• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 20-0)

Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021

17

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Sedangkan realisasi belanja Bantuan Sosial dan belanja hibah masing-masing 0,44 persen dan 12,00 persen dari realisasi belanja daerah.

2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Realisasi belanja daerah terbesar berdasarkan urusan (selain Urusan Administrasi Pemerintahan dan Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan) adalah pendidikan sebesar Rp.2,131 triliun, selanjutnya kesehatan Rp851,36 miliar, Ekonomi Rp371,44 miliar, pekerjaan umum dan penataan ruang Rp.352,95 miliar dan pariwisata Rp225,35 miliar. Realisasi tersebut sesuai prioritas pembangunan daerah yang disepakati dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) DIY adalah : i)Pendidikan, ii)Kesehatan, iii)Pengembangan Wilayah, iv) Penciptaan Lapangan Kerja, dan v)Pembangunan Peningkatan Infrastruktur guna mendukung ekonomi kerakyatan dan pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.

Pendapatan Daerah 15.911,33 7.569,82 47,58% 15.819,04 99,42%

Belanja Daerah dan Transfer 16.636,92 5,741,36 34,51% 18.358,84 110,35%

Surplus/Defisit -725,59 1.828,45 -251,99% 1.717,98 -236,77%

Sumber:LKPD Pemda (2014-2021) Diolah

Pertumbuhan ekonomi di DIY pada triwulan II Tahun yang sebesar 11,81 persen utamanya bersumber dari Akomodasi dan Makan Minum (3,70 persen), Informasi dan Komunikasi (2,66 persen), Konstruksi (1,93 persen) dan jasa lainnya (1,34 persen). Pertumbuhan ini didorong oleh masih dibukanya objek wisata di luar zona merah di DIY pada triwulan II 2021 yang diiringi dengan meningkatnya permintaan pada sisi Akomodasi dan Makan Minum dan jasa lainnya sebagai pendukung sektor pariwisata, informasi dan komunikasi masih naik seiring masih diperpanjangnya kegiatan daring baik kegiatan perkantoran maupun pendidikan, bahkan termasuk beberapa event yang dilaksanakan secara virtual sedangkan untuk sektor konstruksi dipicu oleh meningkatnya pembangunan dan perbaikan fasilitas infrastruktur seperti jalan dan jembatan, rel kereta api dan lainnya

Kebijakan percepatan belanja pemerintah daerah melalui APBD yang difokuskan untuk penanganan pandemi Covid-19 serta penguatan layanan kesehatan pada masyarakat termasuk dengan diadakannya shelter bagi warga masyarakat yang terpapar Covid-19 melalui program Yogyakarta tanggap Covid-19 serta belanja APBD dalam bentuk belanja barang produk masyarakat dalam penanganan pandemi serta bantuan sosial sebagai bagian dari upaya perlindungan sosial dalam pemulihan ekonomi juga diharapkan sampai dengan akhir tahun 2021 mampu menjaga daya beli masyarakat dan membangkitkan perekonomian DIY

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

18

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsoliasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu.

Tabel IV.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi DIY Triwulan II Tahun 2021 (dalam Juta Rupiah)

Uraian Triwulan II 2021 Trw II 2020

Pusat Daerah Konsolidasi Growth Konsolidasi A. Pendapatan dan Hibah 3.295.585,48 7.309.519,24 5.276.246,75 -3,04% 5.441.523,58

I. Pendapatan Perpajakan 2.174.004,74 1.284.342,61 3.458.347,35 -2,94% 3.563.199,18 II. Pendapatan Bukan Pajak 1.121.580,74 5.970.312,82 1.763.035,58 -5,47% 1.864.974,52

III. Hibah 0,00 54.863,81 54.863,81 310,97% 13.349,89

B. Belanja Negara 11.203.493,95 5.497.377,17 11.371.430,59 16,46% 9.764.431,13 I. Belanja Pemerintah 5.248.240,08 5.098.742,68 10.346.400,21 18,80% 8.709.204,42

II. Transfer 5.955.253,87 398.634,49 1.025.030,38 -2,86% 1.055.226,71

C. Surplus/(Defisit) -7.907.908,47 1.812.142,07 -6.095.183,84 41,00% -4.322.907,55

D. Pembiayaan 0,00 -266.144,12 266.144,12 -60,52% 674.067,99

I. Penerimaan Pembiayaan

Daerah 0,00 390.802,42 390.802,42 -52,75% 827.174,52

II. Pengeluaran Pembiayaan

Daerah 0,00 124.658,30 124.658,30 -18,58% 153.106,53

E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran -7.907.908,47 2.078.286,19 -5.829.039,72 59,75% -3.648.839,55

Catatan: Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah.

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah Smt I 2021 Kanwil DJPb DIY

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan dan hibah konsolidasian tingkat wilayah DIY sampai dengan akhir triwulan II 2021 masih mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Realisasi pendapatan dan hibah konsolidasian dimaksud tercatat sebesar Rp5,28 triliun, atau berkurang 3,04 persen jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp5,44 triliun. Masing-masing pos pendapatan konsolidasian menunjukkan penurunan. Pendapatan pajak konsolidasian tercatat terkontraksi 2,94 persen, dan PNBP terkontraksi 5,47 persen. Adapun pendapatan Hibah konsolidasian tercatat tumbuh tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi Pendapatan pemerintah konsolidasian sampai dengan triwulan II 2021 sebesar Rp5,28 triliun tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp3,46 triliun, PNBP sebesar Rp1,76 triliun dan Hibah sebesar Rp54,86 miliar. Jika ditelaah per pos pendapatan, nampak bahwa pendapatan perpajakan masih mendominasi komposisi Pendapatan Konsolidasian, yaitu sebesar 65,55 persen, tidak jauh berbeda dengan kondisi pada Triwulan II 2020 yang sebesar 65,48 persen. Pada penerimaan PNBP, proporsi PNBP terlihat sedikit mengalami penurunan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

BAB IV

Proporsi pemerintah pusat ini meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 61,84 persen.

Pandemi Covid-19 masih berdampak besar pada kemandirian fiskal daerah. Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan II 2020, proporsi pendapatan Pajak Daerah mengalami peningkatan dari yang sebelumnya 36,53 persen pada triwulan II 2020 menjadi 37, 14 persen pada triwulan II 2021.

2. Analisis Perubahan

Tidak terjadi perubahan dalam komposisi pendapatan konsolidasian DIY pada Triwulan II 2021. Sektor Perpajakan masih menjadi pilar utama pendapatan konsolidasian di DIY, diikuti PNBP dan Hibah. Kontribusi Pajak tetap berada pada kisaran antara 60-65 persen, PNBP sebesar 30-35 persen dan Hibah sebesar +/- 0,1 persen.

3. Analisis Pengaruh Penerimaan Pendapatan Konsolidasian terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pandemi COVID-19 hingga saaat ini masih menjadi permasalahan utama ekonomi. Di tahun 2021 ini, APBN masih menjadi instrumen utama pendorong pertumbuhan ekonomi dan merupakan instrumen countercyclical, dimana penerapan kebijakan tersebut digunakan untuk penanganan dampak pandemi baik untuk bidang kesehatan, membantu masyarakat yang paling rentan, membantu usaha kecil menengah, membantu dunia usaha dan tetap menjaga kegiatan ekonomi. Langkah tersebut tentunya memberikan konsekuensi terhadap penerimaan negara, khususnya penerimaan pajak yang menjadi pilar utama penerimaan negara.

Tabel IV.2.

Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di wilayah Provinsi DIY Triwulan II 2021 dan Triwulan II 2020

Uraian Realisasi s.d Trw II

20

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Uraian Realisasi s.d Trw II

2020

Realisasi s.d Trw II

2020 %

Total 5.276.246.745.294 5.441.523.584.010 -3,04%

PDRB ADHB /Pert. Ekonomi 36.619.589.000.000 32.074.268.000.000 11,81%

Sumber Data : Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah Smt I 2021 Kanwil DJPb DIY / BPS DIY

Di DIY, penerimaan perpajakan s.d triwulan II 2021 terkontraksi 2,94 persen dibandingkan tahun lalu. Realisasi ini lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yang terkontraksi 4,46%. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan dan paket stimulus di sektor perpajakan antara lain berupa pemberian insentif bagi pekerja di sektor yang terdampak langsung oleh pandemi melalui fasilitas pajak DTP PPh 21, PPh UMKM ditanggung pemerintah, penurunan tarif PPh Badan, pembebasan PPh 22 Impor, pembebasan pajak impor alat kesehatan dan vaksin. Melalui PMK Momor 82/PMK.03/2021, pemerintah memperpanjang insentif pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak hingga 31 Desember 2021. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan dunia usaha dapat kembali menggeliat, iklim investasi kembali kondusif, kesejahteraan masyarakat meningkat, dan UMKM dapat kembali bangkit dan berkembang, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, penerimaan PNBP yang juga mengalami tekanan akibat pandemi COVID-19 ini, pada triwulan II 2021 terkontraksi 5,47 persen. Kontraksi ini tercatat lebih dalam dibanding penerimaan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 0,09 persen. Penerimaan PNBP terbesar berasal dari BLU/BLUD melalui jasa Kesehatan dan jasa pendidikan, dimana rumah sakit tetap beroperasi dan kewajiban pembayaran SPP/Kuliah tidak berubah walaupun pembelajaran melalui daring.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama. Sampai dengan Triwulan II 2021, realisasi belanja konsolidasian tercatat sebesar Rp11,37 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat dan daerah sebesar Rp10,35 triliun dan belanja transfer sebesar Rp1,02 triliun. Belanja ini tumbuh 16,46 persen jika dibanding triwulan II 2020 yang mencapai Rp9,76 triliun.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi belanja konsolidasian pemerintah pusat dan daerah sebesar Rp10,35 triliun tersebut berasal dari belanja pemerintah pusat Rp5,25 triliun (50,72 persen) dan belanja pemerintah daerah sebesar Rp5,10 triliun (49,28 persen).

21

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Jika dilakukan analisis per jenis belanja, realisasi Belanja Pegawai konsolidasian mencapai Rp5,06 triliun, dimana Rp2,34 triliun (46,39 persen) berasal dari APBN dan Rp2,71 triliun (53,61 persen) berasal dari APBD. Sementara itu Belanja Barang konsolidasian mencapai Rp2,88 triliun dengan komposisi 54,38 persen (Rp1,56 triliun) dari pemerintah pusat dan 45,62 persen (Rp1,31 triliun) dari pemerintah daerah. Sedangkan Belanja Modal konsolidasian mencapai Rp1,69 triliun dengan komposisi 78,52 berasal dari APBN dan 21,48 persen dari APBD. Sementara itu, realisasi belanja bantuan sosial mencapai Rp29,91 miliar dan Belanja Lain-lain mencapai Rp49,69 miliar.

Jika ditinjau dari proporsi belanja pemerintah pusat (belanja K/L) dan pemerintah daerah terhadap belanja konsolidasian, nampak bahwa kontribusi pemerintah pusat lebih besar daripada pemerintah pusat, terutama belanja Modal. Hal ini didorong oleh pelaksanaan proyek infrastruktur, beberapa diantaranya merupakan proyek infrastruktur yang ditunda di tahun 2020, terutama jalan, irigasi, dan jaringan. Selain itu faktor yang mendorong percepatan belanja lainnya adalah tuntutan kebutuhan masyarakat, antara lain penyaluran BOS/bantuan lainnya, dan pembayaran gaji/sejenisnya.

2. Analisis Perubahan

Rata-rata realisasi belanja pemerintah konsolidasian pada triwulan I 2021 tumbuh sebesar 18,81 persen. Belanja Pegawai tercatat tumbuh sebesar 8,31 persen, belanja barang dan jasa tumbuh sebesar 12,53 persen, dan belanja modal tumbuh dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu belanja Hibah dan Subsidi tercatat meningkat signifikan. Sedangkan belanja Bantuan Sosial justru tumbuh negatif 9,01 persen.

22

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Jika dilihat dari komposisinya (Grafik IV.5), terjadi perubahan proporsi pada komposisi belanja. Masih masih mendominasi, proporsi realisasi belanja pegawai pada triwulan II 2021 tercatat turun menjadi 48,9 persen dari semula 53,62 persen pada triwulan II 2020. Demikian halnya dengan proporsi belanja Barang dan Jasa yang pada triwulan II 2021 proporsinya menurun menjadi 27,8 persen dati 29,35 persen. Sementara itu pos Belanja Modal mengalami kenaikan yang cukup tajam, dari 9,5 persen menjadi 16,4 persen.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Dampak Pandemi Covid-19 tidak hanya pada masalah krisis Kesehatan, namun berkembang menjadi masalah sosial, ekonomi dan juga masalah keuangan. Angka kemiskinan Maret 2021 dan tingkat pengangguran terbuka Februari 2021 di DIY menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi.

Tabel IV.3.

Data Perkembangan Pertumbuhan Belanja Konsolidasian dengan Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran di wilayah Provinsi DIY

Belanja Konsolidasian Realisasi Trw II 2021 Realisasi Trw II 2020 % Perubahan

Belanja Pemerintah (Juta ) 10.346.400.210.141 8.709.204.420.495 18,80%

PDRB ADHB (juta rupiah)/Pertumb.Ek 36.619.589.000.000 32.074.268.000.000 11,81%

Persentase Penduduk Miskin (Mar) 12,80% 12,28% 0,52 poin

Persentase TPT (Feb) 4,28% 3,38% 0,90 poin

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah Smt I 2021 Kanwil DJPb DIY

Kebijakan fiskal berupa belanja pemerintah cukup mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di DIY. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan belanja pemerintah di DIY sampai dengan Triwulan II 2021 yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan II 2021 yang mampu tumbuh sebesar 11,81 persen (y-o-y). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi di DIY triwulan II 2021 belum cukup mampu untuk menekan angka pengangguran di DIY.

Belum pulihnya aktivitas ekonomi di DIY, terutama di sektor pariwisata dan pendukungnya serta masih terbatasnya kegiatan yang membutuhkan mobilitas diduga belum dapat menyerap tenaga kerja di sektor-sektor terkait, antara lain Akomodasi dan Makan Minum, Transportasi, serta Konstruksi, sehingga tingkat pengangguran masih tinggi.

Demikian halnya dengan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan cenderung akan bergerak mengikuti tingkat pengangguran. Semakin naik angka pengangguran maka kemiskinan juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dimaksud berasal dari belanja Pemerintah dan investasi. Nilai belanja pemerintah adalah total nilai dari kompensasi pegawai, penggunaan barang dan jasa, konsumsi aset tetap dan manfaat sosial yang dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa. Sedangkan nilai Investasi Pemerintah (dalam Laporan Operasional sama dengan nilai Aset tetap pada Transaksi Aset Non Keuangan Neto).

23

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Tabel IV.4. Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Umum Tingkat Wilayah Provinsi DIY Triwulan II 2021 dan Triwulan II 2020

Uraian Triwulan II

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah Smt I 2021 Kanwil DJPb DIY

Catatan : Dari data yang dihasilkan oleh Aplikasi SIKRI, Nilai yang tercantum dalam Semester I 2021 hanya nilai LO Pmerintah Pusat ( tidak termasuk Nilai LO Pemerintah Daerah)

Berdasarkan LO tabel IV.4, nilai belanja yang dihitung dari akumulasi kompensasi pegawai, penggunaan barang dan jasa, konsumsi aset tetap dan manfaat sosial pemerintah sampai dengan Triwulan II 2021 sebesar Rp3,52 triliun. Sehingga kontribusi pemerintah terhadap PDRB ADHB DIY Triwulan II 2021 (Rp36,62 triliun) sebesar 9,62 persen.

Sedangkan kontribusi pemerintah terhadap PDRB dari investasi yang dihitung berdasarkan nilai aset tetap pada transaksi aset non keuangan neto sampai dengan Triwulan II 2021 sebesar 7,07 persen. Dalam struktur pembentuk PDRB Triwulan II 2021 DIY, kontribusi PMTB dan Perubahan Inventori sebagai komponen pembentuk Investasi masing-masing mencapai 32,50 persen dan 2,29 persen. Disini terlihat bahwa dengan kontribusi pemerintah dari investasi yang sebesar 7,07 persen tersebut menunjukkan bahwa investasi di DIY sebagian besar ditopang oleh sektor swasta. Namun demikian, jika dibandingkan dengan Triwulan II 2020, dimana kontribusi PMTB mencapai 30,76 persen terhadap total PDRB, nampak bahwa aktivitas investasi di DIY sudah mulai menunjukkan peningkatan.

Sampai dengan Juni 2021 nilai realisasi Investasi PMA & PMDN (akumulasi) di DIY telah mencapai Rp30,13 Trilun yang terdiri atas realisasi investasi PMA sebesar Rp9,49 triliun dan realisasi Investasi PMDN sebesar Rp20,64 triliun.

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

24

Optimisme Di Tengah Pandemi

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dan Jasa lainnya menjadi sumber lapangan usaha terbesar pendorong tumbuhnya perekonomian di DIY sepanjang triwulan II 2021, yakni tumbuh sebesar 3,70 persen dan 1,34 persen (yoy), disamping sektor infokom sebagai sarana kegiatan daring pada dunia pendidikan dan perkantoran termasuk juga MICE (meetings, incentive travels, conventions, congresses, conference dan exhibition).

Kenaikan pada kedua sektor ini tidak dapat dipisahkan dari kebijakan Pemda DIY yang membuka objek wisata di luar zona merah pada triwulan II 2021 melalui Instruksi Gubernur Nomor 12/INSTR/2021 yang selain mengatur mengenai PPKM Mikro juga mengatur kunjungan wisata di DIY dimana kebijakan ini dimaksudkan untuk dapat menjaga stabilitas perekonomian selama berlangsungnya Pandemi Covid-191 serta mengurangi tekanan pada sektor pariwisata yang dikhawatirkan dapat menggerus daya beli dan konsumsi masyarakat.

Dibukanya destinasi wisata dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat disertai pembatasan jumlah pengunjung maksimal 50 persen, pembatasan jam kunjungan serta adanya monitoring dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pariwisata mampu membuat pertumbuhan posisitif dibanding periode yang sama di tahun 2020 pada komoditas pariwisata DIY termasuk perhotelan, restoran, dan kafe, industri makanan dan kuliner, dan akomodasi transportasi sebagai pendukung pariwisata.

Program SIWIGNYO (Sinergi Wisata Ngayogyakarta) berupa digitalisasi data termasuk QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dalam sebagai opsi metode pembayaran merupakan sinergi program lintas stakeholder yang dilakukan agar semua pihak tetap produktif mempersiapkan pariwisata Yogyakarta untuk bangkit kembali adaptasi menuju kebiasaan baru2. Demikian juga dengan upaya penerapan travel corridor yang dibentuk dengan kesepakatan atau kerja sama antar pemerintah daerah yang sama sama menerapkan PPKM sehingga para pelaku wisata bisa mendatangkan wisatawan dalam kondisi yang aman dan memenuhi standar penerapan protokol kesehatan yang menjadi syarat mutlak saat pandemi covid-193. Dukungan kebijakan pemerintah daerah serta penerapan protokol kesehatan yang ketat di sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian DIY, mengingat tidak dapat dipungkiri sektor pariwisata dan pendukungnya termasuk di dalamnya Akomodasi dan Makan Minum serta Jasa lainnya berbasis pada crowd economics yakni ekonomi berbasis kerumunan dimana mayoritas pelaku ekonominya adalah UMKM (pengusaha

1 https://radarjogja.jawapos.com/jogja-raya/2021/05/10/destinasi-wisata-tetap-buka-terapkan-prokes-secara-ketat/

2 https://www.tagar.id/cara-sinergi-pengembangan-pariwisata-di-yogyakarta

3 https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/nbwl2l3k-industri-pariwisata-diy-rekomendasikan-travel-corridor-saat-pandemi

BAB V BERITA/ISU FISKAL REGIONAL

TERPILIH

25

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

kecil) yang kini menjadi sangat terdampak akibat adanya pandemi covid-19. Kebijakan daerah ini sangat diperlukan sebagai pendamping bagi kebijakan pemerintah pusat melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang didalamnya juga mencakup jaminan perlindungan sosial bagi masyarakat.

Sementara itu, Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEK) UGM, Puthut Indroyono memberikan tanggapan bahwa dalam konteks pemulihan ekonomi DIY, pemerintah perlu memfokuskan konsentrasi pada sektor-sektor yang paling banyak warga menggantungkan penghidupannya di sana yakni pertanian dan pedagang kecil, dan pariwisata4. Dalam konteks ini, pertanian dan pedagang kecil dimana 30-40 persen penduduk DIY

menggantungkan hidupnya disana serta pentingnya menjaga suplai makanan mengingat di masa krisis yang paling dibutuhkan adalah pangan dan juga pariwisata melalui pengembangan desa wisata budaya berbasis masyarakat (community-based tourism).

Kedepan, dengan kondisi fluktuatif pandemi Covid-19, serta dampak yang ditimbulkannya dan isu perpanjangan PPKM yang terus diberlakukan di Jawa dan Bali mengingat positivity rate yang masih cukup tinggi, Pemda DIY juga harus menyiapkan dan memiliki skema pemulihan ekonomi pendukung Program PEN. Pemerintah daerah selain harus bekerja keras tangani pelayanan kesehatan untuk masyarakat, harus memiliki strategi agenda pemulihan ekonomi bagi rakyat karena pandemi membuat ekonomi DIY menjadi tertekan dan pembatasan kegiatan masyarakat membuat perekonomian makin lesu.

Kebijakan pemulihan ekonomi rakyat melalui percepatan belanja APBD ini harus segera dibangkitkan seiring dengan penguatan sistem layanan kesehatan kepada warga. Selain aspek ekonomi, hal lain yang harus diperhatikan adalah jaminan kebutuhan pangan bagi warga terdampak yang sedang melaksanakan isolasi mandiri serta pembelian produk rakyat yang dipakai untuk mendukung penanggulangan covid maupun operasional pemda. Disamping kebijakan pemulihan ekonomi rakyat melalui percepatan Belanja APBD tersebut, tetap perlu dukungan kebijakan pemerintah pusat melalui percepatan program vaksinasi hingga testing, tracing, dan tracking (3T). Tujuannya, agar herd immunity cepat terbentuk sehingga aktivitas perekonomian dalam negeri dapat bergerak maju.

4 https://jogja.tribunnews.com/2021/02/12/pakar-ekonomi-ugm-berikan-masukan-untuk-pemulihan-ekonomi-diy-perlu-fokus-pada-3-sektor-ini

djpb_yogyakarta

LAMPIRAN

KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN II 2021

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Harga Berlaku Harga Konstan

Tingkat Inflasi Tingkat Inflasi Thn Kalender Tingkat Inflasi Tahun ke tahun Jasa Perusahaan

Tabel PDRB Menurut Lapangan Usaha (Triliun Rupiah) Dan Laju Pertumbuhan PDRB (Persen) DIY

Lapangan Usaha

PDRB TRIW II 2021 Laju Pertumbuhan Sumber

Pertumbuhan Triw II 2021

(y on y)

Anggaran Realisasi % Realisasi terhadap

REALISASI NETTO REALISASI DI % REAL.

SAMPAI DENGAN ATAS / BAWAH ANGG

TRIWULAN INI ANGGARAN

1 2 3 4 5 6 = 5 - 4 7

A Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Perpajakan 0 0 2,174,004,738,635 2,174,004,738,635 0

1. Pajak Dalam Negeri 0 0 2,170,602,231,461 2,170,602,231,461 0

2. Pajak Perdagangan Internasional 0 0 3,402,507,174 3,402,507,174 0

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.937.576.493.000 2,082,142,988,000 1,121,605,038,790 -960,537,949,210 53.87

1. Penerimaan Sumber Daya Alam 0 0 0 0 0

2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 0 0 0 0 0

3. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 268.932.150.000 285,095,074,000 248,278,651,410 -36,816,422,590 87.09

4. Pendapatan BLU 1.668.644.343.000 1,797,047,914,000 873,326,387,380 -923,721,526,620 48.6

III. Penerimaan Hibah 0 0 0 0 0

IV. Suspense Pendapatan 0 0 0 0 0

Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah (A.I +

A.II+A.III+A.IV) 1.937.576.493.000 2,082,142,988,000 3,295,609,777,425 1,213,466,789,425 158.28

B Belanja Negara

I. Belanja Pemerintah Pusat 12,197,363,802,000 12,088,823,746,000 5,201,404,801,790 -6,887,418,944,210 43.03

1. Belanja Pegawai 4,685,717,827,000 4,657,532,924,000 2,350,669,440,575 -2,306,863,483,425 50.47

2. Belanja Barang 4,041,806,902,000 4,338,791,866,000 1,569,080,754,517 -2,769,711,111,483 36.16

3. Belanja Modal 3,453,746,973,000 3,076,406,856,000 1,274,130,606,698 -1,802,276,249,302 41.42

4. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0 0

5. Subsidi 0 0 0 0 0

6. Belanja Hibah 0 0 0 0 0

7. Bantuan Sosial 16,092,100,000 16,092,100,000 7,524,000,000 -8,568,100,000 46.76

8. Belanja Lain-lain 0 0 0 0 0

II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 1.787.670.459.000 1,776,671,215,000 841,324,136,550 -935,347,078,450 47.35

1. Dana Perimbangan 643.979.221.000 632,979,977,000 63,155,192,350 -569,824,784,650 9.98

4. Dana Desa 460.455.838.000 460.455.838.000 311,139,669,200 -149,316,168,800 67.57

III. Suspen

Jumlah Belanja Negara (B.I + B.II + B.III) 13.979.868.753.000 13,865,494,961,000 6,042,728,938,340 -7,822,766,022,660 43.58 C Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) -12,047,457,768,000 -11,783,351,973,000 -2,747,119,160,915 9,036,232,812,085 23.31

D Pembiayaan

A. Penerimaan PPH

Februari Maret April Mei Juni

Yogyakarta 69,187,147,273 78,409,790,785 117,441,904,404 74,545,487,715 71,712,288,069 66,772,554,375 478,069,172,622 Bantul 34,013,920,857 21,614,713,133 30,151,433,672 54,494,351,938 35,628,382,623 33,913,408,866 209,816,211,087 Sleman 95,468,337,672 69,580,166,078 84,453,799,617 180,272,372,880 86,389,119,135 75,600,455,677 591,764,251,060 Wonosari 6,038,292,769 3,928,977,270 7,996,761,799 12,288,807,242 8,057,339,507 7,239,000,205 45,549,178,793 Kulonprogo 7,706,615,170 4,994,605,001 8,747,104,923 10,374,447,099 13,402,743,753 11,298,103,782 56,523,619,729 JUMLAH 212,414,313,742 178,528,252,267 248,791,004,415 331,975,466,874 215,189,873,088 194,823,522,905 1,381,722,433,291

B. Penerimaan PPN/PPN BM

Februari Maret April Mei Juni

Yogyakarta 22,659,599,035 9,655,621,405 36,542,957,846 47,778,602,460 41,014,665,569 53,423,198,346 211,074,644,661 Bantul 9,941,073,444 47,001,411,842 23,426,766,014 31,254,687,937 22,790,011,995 24,465,310,730 158,879,261,962 Sleman 67,426,637,919 82,727,297,728 55,164,765,666 32,433,520,760 48,710,313,369 56,984,343,878 343,446,879,321 Wonosari -213,136,679 6,651,195,337 -1,148,232,352 3,647,941,678 1,358,680,266 3,091,902,550 13,388,350,801 Kulonprogo 12,745,773,442 -36,349,451,073 5,653,071,222 9,725,729,131 6,919,061,829 6,661,507,056 5,355,691,607 JUMLAH 112,559,947,162 109,686,075,239 119,639,328,397 124,840,481,966 120,792,733,028 144,626,262,560 732,144,828,352

D. Penerimaan Cukai

Februari Maret April Mei Juni

Yogyakarta 20,607,680,750 44,893,126,450 26,668,620,370 53,953,191,010 43,172,491,820 41,694,612,480 230,989,722,880

C. Penerimaan Pajak Lainnya

Kab/Kota Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah

Yogyakarta 4,125,455,700 5,803,684,724 6,738,701,700 6,381,417,428 4,624,605,048 6,393,542,300 34,067,406,900 Bantul 727,981,845 793,713,000 981,745,831 800,141,100 678,611,573 1,008,255,790 4,990,449,139 Sleman 35,250,349 22,543,454 42,956,509 57,115,647 311,356,434 38,298,805 507,521,198 Wonosari 566,061,000 778,872,275 1,109,693,600 930,450,000 755,940,000 1,020,250,000 5,161,266,875 Kulonprogo 512,155,000 527,656,363 708,737,455 613,880,000 499,907,000 613,616,945 3,475,952,763 JUMLAH 5,966,903,894 7,926,469,816 9,581,835,095 8,783,004,175 6,870,420,055 9,073,963,840 48,202,596,875

PENERIMAAN PERPAJAKAN D.I. YOGYAKARTA PER BULAN PERIODE TRIWULAN II TAHUN 2021

Kab/Kota Januari Jumlah

Kab/Kota Januari Jumlah

Kab/Kota Januari Jumlah

A PENDAPATAN PNBP LAINNYA

1 Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (4254) Estimasi Pendapatan :

Kab/Kota Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah

Yogyakarta 344,998,000 6,242,992,849 1,373,385,001 7,135,268,600 7,493,524,000 22,867,956,500 45,458,124,950 Sleman 716,550,000 22,488,594,800 42,183,818,850 3,449,301,488 1,532,717,212 9,771,650,800 80,142,633,150 Bantul 8,702,066,002 1,576,183,000 208,075,029 2,272,380,000 42,601,000 2,663,411,012 15,464,716,043

Kulonprogo -

-Gunungkidul

-Total 9,763,614,002 30,307,770,649 43,765,278,880 12,856,950,088 9,068,842,212 35,303,018,312 141,065,474,143

2 Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum (4252) Estimasi Pendapatan :

Kab/Kota Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah

Yogyakarta 5,342,841,200 6,773,201,202 6,484,206,190 6,475,588,444 5,396,411,031 6,196,270,587 36,668,518,654 Sleman 4,186,046,000 3,893,102,300 4,703,240,799 3,745,594,800 3,509,877,500 4,140,074,000 24,177,935,399 Bantul 2,572,864,000 2,445,645,500 2,599,104,500 2,554,188,000 2,008,907,000 2,867,877,800 15,048,586,800 Kulonprogo 1,402,730,000 1,091,138,000 1,343,553,000 1,319,592,500 1,050,371,500 1,304,561,500 7,511,946,500 Gunungkidul 1,284,352,000 1,126,686,000 1,234,967,000 1,117,086,000 1,057,305,500 1,271,732,500 7,092,129,000 Total 14,788,833,200 15,329,773,002 16,365,071,489 15,212,049,744 13,022,872,531 15,780,516,387 90,499,116,353

PENERIMAAN PNBP DENGAN KONTRIBUSI PALING SIGNIFIKAN PER BULAN PERIODE TRIWULAN II TAHUN 2021

Jenis

Belanja Januari Februari Maret April Mei Juni

51 BELANJA PEGAWAI 4,654,537,724,000 235,885,597,525 309,019,051,475 359,613,642,854 376,989,681,828 523,925,452,159 545,236,014,734 2,350,669,440,575 52 BELANJA BARANG 4,323,696,077,000 24,594,154,965 150,441,098,087 304,415,049,961 225,911,567,196 317,360,774,115 546,358,110,193 1,569,080,754,517 53 BELANJA MODAL 3,082,107,698,000 351,272,000,469 225,286,048,348 153,028,031,303 160,691,147,431 129,758,020,064 254,095,359,083 1,274,130,606,698 57 BELANJA BANTUAN SOSIAL 16,092,100,000 0 0 0 4,877,400,000 2,633,400,000 13,200,000 7,524,000,000 12,076,433,599,000 611,751,752,959 684,746,197,910 817,056,724,118 768,469,796,455 973,677,646,338 1,345,702,684,010 5,201,404,801,790

Bulan DBH DAU DAK Fisik DAK Non Fisik DID Dana Keistimewaan Dana Desa

DIY

Jan 867,674,250 894,659,862,000 - - - 99,240,217,000 Feb 8,454,225,905 447,329,931,000 - 7,938,648,000 - 67,124,615,400 Mar 80,203,469,547 377,334,760,000 - 428,564,558,000 - 198,000,000,000 13,080,300,000 Apr 5,243,545,500 479,120,362,000 4,116,984,750 189,652,075,000 11,744,397,200

Mei 428,227,561,000 20,073,074,900 252,123,286,000 57,317,227,000 37,655,214,000

Jun 65,317,152,650 428,227,561,000 38,965,132,700 268,685,700,000 105,691,408,000 858,000,000,000 82,294,925,600 Jumlah 160,086,067,852 3,054,900,037,000 63,155,192,350 1,146,964,267,000 163,008,635,000 1,056,000,000,000 311,139,669,200

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Lingkup Provinsi DIY S.D. Bulan Juni 2021

NMGBKPK PAGU REALISASI

Jumlah

T O T A L

Realisasi Belanja Pegawai , Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial Triwulan II Lingkup Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2021

Laporan Pagu dan Realisasi T.A.2020 (per-bulan tidak akumulatif)

YOGYAKARTA '01 'RM 397,910,348,000 9,274,140,948 9,431,914,369 9,437,058,447 9,698,443,269 16,838,295,492 9,056,551,307 63,736,403,832 20,077,905,000

'415582

'RUMAH SAKIT UMUM DR SARDJITO

YOGYAKARTA '06 'BLU 1,117,927,452,000 0 0 61,663,139,781 0 0 271,517,626,097 333,180,765,878 -

3 '423755

'UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

KALIJAGA YOGYAKARTA '01 'RM 224,346,584,000 5,830,468,200 8,523,425,429 14,124,909,913 10,969,707,841 13,825,004,109 10,913,310,765 64,186,826,257 5,040,000

'423755

'UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

KALIJAGA YOGYAKARTA '06 'BLU 143,824,000,000 0 7,338,817,850 16,263,665,394 0 0 12,392,188,640 35,994,671,884 1,976,443,000

4 '632263 'POLITEKNIK KESEHATAN JOGYAKARTA '01 'RM 51,049,421,000 1,927,087,527 2,754,238,138 5,853,387,199 3,517,230,638 4,412,894,144 3,297,602,660 21,762,440,306 -

1 '344809 'RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO '01 'RM 58,611,187,000 2,634,876,163 4,004,379,758 4,235,171,228 4,580,909,910 6,209,518,292 6,639,062,423 28,303,917,774 0

'344809 'RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO '06 'BLU 128,403,571,000 0 0 26,536,128,947 -297,421,000 17,369,778,065 17,777,658,574 61,386,144,586 0

2 '415582

'RUMAH SAKIT UMUM DR SARDJITO

YOGYAKARTA '01 'RM 152,752,758,000 9,251,116,062 10,621,176,264 10,414,012,505 9,390,581,824 18,768,652,728 18,259,341,086 76,704,880,469 0

'415582

'RUMAH SAKIT UMUM DR SARDJITO

YOGYAKARTA '06 'BLU 1,128,500,000,000 0 60,467,948,126 52,226,103,678 0 118,880,259,105 104,977,118,850 336,551,429,759 0

3 '423755

'UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

KALIJAGA YOGYAKARTA '01 'RM 212,857,516,000 5,389,736,244 8,319,404,014 10,329,683,071 15,744,105,301 29,852,518,980 15,081,565,195 84,717,012,805 33,936,308,000

'423755

'UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

KALIJAGA YOGYAKARTA '06 'BLU 223,595,051,000 0 0 87,179,698,934 0 4,895,823,968 17,058,640,868 109,134,163,770 1,619,680,000

4 '632263 'POLITEKNIK KESEHATAN JOGYAKARTA '01 'RM 55,661,928,000 1,962,357,409 2,046,860,908 6,185,712,805 4,170,338,545 4,422,818,556 4,330,868,413 23,118,956,636 0

'632263 'POLITEKNIK KESEHATAN JOGYAKARTA '06 'BLU 40,652,103,000 0 1,412,396,979 3,060,811,421 2,572,965,840 3,573,892,727 3,271,175,183 13,891,242,150 0

5 '677509 'UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA '01 'RM 226,905,454,000 7,914,391,157 13,076,156,403 15,294,227,333 14,700,316,238 26,840,383,095 26,433,354,060 104,258,828,286 0

'677509 'UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA '06 'BLU 340,000,000,000 0 0 35,396,484,792 0 0 158,922,768,143 194,319,252,935 0

6 '679986 'RUMKIT BHAYANGKARA YOGYAKARTA '01 'RM 12,687,083,000 402,776,872 373,593,721 1,173,457,768 1,405,098,975 1,399,654,156 788,896,256 5,543,477,748 0

'679986 'RUMKIT BHAYANGKARA YOGYAKARTA '06 'BLU 21,599,175,000 0 0 5,569,277,411 0 3,466,428,941 5,096,722,368 14,132,428,720 0

'01 'RM 719,475,926,000 27,555,253,907 38,441,571,068 47,632,264,710 49,991,350,793 87,493,545,807 71,533,087,433 322,647,073,718

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

TOTAL D. I. YOGYAKARTA Prov. D. I. Yogyakarta Kab. Bantul Kab. Sleman

URAIAN Kab. Kulonprogo Kota Yogyakarta

Tabel Pagu dan Realisasi APBD Lingkup Kanwil DIY s.d Akhir Triwulan II Tahun 2021 (Miliar Rp)

Kab. Gunung Kidul

RINCIAN ANGKA PER KABUPATEN

Uraian Fungsi Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Uraian Fungsi Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 20-0)

Dokumen terkait