• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai negara berkembang, Indonesia masih terus melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di negaranya yang sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, yang diantaranya adalah mewujudkan kesejahteraan umum. Di dalamnya berupa membangun masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya menyangkut peningkatan dan pertumbuhan ekonomi tetapi pembangunan juga harus ditunjukan untuk kesejahteraan masyarakat. Khususnya perhatian lebih pada masyarakat yang kurang beruntung agak tidak selalu dikesampingkan, untuk itu perlu adanya peran pemerintah berupa perlindungan sosial.

Indonesia juga merupakan negara dengan masyarakat yang sangat banyak, akan timbul masalah sosial jika tidak sesuainya unsur budaya dan masyarakat yang berdampak pada kehidupan sosial. Menurut Soekanto (2005:739), terhambatnya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut dapat menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Masalah sosial juga bisa diartikan sebuah kondisi yang dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diharapkan. Adanya masalah sosial dalam masyarakat

ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti pemerintah, organisasi sosial, dan lain sebagainya.

Dalam lingkungan bermasyarakat ada banyak ditemukan masalah sosial yang merupakan dampak dari masyarakat miskin. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial atau yang sering disingkat menjadi PMKS inilah yang dikategorikan sebagai individu yang memiliki kesulitan serta hambatan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan wajar secara jasmani dan rohani dan melakukan fungsi sosial sebagaimana seorang individu semestinya seperti menjalin hubungan dengan individu lain dan lingkungannya karena pada hakekatnya masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang mendapatkan perlindungan sosial dan pelayanan sosial dari negara. Seperti yang di amanatkan oleh Undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat 1 menjelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Sehingga sudah menjadi tugas pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu, karena masyarakat tentunya menginginkan untuk mendapatkan kesejahteraan sesuai dengan kata-kata dalam undang-undang tersebut.

Menurut Departemen Sosial (2002:20), masalah sosial timbul karena adanya tingkah laku individu yang menjadi penyebab utama adanya masalah sosial jika telah menimbulkan tekanan dari organisasi dan menjadi agenda publik yang perlu ditangani. Adanya beberapa faktor pemicu yakni melemahnya kekuatan ekonomi sehingga tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup sehingga minimnya tenaga kerja yang terserap membuat masalah sosial seperti terus bertambahnya jumlah penduduk tanpa diimbangi oleh tersedianya sumber-sumber penghidupan di masyarakat. Meningkatnya populasi penyandang masalah kesejahteraan sosial disekitar masyarakat terutama didaerah perkotaan yang tidak dapat terhindarkan. Masalah kemiskinan yang membuat tidak terkontrolnya arus keluar masuknya penduduk menimbulkan banyaknya masyarakat yang akhirnya menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Adapula jenis-jenis PMKS adalah:

1. Anak Nakal 2. Anak Jalanan

3. Korban Tindak Kekerasan/Diperlakukan Salah 4. Tuna Susila

5. Pengemis 6. Gelandangan

7. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) 8. Korban Penyalahgunaan Napza

10.Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 11.Korban Bencana Alam

12.Korban Bencana Sosial

13.Pekerja Migran Bermasalah Sosial 14.Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Dengan munculnya penyandang masalah kesejahteraan sosial di suatu kota, akan memberi peluang adanya gangguan keamanan yang akan berdampak pula pada sektor pembangunan. Sering kali kita jumpai dengan keadaan yang keberadaan PMKS tersebut seperti di lampu merah, emperan toko bahkan perumahan-perumahan. Faktor lain penyebab muncul dan bertambahnya penyandang masalah kesejahteraan sosial yakni menyempitnya lahan pertanian di desa karena digunakan untuk pembangunan pemukiman dan perusahaan atau pabrik. Keadaan ini mendorong penduduk desa untuk pindah ke daerah dengan maksud untuk merubah nasib, tapi sayangnya mereka tidak membekali diri dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai. Sehingga keadaan ini akan menambah tenaga yang tidak produktif di kota.

Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bekerja apa saja asalkan mendapatkan uang termasuk meminta-minta (mengemis). Untuk menekan biaya pengeluaran, mereka memanfaatkan kolong jembatan, pinggiran rel kereta api, emperan toko dan lain sebagainya untuk mencari tempat tinggal dengan mengabaikan berbagai aspek sosial. Menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial tidak menutup kemungkinan bahwa mereka berkeluarga dan

mempertahankan diri. PMKS merupakan fenomena sosial terutama didaerah perkotaan yang kadang dijadikan cermin kemiskinan kotadan kegagalan beradaptasi suatu individu/kelompok terhadap kehidupan dinamis kota besar. Munculnya PMKS ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan kota secara paralel dan tingginya laju urbanisasi. (Sihombing, M Justin, 2005:61)

Secara yuridis pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan ketentuan pasal Pasal 12 ayat 1 Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana Pemerintah Kota Serang wajib melaksanakan urusan wajib pelayanan dasar termasuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Peraturan daerah ini akan menjawab dan menjadi solusi dalam menangani masalah kesejahteraan sosial di Kota Serang yang belum tertangani dengan baik.

Sehingga perlu adanya penangan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial yang serius dari pemerintah pusat dan daerah seiring terus bertambahnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti rehabilitasi. Rehabilitasi Menurut Pasal 1 ayat 22 KUHAP, rehabilitasi ialah hak seseorang untuk mendapatkan pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur. Bentuk rehabilitasi yang diberikan kepada

para penyandang masalah kesejahteraan sosial berupa program yang sengaja dibuat untuk membangun rasa ingin memperbaiki fungsi sosial, potensi dan menjalankan perannya sebagai seorang individu yang sesuai seperti pemberian keterampilan berwirausaha.

Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten menjadi daerah yang tentunya memiliki jumlah PMKS yang tinggi. Bahkan untuk tahun 2016 terhitung terdapat 153 pengemis, 25 gelandangan, 57 anak jalanan dan 13 wanita rawan sosial ekonomi yang masuk dalam data Dinas Sosial Kota Serang. Karena merupakan ibu kota provinsi dan merupakan daerah penghubung antara Sumatera dan Jawa membuat Kota Serang merupakan tujuan bagi banyak masyarakat pendatang untuk bergantung hidup.

Untuk mendukung ketertiban dan menciptakan rasa aman, nyaman dan tentram maka diperlukan aturan tentang pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Yakni dengan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat. Dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, mekanisme terbentuknya Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan penyakit masyarakat adalah DPRD Kota Serang sebagai pembuat kebijakan, kemudian yang menjadi pelaksana kebijakan adalah Dinas Sosial dan Satpol PP Kota Serang. Adanya peraturan bahwa Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial tidak boleh berkeliaran di jalanan

terutama jalan protokol. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Serang nomor 2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat. Apabila larangan ini tidak diindahkan maka Polisi Pamong Praja sebagai eksekutor setelah berkoordinasi dengan instansi terkait yaitu Dinas Sosial akan melakukan eksekusi dilapangan sebagai bentuk pembinaan yang kemudian akan diserahkan atau disalurkan kepada panti rehabilitasi untuk dibina.

Dinas Sosial Kota Serang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekertaris daerah. Dinas Sosial Kota Serang memiliki tugas pokok yakni melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan dibidang sosial. Adapula tugas pokok dan fungsi struktur kelembagaan sebagai berikut adalah Kepala dinas, Sekretaris, Bidang Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial, Bidang Pemberdayaan Sosial, Bidang Rehabilitasi Sosial, Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kelompok Jabatan Fungsional, Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi pada tahap awal di Dinas Sosial Kota Serang bahwa jumlah PMKS yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Serang hanya terdiri dari kategori anak jalanan, gelandangan, pengemis dan wanita rawan sosial ekonomi. Sedangkan untuk kategori lainnya, Dinas Sosial Kota Serang belum menangani sampai ke program pembinaan. Adapun data pembanding pada jumlah PMKS dengan Kota Cilegon sebagai berikut:

Tabel I.I

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan SosialDi Kota Serang Tahun 2016

NO TAHUN KETERANGAN JUMLAH

1 2012 356 Jiwa

1. 135 anak jalanan 2. 53 gelandangan 3. 156 pengemis

4. 12 wanita rawan sosial ekonomi

2 2015 435 Jiwa

1. 152 anak jalanan 2. 61 gelandangan 3. 203 pengemis

4. 19 wanita rawan sosial ekonomi

3 2016 248 Jiwa

1. 57 anak jalanan 2. 25 gelandangan 3. 153 pengemis

4. 13 wanita rawan sosial ekonomi (Sumber: Dinas Sosial Kota Serang, 2016)

Tabel di atas merupakan ulasan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang sudah ditangani oleh Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2012, 2015 dan 2016 dan bukan hanya di data. Data tersebut dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Di bawah ini, peneliti menampilkan data pembanding jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di Dinas Sosial Kota Cilegon Tahun 2016. Sehingga dapat dilihat dari data yang terlampir bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial diantaranya anak jalanan, pengemis, gelandangan lebih banyak dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Serang, sedangkan wanita rawan sosial ekonomi lebih banyak dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Cilegon.

Tabel I.I

Data PMKS Di Kota Cilegon Tahun 2016

NO JENIS PMKS JUMLAH

1 Anak Balita Terlantar 71

2 Anak Berhadapan dengan Hukum 9

3 Anak Jalanan 34

4 Anak Terlantar 207

5 Bekas Warga Binaan 18

6 Gelandangan 42

7 Keluarga Bermasalah Sosial Ekonomi 193

8 Keluarga Rentan Sosial Ekonomi 1097

9 Korban Penyalahgunaan NAPZA 15

10 Korban Tindak Kekerasan 27

11 Pengemis 2

12 Penyandang Cacat 1244

13 Tuna Susila 40

14 Usia Lanjut Terlantar 686

15 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 1488

(Sumber: Badan Pusat Statistik Banten, 2016)

Dalam hal ini perlunya program yang efektif dari Dinas Sosial dalam penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial agar lebih terorganisir dengan baik sebagaimana diamanatkan dalam pasal 27 ayat 2 undang-undang

dasar 1945 amandemen keempat berbunyi: „‟Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‟‟. Pasal ini memberikan pengertian bahwa pemerintah harus memberantas pengangguran dan mengupayakan supaya setiap warga negara memperoleh pekerjaan yang layak.

Adanya pembinaan berupa bimbingan sosial, fisik, mental hingga keterampilan untuk berwirausaha yang sesuai agar meminimalisir kembalinya para masyarakat masalah penyandang kesejahteraan sosial ke jalan. Pada awal kegiatan tersebut masing-masing PMKS diberikan kebebasan untuk memilih usaha apa yang akan mereka jadikan pilihan untuk sekiranya memperbaiki taraf hidup mereka, mulai dari pemberian bahan dan alat penunjang wirausaha seperti tabung gas; gerobak; perabotan untuk berjualan. Namun program yang diberikan terkesan percuma karena kurangnya sarana prasarana pendukung seperti ruang untuk pemberian program keterampilan dan panti rehabilitasi sehingga PMKS hanya mendapatkan pembekalan keterampilan secukupnya, adapun program keterampilan yang membutuhkan waktu selama tiga hari membuat para PMKS harus kembali lagi keesokan harinya ke Dinas Sosial untuk melanjutkan pembekalan keterampilan. Menurut hasil observasi awal, kurangnya pemantauan lebih lanjut dari Dinas Sosial Kota Serang terhadap para PMKS yang telah diberikan modal usaha seperti wajib melaporkan usaha apa yang dijalankan dan peninjauan tempat usaha. Sanksi yang tidak tegas juga menjadi salah satu faktor, sehingga banyak PMKS yang lebih memilih untuk tetap berada di jalan. Hal

tersebut disampaikan oleh kepala bidang rehabilitasi dan didukung oleh pernyataan pengemis yang ditemui oleh peneliti.

Contoh dari kegiatan program rehabilitasi berupa pembinaan keterampilan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial adalah pelatihan otomotif, kegiatan mengolah bahan pangan untuk dijadikan kuliner layak jual, pelatihan service elektronik, sampai pemberian modal usaha. Dengan adanya program-program seperti yang telah disebutkan, tentunya diharapkan agar para PMKS dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan memperbaiki fungsi sosial yang semestinya. Berikut adalah data program pembinaan penyandang masalah kesejahteraan di Kota Serang.

Tabel I.2

Program-program rehabilitasi yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Serang NO Program-program

rehabilitasi

Tahun Lokasi Peserta Output

1 Pembekalan keterampilan berwirausaha, seperti: a. pengolahan bahan pangan sehingga layak jual b. service elektronik c. otomotif 2016 Kantor Dinas Sosial Kota Serang 248 - Pengolahan bahan pangan bertujuan agar para pmks mampu membuat bahan olahan pangan yang layak dijadikan peluang usaha. - Keterampilan service elektronik dimaksudkan agar para pmks

memiliki keterampilan dan peluang usaha dalam perbaikan alat elektronik. - Keterampilan otomotif dimaksudkan agar para pmks dapat memahami prihal otomotif sehingga memiliki keterampilan dan pekerjaan layak. 2 Pemberian modal usaha 2016 Kantor Dinas Sosial Kota Serang

77 Pemberian modal usaha dimaksudkan agar setelah pemberian keterampilan, para pmks dapat memiliki modal usaha awal utuk memulai peluang usaha. 3 Pemberian motivasi 2016 Kantor

Dinas Sosial Kota Serang

248 Pemberian motivasi bertujuan agar para pmks terbuka hati dan fikirannya untuk menjalankan fungsi sosial yang semestinya. 4 Outreach(pembinaan luar panti) 2016 Kantor Dinas Sosial Kota Serang

10 Pembinaan luar panti bertujuan agar para pmks mendapatkan pembinaan intensif berkelanjutan berupa keterampilaan, motivasi, spiritual dan pola hidup yang sesuai.

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, terdapat beberapa kegiatan dalam program pembinaan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Kegiatan program pembinaan berupa:

1. Pengolahan bahan pangan diadakan pada tahun 2016, berlokasi di Dinas Sosial Kota Serang dan berjalan selama sehari. Dalam pelatihan tersebut PMKS diberikan demo mengolah bahan pangan seperti daging menjadi bakso, gorengan serta bubur yang variatif, yang pesertanya didominasi oleh wanita. 2. Pelatihan servis elektronik diadakan juga pada tahun 2016, yang berlokasi di

Dinas Sosial Kota Serang dan berjalan selama 3 hari. Dalam pelatihan tersebut PMKS diberikan demo servis elektronik lalu dibiarkan mencoba dengan didampingi tenaga ahli dari Dinas Sosial, namun kendala terjadi karena minimnya peserta yang datang dihari selanjutnya.

3. Pelatihan otomotif diadakan juga pada tahun 2016, yang berlokasi di Dinas Sosial Kota Serang dan berjalan selama 3 hari. Dalam pelatihan tersebut PMKS diberikan demo lalu dibiarkan mencoba dengan didampingi tenaga ahli dari Dinas Sosial, namun kendala terjadi karena minimnya peserta yang datang dihari selanjutnya.

4. Pemberian modal usaha diberikan jika para PMKS yang terjaring razia mengikuti semua rangkaian rehabilitas berupa pembinaan keterampilan yang diberikan oleh Dinas Sosial.

5. Pemberian motivasi oleh Dinas Sosial berupa muatan-muatan positif bagaimana seharusnya menjadi warga negara yang baik, mampu bersosialisasi dengan orang lain dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.

6. Outreach atau yang merupakan pembinaan luar panti yang terkait dengan pelayanan yang lebih mengedepankan proses kemandirian dan pembangunan sasaran program yang dijalankan oleh Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”. Sebagai salah satu institusi pemerintah yang ikut andil dan berperan aktif dalam proses pelayanan luar panti yang dilaksanakan dalam program penjangkauan dan pendampingan, kegiatan ini juga turut dibantu oleh Dinas Sosial Provinsi Banten dan Para Camat Kota Serang.Kota Serang menjadi salah satu dari lima daerah yang mendapatkan pembinaan penjangkauan luar panti atau outreach dan daerah lainnya seperti Cirebon, Jakarta Barat, Bandung Barat dan Cianjur.

Dalam program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial pada program kerja tahun 2016 dimaksudkan agar dampak yang dihasilkan dapat mencegah penyandang masalah kesejahteraan sosial tidak kembali lagi ke jalanan karena dalam pelaksanaannya para PMKS telah diberikan rehabilitasi berupa keterampilan dan spiritual yang cukup dan bertujuan mengubah pola pikir kearah yang tentunya lebih baik. Pada observasi awal, peneliti mendapatkan pengakuan dari seorang pengemis yang kembali ke pekerjaannya terdahulu di alun-alun Kota Serang, pengemis tersebut mengakui pernah mengikuti

berbagai program rehabilitasi yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang, tetapi tidak adanya pemantauan dari Dinas Sosial dan menganggap pendapatan mengemis lebih menjanjikan dibandingkan berwirausaha. Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Heli Priyatna selaku kepala seksi rehabilitasi tuna sosial Dinas Sosial Kota Serang pada tanggal 4 oktober 2016, bahwa setelah rehabilitasi dilakukan, sulit untuk memantau apakah mereka yang pernah tejaring razia dan di rehabilitasi menjalankan fungsi sosialnya dengan semestinya atau kembali lagi ke pekerjaan sebelumnya. Serta anggaran yang terbatas menjadikan kendala bagi Dinas Sosial Kota Serang karena Pemerintah Kota Serang belum juga memberikan anggaran yang diperlukan. Anggaran dalam pembuatan panti rehabilitasi sosial diperkirakan mencapai 50 miliar.

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan Iwan Setiawan selaku Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Serang sekaligus penanggung jawab program pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada tanggal 4 oktober 2016 di Dinas Sosial Kota Serang mengakui bahwa Dinas Sosial belum dapat berbuat maksimal karena belum adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial, karena dengan adanya UPT baru dapat dibentuk panti sosial, yang otomatis dengan adanya panti penyandang masalah kesejahteraan sosial dapat dibina di Kota Serang. Belum adanya panti rehabilitasi juga membuat bingung Dinas Sosial selaku penanggung jawab masalah PMKS

tentang bagaimana para penyandang masalah sosial tersebut akan dibina. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Tb Ridwan Akhmad selaku Sekretaris Pansus pada tanggal 3 november di Dinas Sosial Kota Serang bahwa masalah PMKS di Kota Serang belum tertangani dengan baik oleh Pemerintah Kota sehingga akan dibuat Raperda kesejateraan sosial yang dimaksud akan menjadi katalisator dalam penyelesaian problematika sosial dan agar supaya Pemerintah Kota segera memiiki panti sosial rehabilitasi. Berikut adalah diagram hasil yang menggambarkan bahwa masih belum efektifnya program-program rehabilitasi pada tahun 2016 oleh Dinas Sosial Kota Serang.

Diagram I.I

Diagram Persentase Tingkat Pencapaian Program Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2016

Keterangan:

: Tahun 2012 : Tahun 2015 : Tahun 2016

(Sumber:Data Dinas Sosial Kota Serang, 2016) 0% 10% 20% 30% 40% 50% Pengolahan Bahan Pangan Servis Elektronik Servis Otomotif Pemberian Modal Usaha Rehabilitasi luar panti

Sesuai dengan keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No 80 Tahun 2010 tentang Panduan Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Bidang Sosial Derah Provonsi Dan Daerah Kabupaten/Kota, bahwa untuk mencapai kesejahteraan sosial pada bidang sosial suatu daerah terdapat 4 pelayanan dasar yang harus terpenuhi yaitu:

1. Pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial 2. Penyediaan sarana dan prasarana sosial 3. Penanggulangan korban bencana

4. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial

Dari empat jenis pelayanan dasar tersebut, terdapat 7 sub kegiatan untuk daerah kabupaten/kota yaitu:

1. Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

2. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial bagi skala kabupaten/kota 3. Penyediaan sarana dan prasarana panti sosial

4. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan luar panti 5. Bantuan sosial bagi korban bencana

6. Evakuasi korban bencana 7. Penyelenggaraan jaminan sosial

Di dalamnya termasuk harus tersedianya sarana dan prasarana panti sosial dan prasarana pelayanan luar panti yang berguna untuk mendukung kelancaran program rehabilitasi yang dimiliki oleh kabupaten/kota sehingga tumbuh kesadaran serta tanggung jawab sosial dalam diri PMKS.

Adapun salah satu faktor penyebab masih belum efektifnya program rehabilitasi yang berjalan adalah belum tersedianya panti rehabilitasi sebagai tempat menampung dan memberikan program rehabilitasi secara menyeluruh sehingga pemberian program rehabilitasi kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. Tidak adanya pengawasan lebih lanjut kepada pada PMKS yang diberikan keterampilan oleh Dinas Sosial Kota Serang sehingga masih banyak para penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebut kembali ke jalanan dengan alasan pendapatan yang lebih besar lebih didapatkan jika ada dijalanan dan bantuan yang diberikan terkesan cuma-cuma. Serta ketegasan pemberian sanksi yang masih diragukan.

Pentingnya pengawasan lebih lanjut terhadap penyelenggaraan suatu program, tanpa diimbangi dengan pengawasan lebih lanjut dan intensif serta sarana prasarana yang masih belum memadai maka akan menghasilkan ketidakefektifan hasil dari program yang telah dijalankan. Tujuan agar para penyandang kesejahteraan sosial yang telah terjaring razia tidak kembali lagi ke jalanan tentunya tidak akan tercapai jika Dinas Sosial Kota Serang tidak segera melengkapi sarana prasarana dasar seperti panti rehabilitasi yang

memadai dan terus menerus tidak melakukan pengawasan lebih lanjut terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial yang telah diberikan bantuan.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, terdapat beberapa permasalahan dalam efektivitas program pembinaan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas program pembinaan penyandang masalah kesejahteraan sosial masih belum berjalan dengan optimal karena terkendala kurangnya pengawasan setelah pembinaan dan ketersediaan panti rehabilitasi yang seharusnya menjadi tempat pemberian program rehabilitasi, sehingga dapat mencegah dan mengurangi keberadaan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Walaupun seharusnya dinas sosial merupakan wadah untuk membantu memperbaiki taraf kehidupan sosial bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dan menjadikan hal tersebut sebagai penelitian tentang ‘’Efektivitas Program Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kota Serang’’.

Dokumen terkait