BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetensi dalam muatan fisika SMA/MA memerlukan kemampuan komunikasi ilmiah dalam mencatat dan menyajikan hasil dalam bentuk tabel dan grafik serta membuat laporan secara lisan maupun tulisan.1 Tuntutan zaman pun membutuhkan kemampuan komunikasi, komunikasi digunakan dalam dasar-dasar pendidikan seperti ucapan yang benar, ejaan yang lancar, dan penulisan yang jelas.2 Kemampuan komunikasi ilmiah merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam pendidikan abad ke-21.3 Kemampuan komunikasi ilmiah juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk berbicara, membaca, dan menulis tentang sains. Kemampuan ini membutuhkan pemahaman dan kemampuan khusus untuk menggambarkan dan menyajikan pengetahuan mereka kepada orang lain.4 Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan informasi atau pesan agar dapat dimengerti oleh penerima. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik. Ada beberapa orang yang mampu menyampaikan informasi secara lisan dengan baik tetapi tidak secara tulisan, ataupun sebaliknya. Agar tujuan komunikasi dapat tercapai, maka diperlukan komunikasi efektif.5
Kemampuan komunikasi ilmiah yang kurang dimiliki siswa mengakibatkan siswa sulit berkomunikasi sehingga guru merasa kesulitan dalam melaksanakan metode diskusi, karena tidak semua siswa memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan
1 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 21 Tahun 2016”. (Jakarta : Kemdikbud, 2016), h. 145
2 Trilling, B., & Fadel, C. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. (San Francisco:
John Wiley & Sons, Inc, 2009), h.54
3 Sarwi, A. Rusilowati, & S. Khanafiyah, “Implementasi model eksperimen gelombang open inquiry untuk mengembangkan keterampilan komunikasi ilmiah mahasiswa fisika”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, h.131
4 Aysha, D., Sam, Mason. “A programme-wide training framework to facilitate scientific communication skills development amongst biological sciences master’s students”. Journal of Further and Higher Education, 2015. h.2
5 Siti Jubaidah, “ Mengenal 4C: Learning and Innovation Skill untuk Menghadapi Era Revolusi 4.0”, 2nd Science Education National Conference, 2018. h.10
2
berani serta aktif dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat.6 Berdasarkan hasil angket studi pendahuluan dapat dikemukakan bahwa sebenarnya siswa menganggap bahwa proses pembelajaran perlu kemampuan komunikasi ilmiah didalamnya khususnya mata pelajaran fisika. Banyak siswa yang merasa bahwa kemampuan mereka dalam komunikasi ilmiah masih kurang, hal ini dikarenakan pembelajaran yang berlangsung masih berorientasi teacher centered dan kurang melibatkan siswa yang mengakibatkan proses komunikasi ilmiah siswa rendah.7 Siswa dapat termotivasi untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari jika pendekatan pengajaran yang dilakukan berpusat pada siswa dengan mendukung perkembangan mereka sebagai pembelajar mandiri.8 Tetapi guru dalam proses pembelajaran lebih suka menerapkan model berorientasi kepada guru karena tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain.9 Beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini timbul karena beberapa hal, yaitu: 1) Proses pembelajaran fisika hanya mengantisipasi UN, SNMPTN, dan Olimpiade, 2) Persepsi siswa terhadap belajar fisika identik dengan ilmu berhitung karena pembelajaran yang dilakukan masih bersifat meringkas, contoh soal, dan solusinya, 3) Pembelajaran hampir tidak menyinngung konteks realita kehidupan, 4) Sarana dan prasarana masih belum memadai, dan 5) Peran fasilitator yakni guru masih belum maksimal.10 Terutama materi yang membutuhkan penelaahan, penguraian, dan menghubungkan antar bagian konsep untuk mendapatkan pemahaman konsep secara keseluruhan, yaitu materi karakteristik gelombang mekanik.11 Tingkat penguasaan konsep yang rendah membuat kemampuan
6 E A, Patriot. “Optimize Scientific Communication Skills on Work and Energy Concept with Implementation of Interactive Conceptual Instruction and Multi Representation Approach”. Journal of Physics: Conference Series, 2018. h.2
7 Angket Siswa Studi Pendahuluan MAN 2 Kota Bekasi
8 David Brodie, Angela Hall, Richard Needham, Sai .P, David rEad, M. Ryan, & David Smith, Learning Skill for Post-16 Science Introduction, (Nuffield Curriculum Centre, 2008), h.2
9 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h.2
10 I W. Darma, I Wayan Sadia, & Ketut Suma, “ Studi Komparatif Model Pembelajaran Inkuiri Bebas dan Generatif Terhadap Pemahaman Konsep dan Kreativitas Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ipa Indonesia, Vol 4. No 1, 2014. h.3
11 Afifah Kurnia Sandhy, “Pengaruh model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan argumentasi peserta didik terhadap materi getaran dan gelombang”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol 7(10), 2018, h.2
3
komunikasi siswa rendah, begitu juga sebaliknya.12 Konsep karakteristik gelombang mekanik merupakan konsep yang memerlukan percobaan tetapi guru hanya membahas dan menjelaskan sifat-sifatnya saja, sehingga dibutuhkan teknologi serta diskusi dalam proses pembelajaran.13 Proses diskusi akan terjadi saling tukar informasi dan materi, memberikan tanggapan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas, dan menghargai pendapat siswa lain.14 Kemampuan komunikasi ilmiah siswa dapat ditingkatkan melalui diskusi karena melalui diskusi siswa dapat menyampaikan ide atau gagasan.15
Kemampuan komunikasi siswa merupakan hal penting dalam pembelajaran fisika karena dapat mengubah situasi pembelajaran menjadi lebih baik dengan munculnya interaksi sosial antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.
Kemampuan komunikasi siswa harus dirangsang oleh pembelajaran yang mampu mengeksplorasi kemampuan siswa.16 Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran fisika hendaknya dirancang untuk mengembangkan kompetensi keterampilan sosial dan komunikasi.17 Sehingga, perlu adanya variasi dalam pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan komunikasi ilmiah siswa. Dikarenakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah membuat siswa menjadi pasif dan bertentangan dengan hakikat belajar.18
Solusi dari permasalahan di atas yaitu dengan model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk mengekspresikan ide-ide dan pendapat mereka dalam menanggapi masalah dengan berdiskusi, yaitu model kooperatif tipe student
12 Mahmuda Noviyani, Sentot Kusairi, Mohamad Amin, “Penguasan Konsep dan Kemampuan Berargumentasi Siswa SMP pada Pembelajaran IPA dengan Inkuiri Berbasis Argumen”. Jurnal Pendidikan UNM, Vol 2. No 7 , 2017, h.975
13 Wawancara Guru Studi Pendahuluan MAN 2 Kota Bekasi
14 Aprilianti Putri, Eny Enawaty, Ira Lestari, “Deskripsi Keterampilan Komunikasi Siswa SMA Negeri 9 Pontianak Melalui Metode Praktikum Pada Materi KSP”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol 5(9), 2016, h.5
15 Halizah Awang, & Zawai Daud, “Improving a Communication Skill Through the Learning Approach Towards the Environment of Engineering Classroom”, Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2015. h. 485
16 Pandu Grandy Wangsa P, “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Berbantu Teknik TSTS”, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 2017. h.28
17 Sarwi, A. Rusilowati, & S. Khanafiyah, “Implementasi model eksperimen gelombang open inquiry untuk mengembangkan keterampilan komunikasi ilmiah mahasiswa fisika”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, h.131
18 Nurlasmi. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif.
(Surabaya: Kresna Insan Prima, 2015), h.18
4
facilitator and explaining (SFE).19 Penelitian yang dilakukan oleh Eko Prasetyo menyimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan model student facilitator and explaining berpengaruh positif terhadap aktivitas siswa diantaranya siswa aktif berpartisipasi dan menyelesaikan masalah dengan berdiskusi, berani mengungkapkan pendapat, ide serta menjawab pertanyaan dari guru maupun teman.20
Model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) merupakan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa aktif terlibat dalam pembelajaran dan meningkatkan kepercayaan diri siswa, serta mendorong siswa agar terjadi pertukaran informasi yang lebih mendalam.21 Model ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan siswa serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya.22 Pada penelitian sebelumnya model student facilitator and explaining dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi gas ideal.23 Proses pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian siswa.24
Pada pandemi yang melanda dunia maka tidak dimungkinkan proses pembelajaran tatap muka sehingga dilakukan proses pembelajaran jarak jauh. Maka harus diterapkan teknologi informasi dan komunikasi yang tepat untuk memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara pendidik dan siswa.25 Salah satu e-learning yang
19 Adam Malik, Vitiriani, & Chusni, “Improving student`s critical thinking skills through student facilitator and explaining model in momentum and impulse topic”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika Vol 4, No. 2, 2018. h.62
20 Eko Prasetyo, “Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Materi Invertebrata di SMA 1 Boja”, Skripsi pada Pendidikan Biologi UNNES, 2010, h.68
21 Melda Nopearti, Yelniati, John Azmi, &Abdullah, “ The Implementation of Cooperatif Type Student Facilitator and Explaining (SFAE) Learning Model Use The Concept Map Media To Increase Student Achievement in Reduction and Oxidation Reaction Topic at X MIA SMAN 2 Pekan Baru”.
AISTEEL, 2016. h.315
22 Siska Ryane Muslim. “Pengaruh Penggunaan Metode Student Facilitator and Explaining terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMK di Kota Tasikmalaya”. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol 1 (1). 2015. h.71
23 Hasanudin, Stepanus Sahala Sitompul, Hamdani. “Penerapan Model Pembelajaran SFE untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Fisika Siswa di SMA”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 2015, h.12
24 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 103 Tahun 2014”, (Jakarta : Kemdikbud, 2014), h.3
25 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 7 tahun 2020”, (Jakarta : Kemdikbud, 2020), h.39
5
menarik dan mudah digunakan yaitu schoology.26 Pada penelitian sebelumnya siswa yang menggunakan e-learning schoology memiliki hasil belajar dan tingkat motivasi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan e-learning lain.27 Pembelajaran dengan schoology juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan peningkatan rata-rata 34,84 %.28 Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas belajar dengan kemampuan komunikasi ilmiah siswa.29 Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Student Facilitator And Explaining Berbantuan Schoology terhadap Kemampuan Komunikasi Ilmiah Siswa pada Konsep Karakteristik Gelombang Mekanik”. Penggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining berbantuan schoology, diharapkan menjadi solusi dalam meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa pada pembelajaran jarak jauh sehingga siswa dapat menyajikan pengetahuan dan mengekspresikan ide atau gagasan ilmiah mereka secara lisan dan tertulis.