalam masyarakat modern manapun, media memainkan peranan penting untuk perkembangan politik masyarakatnya. Media penyiaran, surat kabar, film, media cetak seperti pamphlet dan bentuk komunikasi lain

. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebenarnya media berada pada posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa ia dapat memberikan pengaruh – pengaruh positif maupun negatif. Tentu saja, atribut – atribut yang sangat relative, bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili.

14

menciptakan kerangka berfikir yang sama bagi semua warga masyarakat. Media meneruskan pengetahuan serta nilai – nilai dari generasi terdahulu15

1. kebutuhan kognitif

.

Beberapa pakar komunikasi seperti Katz, Gurevitch dan Hass (Wiryanto, 2000:66) mengidentifikasi lima kelompok kebutuhan dalam hal penggunaan media, yaitu;

2. kebutuhan afektif 3. kebutuhan integrative

4. kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan dunia luar

5. kebutuhan untuk melepaskan ketegangan

Dapat dilihat bahwa khalayak mengkonsumsi media massa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dapat juga dimaksudkan bahwa ketika seseorang memutuskan untuk mengkonsumsi media massa baik cetak maupun elektronik, tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang dicapainya, yakni berupa kebutuhan- kebutuhan yang disebutkan diatas.

Media massa memiliki kekuatan yang sangat signifikan dalam komunikasi politik untuk mempengaruhi khalayak. Terlebih lagi media massa presitisius (cukup familiar) yang biasanya menjadi rujukan publik dalam berperilaku politik karena isi media prestisius dipercaya oleh khalayak. Bahwa media apapun

15

kategorinya berfungsi sebagai alat pelipatganda pesan (multiflier of messages) yang berkaitan dengan saluran lainnya16

Berberapa jenis fungsi media

. Alhasil pencitraan atau gambaran yang diberikan oleh media mengenai kekuatan-kekuatan politik yang akan memberi dampak yang signifikan serta menyebar dan menjangkau khalayak yang sangat banyak

17

1. Penyebaran/teori persuasi dan informasi. Media massa mendifusikan informasi dan mempersuasi. Dalam teori informasi, komunikasi massa terdiri dari serangkaian sistem yang menyampaikan informasi dengan cara bersambung dan berurutan.

menurut Marshall Mc Luhan:

2. Teori permainan. Politik dari titik pandang publik dilihat sebagai permainan. Ilmuan Politik Murray Edelman, dalam membedakan informasi mengemukakan bahwa akibat komunikasi politik massa terutama permainan, informasi politik semantik.

3. Teori parasosial. Komunikasi berfungsi memenuhi kebutuhan manusia akan interaksi sosial. Hal ini tercapai jika media massa memberi peluang bagi hubungan parasosial18

Berdasarkan kemungkinan yang dapat diperankan tersebut, media merupakan sebuah kekuatan besar yang sangat diperhitungkan. Dalam kehidupan

.

16

Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, Jakarta: Granit, hal: 30

17

Dan Nimmo, Op,Cit, hal:172

18

social, ekonomi, dan politik, media sering ditempatkan sebagai salah satu variable yang determinan. Bahkan media dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi dapat pula dipandang sebagai factor yang menentukan dalam proses perubahan social budaya dan politik. Oleh karena itu dalam konteks media sebagai institusi informasi, Karl Deutch menyebutkan sebagai “urat nadi pemerintah” (the nerves of government). Hanya mereka yang mempunyai akses kepada informasi yang akan menguasai percaturan kekuasaan. Atau paling tidak urat nadi pemerintah itu berada pada jarring- jarring informasi19

Dokumen terkait