• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Keberadaan pasar modal dalam perekonomian modern sudah tidak dapat terelakkan lagi bagi seluruh negara di dunia ini, tidak terkecuali bagi Indonesia. Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, pasar modal memiliki posisi yang sangat penting dan vital karena dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengembangan pembangunan ekonomi. Pasar modal merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan perekonomian suatu negara, karena pada pasar modal dikenal adanya composite index. Indeks ini mewakili pergerakan seluruh saham publik yang tercatat (listing) di bursa efek. Indeks tersebut di Indonesia dikenal dengan nama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada pasar saham Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia, saham – saham yang diperdagangkan dikelompokkan menjadi beberapa sektor yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, serta Manufatur. Saham – saham yang dikeluarkan oleh emiten tersebut akan diperjual belikan oleh investor pada lantai bursa dengan likuiditas perdagangan mencapai Rp 6,4 triliun per hari (2013).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik ditengah terjadinya krisis keuangan yang dialami oleh sebagian negara dikawasan Eropa maupun Amerika. pertumbuhan ekonomi yang tinggi membuat

investor asing mulai melirik Indonesia sebagai tempat tujuan investasi yang baik. Hal ini mengakibatkan pasar modal Indonesia terus berkembang.

Sumber : Yahoo Finance (2014)

Gambar 1.1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2007-2012

Pada tahun 2007 IHSG terus menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Namun, pada tahun 2008 krisis gobal kembali terjadi. IHSG pun harus kembali terkoreksi sangat tajam, bahkan pertama kali dalam sejarah lantai bursa di Indonesia transaksi dihentikan di tengah jalan karena penurunan harga dinilai tidak wajar. Saat diberhentikan, IHSG anjlok 168,52 poin (10,38 persen) ke titik 1.451,669 dengan nilai transaksi hanya Rp 952,165 miliar. Tahun 2010 merupakan salah satu tahun keemasan dari Bursa Efek Indonesia, Bahkan IHSG mencatatkan pertumbuhan terbaik di Asia Pasifik. Memasuki tahun 2012, IHSG masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik di tengah kondisi krisis perekonomian global. 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00 4,500.00 5,000.00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 IHSG

Pasar modal adalah refleksi dari kondisi ekonomi suatu negara. Kestabilan ekonomi suatu negara yang baik, akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian secara makro, karena fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro. Bagi bank sentral, menjaga kestabilan ekonomi secara makro yaitu dengan menekan laju inflasi melalui pengawasan pada jumlah uang yang beredar ditengah masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga terciptanya lapangan pekerjaan. untuk menjalankan tugasnya tersebut, bank sentral Indonesia akan menggunakan instrumen-instrumen dari kebijakan moneter yaitu penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, operasi pasar terbuka dan himbauan moral.

Penetapan BI rate ini akan menjadi acuan perbankan dalam menetapkan suku bunga tabungan dan juga deposito. Penetapan mekanisme bekerjanya perubahan BI rate sampai mempengaruhi tingkat inflasi disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini terjadi melalui interaksi antara bank sentral, perbankan dan sektor keuangan serta sektor rill. Mekanisme perubahan BI rate untuk mempengaruhi pergerakan inflasi dilakukan dengan beberapa jalur, yaitu jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset dan jalur ekspektasi.

Keadaan ekonomi yang mengalami fluktuasi haruslah dicermati dengan penetapan kebijakan yang tepat sehingga kestabilan ekonomi tetap dapat terjaga. Keadaan ekonomi yang lambat dapat diatasi dengan menerapkan kebijakan

moneter yang ekspansif yaitu menambah jumlah uang beredar dengan salah satu instrumen moneter yaitu menurunkan tingkat suku bunga acuan. Namun pada saat keadaan ekonomi sangat bergairah haruslah ditahan guna mengendalikan inflasi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar ditengah masyarakat dengan penerapan kebijakan moneter yang kontraktif. Salah satunya yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga acuan yang bertujuan untuk menghambat kenaikan laju inflasi akan mempengaruhi tingkat suku bunga pada lembaga keuangan. Kenaikan suku bunga akan membuat masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi pada pasar uang dibanding pasar modal karena kenaikan suku bunga dan juga resiko yang ditawarkan lebih rendah dibanding pasar modal. Kenaikan suku bunga juga akan mengakibatkan biaya bunga perusahaan akan meningkat yang mengakibatkan earning perusahaan turun dan diikuti penurunan harga saham. Apabila hal tersebut terjadi pada banyak saham maka memberikan sinyal negatif terhadap IHSG, kondisi ini secara pasti mempengaruhi investor untuk mengalihkan investasinya ke pasar pasar uang baik berupa tabungan, deposito dan yang lainnya.

Setiap investor akan mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang dilakukannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen, sedangkan Capital gain/loss merupakan

selisih laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi/rendah dibandingkan harga saham sebelumnya.

Pasar modal yang semakin maju dan modern akan mengakibatkan semakin banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mencoba meneliti dan menganalisis bagaimana pengaruh kebijakan moneter oleh bank sentral melalui instrumen penetapan tingkat diskonto untuk menjaga kestabilan kondisi perekonomian terhadap return saham yaitu berupa capital gain/loss. Dalam hal ini penulis melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Melalui Instrumen Suku Bunga Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia”. 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan pokok-pokok permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kebijakan moneter dengan instrumen suku bunga oleh Bank Sentral berpengaruh terhadap volatilitas return indeks pasar saham,

2. Apakah kebijakan moneter melalui instrumen suku bunga dari Bank Sentral ditanggapi berbeda oleh tiap sub-sektor di pasar saham.

Dokumen terkait