• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pelayanan publik yang di selenggarakan instansi

pemerintahan kini semakin mengemuka, bahkan menjadi tuntutan masyarakat. Di negara-negara berkembang dapat kita lihat mutu pelayanan publik merupakan masalah yang sering muncul, karena pada negara berkembang umumnya permintaan akan pelayanan jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk memenuhinya sehingga persoalan yang sering dikritisi masyarakat atau para penerima layanan adalah persepsi terhadap “kualitas” yang melekat pada seluruh aspek pelayanan. Karena itu pemerintah harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat. Dengan kata lain, seluruh kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu harus atau perlu adanya suatu pelayanan. Seiring dengan perkembangan, fungsi pemerintahan pun ikut berkembang, dulu fungsi pemerintah hanya membuat dan mempertahankan hukum, akan tetapi pemerintah tidak hanya melaksanakan Undang-Undang tetapi berfungsi juga untuk merealisasikan tujuan negara dan menyelenggarakan kepentingan umum. Perubahan paradigma pemerintahan dari penguasa

menjadi pelayanan masyarakat, pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.

Sampai saat ini pelayanan publik masih ditemukan adanya prosedur yang begitu sulit ketika kita harus melakukan perizinan tertentu, biaya yang tidak transparan serta terjadinya praktek pungutan liar, hal itu menjadikan rendahnya kualitas pelayanan publik oleh aparatur pemerintah di mata masyarakat Indonesia. Dengan adanya pungutan liar dan oknum aparat yang melakukan penyalahgunaan wewenang dan panjangnya birokrasi pelayanan di Indonesia, maka dapat berdampak pada turunnya kepercayaan publik masyarakat dan citra pemerintahan di mata masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang di selenggarakan instansi

pemerintahan kini semakin mengemuka, bahkan menjadi tuntutan masyarakat. Di negara-negara berkembang dapat kita lihat mutu pelayanan publik merupakan masalah yang sering muncul, karena pada negara berkembang umumnya permintaan akan pelayanan jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk memenuhinya sehingga persoalan yang sering dikritisi masyarakat atau para penerima layanan adalah persepsi terhadap “kualitas” yang melekat pada seluruh aspek pelayanan. Karena itu pemerintah harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Hal tersebut tentunya sangat memerlukan perhatian yang besar dari pemerintah. Seharusnya birokrasi dalam penyelenggara pelayanan publik itu mempermudah bagi setiap masyarakat. Pemerintah yang memiliki

fungsi

sebagai penyelenggara pelayanan publik dan seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi keharusan pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut.

Masyarakat setiap waktu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan

sebagai pihak yang “melayani” bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada

dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan ”pelayan” dan yang ”dilayani” ke pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya. Artinya, birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat, dalam (Sinambela, 2011:4)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan pelayanan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk melayani masyarakat, pelayanan publik yang ada di Indonesia meliputi ; pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya. Salah satu pelayanan publik di Indonesia dalam bidang jasa yaitu pembuatan paspor. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, paspor adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antar negara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

Undang-Undang yang membahas mengenai pembuatan paspor di Indonesia di atur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian yang menyatakan, “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu

lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.” Sehingga menurut UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Keimigrasian dilaksanakan dengan fungsi, “Pertama, untuk melaksanakan fungsi Keimigrasian, Pemerintah menetapkan kebijakan Keimigrasian; Kedua, kebijakan Keimigrasian dilaksanakan oleh Menteri; Ketiga, fungsi Keimigrasian di sepanjang garis perbatasan Wilayah Indonesia dilaksanakan oleh pejabat Imigrasi yang meliputi tempat pemeriksaan

imigrasi dan pos lintas batas.” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian).

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menyatakan bahwa Bab IV mengenai Dokumen Perjalanan Republik Indonesia pada pasal 24 ayat (1) ; “Dokumen Perjalanan Republik Indonesia terdiri atas: Paspor dan Surat Perjalanan Laksana Paspor.” Ayat (2) ; “Paspor terdiri atas: a. Diplomatik, b. Paspor Dinas, dan c. Paspor Biasa.” Pada pasal 26 Ayat (1) ; “Paspor biasa diterbitkan untuk warga negara Indonesia.” Ayat (2) ; “Paspor biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.” Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Bagian Kedua mengenai Persyaratan dan Tata cara pemberian dokumen perjalanan Republik Indonesia pada Paragraf 3 Pasal 48 Ayat (1) ; “Paspor biasa terdiri atas: a. Paspor biasa elektronik dan b. Paspor biasa non elektronik.” Ayat (2) ; “Paspor sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diterbitkan dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian.” Sehingga paspor adalah Dokumen Perjalanan Republik Indonesia terdiri atas ; Paspor dan Surat Perjalanan Laksana Paspor. Paspor ini diterbitkan untuk warga negara Indonesia dan paspor biasa terdiri atas paspor biasa elektronik dan paspor biasa non elektronik.

Untuk mendukung pelaksanaan pembuatan paspor online di Indonesia, pemerintah mengeluarkan beberapa Undang – Undang atau peraturan mengenai paspor. Beberapa payung hukum yang berkaitan dengan Surat Perjalanan Republik Indonesia khususnya paspor diantaranya; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian; dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa Keimigrasian dan Angka Kreditnya.

Dalam hukum keimigrasian setiap orang yang melakukan perjalanan antar negara diharuskan memiliki dokumen perjalanan yang diterbitkan oleh negara. Dokumen perjalanan yang ada di Indonesia diantaranya; Paspor Diplomatik, Paspor Dinas, Paspor Biasa, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing, Surat Perjalanan Lintas Batas atau Pas Lintas Batas, Visa Diplomatik, Visa Dinas, Visa Kunjungan, dan Visa Tinggal Terbatas. Dokumen perjalanan yang biasanya digunakan oleh masyarakat umum atau Warga Negara Indonesia ialah Paspor Biasa, Visa Kunjungan, dan Visa Tinggal Terbatas.

Paspor Biasa adalah adalah dokumen resmi yang dikeluarkan aparatur atau pejabat dari suatu negara yang memuat identitas

pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Di Indonesia terdapat dua jenis paspor yang berlaku, yakni ; paspor biasa elektronik dan paspor biasa nonelektronik. Visa kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. Visa Tinggal Terbatas diberikan kepada Orang Asing sebagai rohaniawan, tenaga ahli, pekerja, peneliti, pelajar, investor, lanjut usia, dan keluarganya, serta Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia, yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia untuk bertempat tinggal dalam jangka waktu yang terbatas atau dalam rangka bergabung untuk bekerja di atas kapal, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah perairan nusantara, laut teritorial, landas kontinen, dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.(imigrasi.go.id : 2013)

Menurut Kepala Urusan Kepegawaian Kantor Imigrasi Kelas I Serang, perbedaan Paspor Biasa Elektronik dengan Paspor Biasa Nonelektronik adalah chip yang terdapat di Paspor Biasa Elektronik. Data di paspor biasa elektronik itu lebih lengkap dan akurat dari paspor biasa non elektronik. Kalau di paspor biasa non elektronik datanya hanya berisikan data pemilik paspor itu berbeda dengan paspor biasa elektronik yang datanya lengkap dan akurat meliputi data biometrik. Data biometrik merupakan data-data seperti sidik jari dan bentuk wajah pemilik paspor

yang bisa dikenali dengan cara pemindaian. Data biometrik di dalam paspor biasa elektronik sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) dan telah digunakan di beberapa negara seperti; Australia, Amerika Serikat, Malaysia, Inggris, Jepang, Selandia Baru dan Swedia.

Dengan adanya data biometrik dan chip di paspor biasa elektronik maka akan sulit untuk dipalsukannya data pemilik paspor sehingga lebih aman berbeda dengan paspor biasa non elektronik yang rentan untuk dipalsukan. Untuk pemilik paspor biasa elektronik memiliki kelebihan dibandingkan dengan paspor biasa non elektronik yakni cara membaca paspor biasa elektronik cukup dengan dipindai saja beda dengan paspor biasa non elektronik yang harus dibuka perhalaman. Selain itu, dipermudahkannya mendapatkan persetujuan visa kunjungan bagi pemegang paspor biasa elektronik karena data pemilik paspor itu sangat akurat dan valid serta sangat mudah diverifikasi langsung oleh kedutaan negara yang akan didatangi.

Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terbentuk pada tahun 2000. Awalnya Provinsi Banten ialah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten memiliki 4 Kota, 4 Kabupaten, 155 Kecamatan dan 1551 Desa/Kelurahan. Provinsi Banten mempunyai Tiga kantor imigrasi yang masing-masing terletak di Kota Tangerang, Kota Serang dan Kota Cilegon. Kantor Imigrasi Kelas I Serang adalah UPT Keimigrasian yang terletak di Ibu Kota Provinsi Banten yang memiliki

peranan penting. Tugas pokok dan fungsi kantor imigrasi kelas I Serang adalah untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten di bidang keimigrasian di wilayah kabupaten dan kota Serang. Dalam hal pelayanan kepada masyarakat atau publik dalam hal pengurusan seperti ; dokumen perjalanan, visa dan fasilitas, izin tinggal dan status, intelijen, penyidikan, penindakan, lintas batas, dan kerjasama luar negeri serta sistem informasi keimigrasian. Seiring perkembangan dan kemajuan teknologi, transportasi dan perekonomian, permintaan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) atau paspor semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.1

Statistik Pelayanan Keimigrasian (paspor) Tahun 2016

Jenis Paspor Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Manual (Walk In) 48 Halaman 1.309 1.654 2.068 1.227 1.055 1.364 846 1.756 885 1.371 1.188 1.429 24 Halaman 46 43 49 62 12 16 8 9 10 59 91 51 Online 48 Halaman 268 251 218 318 220 204 185 302 227 162 235 286 24 Halaman 23 25 19 17 2 5 0 3 0 11 8 20

Sumber : (Seksi Infokim Kantor Imigrasi Kelas I Serang, 2017)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas permohonan permintaan pembuatan paspor cenderung stabil yaitu di bulan januari menerbitkan paspor sebanyak 1646 paspor, lalu di bulan februari naik menjadi 1973 paspor, kemudian di bulan Maret naik menjadi 2.354 paspor, pada bulan april

turun menjadi 1.624 paspor, dibulan Mei sedikit menurun dari bulan sebelumnya menjadi 1.289 paspor, dibulan selanjutnya yakni bulan Juni naik menjadi 1.589 paspor, dibulan Juli menurun menjadi 1.039 paspor, dibulan Agustus naik angka penerbitan paspor menjadi 2.070 paspor, namun seikit menururn di bulan September menjadi 1.122 paspor, bulan selanjutnya naik menjadi 1.597 paspor pada bulan Oktober, sempat turun sedikit pada bulan November sebanyak 1.542 paspor dan diakhir tahun naik menjadi 1.786 paspor yang terbit pada bulan Desember tahun 2016. Dengan demikian permintaan permohonan paspor dari masyarakat di setiap bulannya yang mencapai ribuan pemohon untuk membuat paspor. Selain Statistik pelayanan paspor di tahun 2016, berikut statistik pelayanan paspor Manual (walk in) dan paspor online dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

Tabel 1.2

Statistik Pelayanan Keimigrasian Paspor Manual (walk in) Tahun 2014 - 2016

Sumber: (Seksi Infokim Kantor Imigrasi Kelas 1 Serang, 2017)

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa tingginya pemohon pelayanan pembuatan paspor manual (walk in) dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Penilaian itu bisa dilihat dari naiknya jumlah permohon pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) atau paspor tiap tahunnya dari tahun 2014 dengan jumlah 8.656 paspor, kemudian pada tahun 2015 naik dengan jumlah 10.641 paspor, dan semakin naik pemohon paspor di tahun 2016 menjadi 16.608 paspor. Jumlah tersebut menandakan bahwa masyarakat yang antusias akan pelayanan pembuatan paspor secara manual (walk in). Hal itu dibuktikan dengan jumlah pemohon pembuatan paspor manual (walk in) yang setiap tahunnya semakin naik. Selain Statistik pelayanan paspor Manual Tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, adapun statistik pelayanan paspor Online Tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 :

8,656 10,641 16.608 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 2014 2015 2016

Statistik Pelayanan Keimigrasian paspor Manual

Tabel 1.3

Statistik Pelayanan Keimigrasian Paspor Online

Tahun 2014 - 2016

Sumber: (Seksi Infokim Kantor Imigrasi Kelas 1 Serang, 2017)

Berdasarkan tabel 1.3 di atas, dapat dilihat bahwa belum berhasilnya pelayanan pembuatan paspor online dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Penilaian itu bisa dilihat dari turunnya jumlah pemohon pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) atau paspor tiap tahunnya dari tahun 2014 dengan jumlah 6.901 paspor, kemudian pada tahun 2015 turun dengan jumlah 3.835 paspor, dan semakin menurun pemohon paspor di tahun 2016 menjadi 3.009 paspor. Jumlah tersebut menandakan bahwa masyarakat yang kurang tertarik akan pelayanan pembuatan paspor secara online. Hal itu dibuktikan dengan jumlah pemohon pembuatan paspor online yang setiap tahunnya semakin turun dan di harapkan pelayanan yang diberikan semakin baik.

6,901 3,835 3.009 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 2014 2015 2016

Statistik pelayanan keimigrasian

paspor (Online) Tahun 2014- 2016

Kesimpulan yang peneliti dapatkan berdasarkan dua tabel di atas mengenai statistik pelayanan keimigrasian paspor manual (walk in) dan paspor online. Bahwa dari tahun 2014 sampai dengan 2016 paspor walk in mengalami kenaikan peminat setiap tahunnya dibandingkan paspor online yang sejak diterbitkan pada tahun 2014 sampai dengan 2016 mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemohon walk in lebih banyak dibandingkan pemohon online ditambah lagi informasi di Website Kantor Imigrasi Kelas I Serang yang kurang update sehingga pemohon paspor hanya mengetahui infornasi mengenai pembuatan paspor secara walk in.

Berdasarkan hasil observasi awal dimana peneliti melihat langsung kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas I Serang khususnya di bidang pelayanan pembuatan paspor online dan wawancara secara tidak terstruktur kepada pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Serang dan para pemohon paspor, maka peneliti menemukan beberapa masalah penting yang terdapat pada Kantor Imigrasi Kelas I Serang dalam melayani Pembuatan paspor online, yaitu : Pertama, Permohonan pembuatan paspor begitu banyak namun adanya keterbatasan karena daya upload jaringan data untuk pembuatan paspor hanya 70-85 Pemohon perhari. Menurut Pak Oman Zamroni S.H Selaku Kepala Urusan Kepegawaian menjelaskan bahwa setiap hari Kantor Imigrasi Kelas I Serang selalu banyak permintaan terkait paspor, visa, maupun surat perjalanan lainnya namun permohonan pembuatan paspor untuk perhari di batasi hanya 70-85 perhari sehingga hanya 70-85 orang saja yang bisa diproses pada hari itu

selebihnya harus mengantri di hari berikutnya. Dikarenakan daya upload jaringan data untuk pemohonan pembuatan paspor masih tergantung dari Pusat Data Keimigrasian (PUSDAKIM).

Kedua, Sistem sering error dan down ketika sedang memproses upload ataupun input data para pemohon paspor. Menurut Kepala Urusan Kepegawaian Pak Oman Zamroni S.H mengatakan Sistem sering error dan down ketika memproses berkas para pemohon paspor secara online. Sistem sering error dan down karena trafik terlalu tinggi mengingat website banyak yang mengakses secara bersamaan pada jam-jam sibuk, dan menjadi slow respond karena semakin banyak pengunjung maka semakin berat kerja sebuah server bahkan tidak bisa diakses (bisa dilihat pada daftar lampiran). Mengakibatkan para pemohon paspor yang membuat paspor secara online harus menunggu dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dan bahkan harus kembali lagi besok ke Kantor Imigrasi. Hal ini membuat para pemohon paspor tertunda dalam pengurusan paspor dikarenakan menunggu konfirmasi dari Pusat data Keimigrasian (PUSDAKIM).

Ketiga, Lahan parkir kendaraan yang kurang memadai jika dibandingkan dengan Kantor Imigrasi lain untuk menunjang pelayanan penerbitkan paspor. Jika dibandingkan dengan Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang, lahan parkir yang ada di Kantor Imigrasi Kelas I Serang dapat dikatakan terbatas atau kurang memadai. Karena lahan parkir yang tersedia hanya menampung

kendaraaan untuk para pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Serang saja. Sehingga apabila masyarakat ingin membuat paspor atau ada keperluan lain di Kantor Imigrasi Kelas I Serang harus memarkirkan kendaraannya di bahu jalan depan kantor imigrasi, atau bahkan harus menumpang parkir di sekolah maupun di Kantor Dinas Kecamatan Serang yang ada di samping kantor imigrasi, dan membuat kemacetan sehingga memperhambat masyarakat yang ingin mengurus dokumen keimigrasiannya terganggu. Selanjutnya fasilitas seperti ruang tunggu yang ada di Kantor Imigrasi Kelas I Serang terlihat sangat sempit jika dibandingkan Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang, yang menyebabkan menumpuknya orang sampai keluar ruang tunggu. Bahkan sebagian pemohon paspor tidak mendapatkan tempat duduk di jam-jam tertentu pada pukul 09:00 sampai 11:30 sehingga harus berdiri dan sebagian lainnya duduk di halaman luar.

Keempat, Kurangnya sosialisasi yang dilakukan Kantor Imigrasi Serang dibanding Kantor Imigrasi lain mengenai paspor online, membuat banyak pemohon yang tidak mengetahui tata cara pembuatan paspor online. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemohon walk in lebih banyak dibandingkan pemohon online. Selain itu informasi yang ada di Website Kantor Imigrasi Kelas I Serang yang tidak diperbaharui. Selanjutnya sosialisasi mengenai pembuatan paspor online tersebut sudah tidak ada di sekitar Kantor Imigrasi Kelas I Serang sehingga para pemohon yang ingin membuat paspor hanya mengetahui pelayanan pembuatan paspor secara walk in oleh masyarakat umum yang baru pertama kali mengurus paspor,

dan para pemohon pun mengetahui pembuatan paspor online dari mulut ke mulut dan membuat sosialiasi dirasa kurang jelas, kurang informatif sehingga menimbulkan kebingungan. Jika dibandingkan dengan Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang, informasi mengenai pembuatan paspor online tersedia di ruang tunggu dan bahkan dijelaskan di website Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang untuk pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) atau paspor bisa datang langsung (walk in) ke Kantor Imigrasi atau bisa online melalui website www.tangerang.imigrasi.go.id atau www.imigrasi.go.id.

Dari berbagai permasalahan yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas dapat diketahui bahwa Kantor Imigrasi Kelas I Serang masih mengalami permasalahan dalam melayani pembuatan paspor online. Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Tingkat Efektivitas Pelayanan Pembuatan Paspor Online di Kantor Imigrasi Kelas I Serang Provinsi Banten”.

Dokumen terkait