• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 - KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN FISKAL REGIONAL

2021

Penyusun:

Penanggung Jawab: Sahat M.T. Panggabean I Ketua Tim: Arvi R I Editor: Pujo P/Suratno/Agustina SKA I Desain Grafis: Enny S /Erly Murti I Anggota: Fitri N I Veronica H I Gatot P I Murti SI Sri Sulasmi I Sukro I

Provinsi D.I.Yogyakarta

(2)

KAJIAN

FISKAL REGIONAL

(Quarterly Flash Report)

TRIWULAN II 2021

KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI D.I YOGYAKARTA

TAHUN 2021

(3)

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

i

Daftar Isi ……….. i

Bab I Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional...……….. 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ……… 1

B. Inflasi ………... 1

C. Indikator Kesejahteraan ……… 2

Bab II Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN ……… 5

A. Pendapatan Negara ……….. 6

B. Belanja Negara ………... 8

C. Prognosis Realisasi APBN Sampai Dengan Akhir Tahun 2021……….……… 11

Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD ……… 13

A. Pendapatan Daerah ……… 14

B. Belanja Negara ………. 16

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021 ……….. 17

Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD) ………... 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 18

B. Pendapatan Konsolidasian ... 18

C. Belanja Konsolidasian ... 20

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB ... 22

Bab V Berita/Isu Regional Terpilih ... 24

Optimisme ditengah Pandemi... 24

Lampiran

Daftar Isi

(4)

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

1

A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Perekonomian D.I Yogyakarta (DIY) yang diukur berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp36,62 triliun.

Sedangkan nilai riil PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010) sebesar Rp26,49 triliun. Laju pertumbuhan PDRB pada triwulan II 2021 (yoy) tumbuh sebesar 11,81 persen atau jauh berbalik arah jika dibanding pertumbuhan periode yang sama di tahun 2020 yang sebesar minus 6,88 persen. Sedangkan apabila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2021 perekonomian DIY mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,36 persen (q-to-q).

Kinerja tinggi pertumbuhan ekonomi DIY secara year on year sebesar 11,81 persen lebih tinggi dari nasional (7,07 persen) didorong oleh kinerja 11 kategori lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi di kategori jasa lainnya yaitu 79,29 persen, disusul oleh penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 58,84 persen; jasa perusahaan sebesar 26,19 persen; Transportasi dan pergudangan sebesar 22,89 persen; dan konstruksi sebesar 21,54 persen.

Pangsa kontribusi terbesar struktur perekonomian DIY triwulan II 2021 adalah lapangan usaha industri pengolahan sebesar 12,77 persen; informasi dan komunikasi sebesar 10,29 persen; konstruksi sebesar 9,96 persen; penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 9,72 persen; dan jasa pendidikan sebesar 8,78 persen. Sementara itu, andil pertumbuhan terbesar di triwulan II-2021 (y-on-y) adalah penyediaan akomodasi dan makan minum yang mencapai 3,70 persen, disusul infokom dan konstruksi dengan andil masing-masing sebesar 2,66 persen dan 1,93 persen.

Kondisi perekonomian DIY pada Triwulan II 2021 secara q-to-q kembali terkontraksi sebesar -1,36 persen dengan kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 26,0 persen, seiring dengan selesainya masa panen raya pada triwulan I 2021.

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

BAB I

Dibandingkan dengan triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi y-on-y pada triwulan II 2021 didukung oleh kegiatan pariwisata di wilayah DIY yang kembali dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 di DIY dan penuhnya rumah sakit maupun shelter, beberapa hotel berbintang juga menawarkan paket isolasi mandiri (isoman).

(5)

2

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

B. INFLASI

Tingkat inflasi tahunan (y-on-y) pada Juni 2021 terhadap Juni 2020 sebesar 1,50 persen, lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional yang hanya sebesar 1,33 persen. Tingkat inflasi bulanan (m-to-m) tertinggi selama triwulan II 2021 terjadi di bulan Mei 2021 sebesar 0,07 persen. Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi bulanan secara nasional yang mencapai puncaknya juga pada Mei 2021 (0,32 persen). Tiga Komoditas yang paling mempengaruhi inflasi di bulan Mei 2021 tersebut adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,86 persen dan memberikan andil sebesar 0,05 persen; kelompok transportasi sebesar 0,27 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,26 persen; yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,01 persen.

C. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

1. Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DIY s.d. Triwulan II tahun 2021 masih diukur pada Februari 2021 yang berada pada angka 4,28 persen, meningkat 0,9 persen poin dibandingkan Februari 2020 (3,38 persen). Angka tersebut lebih rendah di bawah angka TPT Nasional (6,26 persen) serta berbanding lurus dengan kondisi nasional yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,27 persen poin dibandingkan dengan Februari 2020 (4,99 persen).

Peningkatan TPT DIY tersebut antara lain disebabkan adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran, dimana penduduk usia kerja yang terdampak Covid- 19 pada Februari 2021 sebanyak 12,61 ribu orang, mengalami penurunan sebanyak 19,76 ribu orang atau

(6)

3

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

sebesar 61,04 persen dibandingkan dengan Agustus 2020, dengan adanya kegiatan ekonomi dan sosial yang mulai dibuka perlahan-lahan.

TPT perkotaan selalu cenderung lebih tinggi dibandingkan perdesaan (Agustus 2016-Februari 2021) karena perkotaan memiliki sektor formal yang lebih banyak dan menuntut keahlian sehingga sulit dimasuki angkatan kerja. Berdasarkan jenjang pendidikan, urutan TPT tertinggi pertama adalah tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 7,42 persen, disusul pada jenjang Diploma (4,77 persen), dan tingkat universitas sebesar 4,64 persen,

2. Kemiskinan dan Gini Ratio

Sampai dengan triwulan II tahun 2021, tingkat kemiskinan di DIY tercatat pada Maret 2021 sebesar 12,80 persen atau naik sebesar 0,52 persen dibandingkan pada periode Maret 2020. Angka tersebut masih berada di atas rata-rata nasional (10,14 persen). Jumlah penduduk miskin di perdesaan 14,44 persen, lebih besar dibandingkan di perkotaan (12,23 persen). Terkait tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk, angka Gini Ratio DIY periode Maret 2021 tercatat 0,437 atau meningkat 0,003 poin dibandingkan periode Maret 2020 dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (0,384 persen). Angka gini ratio di perkotaan 0,401 lebih tinggi dibandingkan perdesaan yang berada di kisaran angka 0,315. Sama seperti periode Maret 2020, gini ratio DIY per Maret 2021 masih tercatat tertinggi secara nasional.

3. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani sebagai indikator kemampuan daya beli petani di pedesaan DIY perlahan naik dari terendah di bulan April 2021 sebesar 96,73 hingga bulan Juni 2021 sebesar 97,62 namun masih di bawah NTP nasional yang berada di angka 103,59. Kenaikan NTP di DIY didorong oleh kenaikan pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,22 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,51 persen, peternakan sebesar 0,29 persen, dan perikanan sebesar 0,05 persen

99,2 98,25

97,05 96,73 97,38 97,62 103,26 103,1 103,29 102,93 103,39 103,59

95 100 105

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber : BPS DIY/BPS Ri

Nilai Tukar Petani (NTP) DIY Periode Jan - Juni 2021

DIY Nasional

(7)

4

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

4. Nilai Tukar Nelayan (NTN)

Nilai Tukar Nelayan (NTN) DIY naik 0,80 bila dibandingkan periode bulan Mei 2021 yang ada di angka 115,53. Kenaikan NTN bulan Juni 2021 menjadi sebesar 116,46 diatas NTN nasional yang berada pada 104,64 dipengaruhi oleh naiknya Komoditas subkelompok ikan tangkap layur, cakalang, kakap, tongkol, dan teri.

Progress Perkembangan Indikator Makro DIY s.d Triwulan II 2021

Tabel I.5 Realisasi Indikator Makro Provinsi DIY dan Nasional s.d Triwulan II 2021

No Indikator Target Tahunan

(RKPD TA 2021)i Realisasi

DIY Realisasi

Nasional

1 Pertumbuhan Ekonomi 5,2% 11,81 % 7,07 %

2 Inflasi 3% 1,50 % -0,16 %

3 Tingkat Kemiskinan 11,5% 12,80 % 10,14 %

4 Pengangguran (TPT) 4,18% 4,28 % 6,26 %

5 Gini Ratio 0.445 0,437 0,384

1 Berdasarkan target dan asumsi/ proyeksi dalam RKPD Pemda DIY Tahun 2021

Geliat pertumbuhan ekonomi DIY di masa pandemi mulai nampak, hal tersebut tak lepas dari penyesuaian yang telah dilakukan oleh Pemerintah DIY terhadap lima indikator makro disesuaikan dengan kondisi pandemi COVID-19. Pada Triwulan II 2021, pertumbuhan ekonomi DIY di angka 11,81 persen, jauh di atas angka Nasional dan target yang ditetapkan dalam RKPD DIY tahun 2021. Tingkat pengangguran walaupun masih di atas target RKPD 2021, namun masih lebih rendah dari angka nasional. Tidak hanya pengangguran, namun penduduk usia kerja turut terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 sehingga perlu diperhatikan seberapa besar pekerjaan yang hilang akibat pandemi Covid-19. Inflasi tetap terjaga dan terkendali di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan tetap fokus menjaga kelancaran distribusi bahan pangan pokok, membantu menyerap produksi petani lokal, menggunakan platform digital untuk mendorong konsumsi masyarakat di DIY pada saat ini. PPKM juga berdampak pada angka tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang memang menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Daerah DIY. Pemda perlu melakukan akselerasi dan optimalisasi realisasi hibah dan bantuan sosial (bansos) ditingkat kabupaten/kota, sehingga bisa dicairkan bagi penanganan pandemi COVID- 19.

115,46 116,69

115,04 115,85 115,53 116,46

102,83 103,16 102,76 103,7 104,8 104,64

90 100 110 120

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber : BPS DIY/BPS RI

Nilai Tukar Nelayan (NTN) DIY Periode Jan - Juni 2021

DIY Nasional

(8)

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

5

Perbandingan postur APBN 2021 dengan APBN 2020, sebagai berikut:

Tabel II.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi D.I. Yogyakarta s.d. akhir Triwulan II Tahun 2020 dan Tahun 2021 (dalam Miliar Rp)

Uraian Triwulan II 2020 Growth

Realisasi

Triwulan II 2021 Growth Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 8.908,50 3.369,62 2,33% 7.516,34 3.295,58 -2,20%

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 8.908,50 3.369,62 2,33% 7.516,34 3.295,58 -2,20%

1. Penerimaan Pajak 6.506,74 2.262,70 -0,71% 5.434,20 2.174,00 -3,92%

2. PNBP 2.401,76 1.106,92 9,16% 2.082,14 1.121,58 1,32%

II. HIBAH - -

B. BELANJA NEGARA 19.185,51 9.919,11 -1,35% 22.578,90 11.203,49 12,95%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 9.761,08 3.764,21 -13,42% 12.454,84 5.248,24 39,42%

1. Belanja Pegawai 4.702,44 2.153,70 -1,83% 4.649,33 2.346,73 8,96%

2. Belanja Barang 3.641,79 1.245,55 -18,95% 4.326,53 1.564,02 25,57%

3. Belanja Modal 1.402,78 359,09 -41,05% 3.462,89 1.329,97 270,37%

4. Belanja Bantuan Sosial 14,07 5,87 -23,57% 16,09 7,52 28,11%

5. Belanja Lain-lain - -

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 9.424,43 6.154,90 7,84% 10.124,06 5.955,25 -3,24%

1.Transfer ke Daerah 8.979,98 5.779,31 5,98% 9.663,61 5.644,11 -2,34%

a. Dana Perimbangan 7.246,90 4.467,25 3,59% 8.017,59 4.425,11 -0,94%

1) Dana Alokasi Umum 5.296,47 3.172,19 -5,72% 5.196,04 3.054,90 -3,70%

2) Dana Bagi Hasil 240,96 153,22 49,34% 245,79 160,09 4,48%

3) Dana Alokasi Khusus 1.709,47 1.141,84 35,07% 2.575,76 1.210,12 5,98%

• Dana Otonomi Khusus - - - -

• Dana Keistimewaan Yogyakarta

1.320,00 1.056,00 10,00% 1.320,00 1.056,00 0,00%

• Dana Transfer Lainnya (DID) 413,08 256,06 41,63% 326,02 163 -36,34%

2. Dana Desa 444,45 375,59 47,71% 460,45 311,14 -17,16%

C. SURPLUS /DEFISIT -10.277,01 -

6.549,49

-3,15% -

15.062,56

-7.907,91 20,74%

Sumber : Data Kanwil DJP DIY ,Data Simtrada diakses tgl 02-08-2021, Monev PA diakses tgl 26-07-2021, Data OM SPAN diakses tanggal 02-08-2021 dan , Data LRA LKPP TW II 2021 SIKRI Kanwil DJPb Provinsi DIY

Realisasi Pendapatan Negara di DIY sampai dengan 30 Juni 2021 mencapai Rp3,29 triliun atau 43,84 persen dari target, terkontraksi 2,20 persen (yoy). Realisasi Pendapatan Negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp2,17 triliun dan PNBP sebesar Rp1,12 triliun. Sementara untuk realisasi Belanja Negara di DIY sampai dengan akhir Juni 2021 mencapai Rp11,20 triliun, atau 49,62 persen dari total pagu, tumbuh 12,95 persen (yoy). Sehingga sampai dengan akhir Juni 2021 postur APBN di DIY tercatat telah mengalami defisit sebesar Rp7,90 triliun.

Terdapat kenaikan besaran defisit di tahun 2021 sebesar 20,74 persen. Hal ini karena adanya penurunan pendapatan negara terutama dari sektor penerimaan pajak, sementara di sisi lainnya terdapat peningkatan belanja negara, yang didukung oleh pertumbuhan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar 38,42 persen (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan positif pada semua jenis belanja, terutama terutama belanja modal yang diluncurkan di tahun 2021 (efek kebijakan refocusing di tahun 2020) untuk menjaga momentum pembangunan infrastruktur maupun untuk berbagai belanja investasi sehingga mampu tumbuh signifikan sebesar 270,37 persen (yoy).

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBN

(9)

6

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

A. PENDAPATAN NEGARA

Pos pendapatan negara di wilayah DIY seluruhnya berasal dari penerimaan dalam negeri. Realisasi pendapatan dalam negeri sampai dengan triwulan II tahun 2021 mencapai Rp3,29 triliun. Pendapatan dalam negeri tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp2,17 triliun dan PNBP sebesar Rp1,12 triliun.

1. Penerimaan Perpajakan

Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan II 2021 mencapai Rp2,17 triliun (40,01 persen dari target), lebih rendah dari capaian penerimaan pajak nasional yang mencapai 45,36 persen, namun lebih tinggi dari capaian pajak triwulan II 2020 yang sebesar 34,77 persen.

a. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh masih menjadi kontributor utama sektor perpajakan dengan kontribusi 63,56 persen. Realisasi penerimaan PPh di DIY sampai dengan triwulan II 2021 sebesar Rp1,38 triliun atau 41,73 persen dari target.

Penerimaan PPh terbesar berasal dari Kabupaten Sleman, yaitu sebesar Rp 591,76 miliar (42,83 persen dari total penerimaan PPh DIY).

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPnBM

Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM pada triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp732,14 miliar atau 33,68 persen terhadap total penerimaan perpajakan.

Kabupaten Sleman memiliki penerimaan tertinggi sebesar Rp343,44 miliar (46,91 persen), disusul Kota Yogyakarta sebesar Rp211,07 miliar (28,83 persen).

Penerimaan PPN terendah adalah Kabupaten Kulonprogo sebesar Rp5,35 miliar (0,73 persen) dikarenakan adanya restitusi pajak yang cukup besar di bulan Februari 2021 sebesar Rp36,34 miliar.

c. Penerimaan Cukai

Realisasi penerimaan cukai sampai dengan triwulan II 2021 mencapai Rp230,98 miliar (51,56 persen) dari target Rp 448 miliar. Meski terdapat penurunan tingkat produksi

23 67 10 83 37 48 41 53

55 32 49 57

113 110 120 125 121 145

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber : Data SPAN (Diolah) Diakses Tanggal 27 Juli 2021

Grafik II.2 Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi DIY Tahun 2021

(Dalam Miliar Rupiah)

Yogyakarta Bantul Sleman

Gunungkidul Kulonprogo Provinsi DIY

69 78 117

75 72 67

95 70 84

180

86 76

212 179 249 332

215 195

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber : Data SPAN (Diolah) Diakses Tanggal 27 Juli 2021

Grafik II.1 Realisasi Penerimaan Pph Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi DIYTahun 2021 (Dalam Miliar

Rupiah)

Yogyakarta Bantul Sleman

Gunungkidul Kulonprogo Provinsi DIY

(10)

7

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

rokok pada sigaret kretek mesin dan sigaret kretek tangan, namun bila dibandingkan dengan penerimaan pada triwulan yang sama di tahun 2020, penerimaan cukai hasil tembakau di DIY naik sebesar 16,09 persen dimana kenaikan ini berasal dari pelunasan CK1 2020 yang dibayarkan di tahun 2021.

d. Pajak lainnya

Perolehan pajak lainnya di DIY sebesar Rp 48,20 Miliar atau tercapai 36,94 persen dari target sebesar Rp 130,46 miliar.

Penerimaan tersebut didominasi oleh Kota Yogyakarta 70,68 persen ,kemudian Kabupaten Gunungkidul 10,71 persen, dan terendah adalah Kabupaten Sleman sebesar 1,05 persen dari total penerimaan pajak lainnya provinsi DIY.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Sampai dengan triwulan II 2021, realisasi PNBP sebesar Rp1,12 triliun tercapai 53,86 persen dari target, yang terdiri dari PNBP Lainnya Rp 248,27 miliar (22,14 persen) dan Pendapatan BLU Rp873,32 Miliar (77,86 persen). Penyumbang terbesar PNBP fungsional di luar satker BLU berasal dari :

a. Pendapatan PNBP Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi

Realisasi penerimaan Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi sebesar Rp141,06 miliar.

4 6 7 6 5 6

1 1 1 1 1 10 0 0 0 0 01 1 1 1 1 11 1 1 1 0 1

6 8 10 9 7 9

J A N F E B M A R A P R M E I J U N

Sumber : Data SPAN (Diolah) Diakses Tanggal 27-07-2021

G r a f i k I I . 4 R e a l i s a s i P e n e r i m a a n P a j a k L a i n n y a K a b u p a t e n / K o t a L i n g k u p P r o v i n s i

D I Y S . D T r w I I T a h u n 2 0 2 1 ( D a l a m M i l i a r R u p i a h )

Yogyakarta Bantul

Sleman Gunungkidul

Kulonprogo Provinsi D.I. Yogyakarta

21 45

27 54

43

42

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber : Data SPAN (Diolah) Diakses Tanggal 27-07-2021 Grafik II.3 Realisasi Penerimaan Cukai KPP BC Yogyakarta Lingkup Provinsi DIY Tahun 2021

(dalam Miliar Rupiah)

Meski Terkontraksi, Realisasi Penerimaan Pajak DIY Capai 37,89 Persen

YOGYA, KRJOGJA.com – Penerimaan pajak untuk wilayah DIY pada 2021 ditargetkan mampu mencapai Rp 5,4 triliun yang naik Rp 690 miliar atau 14.57 persen dari realisasi penerimaan pajak 2020 dan naik 14,73 persen dari target Nasional.

Realisasi capaian penerimaan pajak di DIY sebesar 37,89 persen atau sekitar Rp 2,05 triliun sampai dengan 7 Juli 2021 dari target sebesar Rp 5,4 triliun.Kepala Kanwil DJP DIY Yoyok Satiotomo mengatakan capaian penerimaan pajak di DIY mencatatkan pertumbuhan -7,01 persen yang mencapai sebesar Rp 2,05 triliun pada Rabu (7/7/2021) dari target 5,4 triliun.

Kanwil DJP DIY masih mengalami growth atau pertumbuhan negatif. Hal ini seiring kondisi pertumbuhan ekonomi regional sehingga pertumbuhan penerimaan pajak mengalami kontraksi.“Capaian penerimaan pajak di DIY mencapai sebesar Rp 2.056 miliar atau 37,89 persen dari target Rp 5,4 triliun dengan pertumbuhan -7,01 persen per 7 Juli 2021. Sedangkan capaian penerimaan sebesar Rp 1.998 miliar atau 36,82 persen dari target Rp 5,4 triliun dengan pertumbuhan -7,36 persen hingga 30 Juni 2021,” katanya di Yogyakarta, Jumat (9/7/2021). Sementara itu, Yoyok menyatakan jenis pajak lainnya mengalami pertumbuhan positif antara lain karena ada kenaikan tarif Bea Meterai dari Rp 6.000 menjadi Rp 10.000. Pajak Lainnya tumbuh 41,71 persen dengan capaian 37,12 persen atau Rp 48 miliar dari target Rp 130,4 miliar.“Kita berupaya mengumpulkan penerimaan pajak dari bendahara karena pandemi ini pencarian dari APBD sudah harus masuk.

Pencairannya sudah rata-rata di atas 50 persen buat beli oksigen, APB dan sebagainya. Mudah-mudahan penerimaan Kanwil DJP DIY bisa mencapai 100 persen hingga akhir tahun ini,” tandasnya.

(Sumber:https://www.krjogja.com/ekonomi/keuangan/meski-terkontraksi-realisasi-penerimaan-pajak-diy-capai-3789-persen/3/

(11)

8

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Kontributor terbesar adalah Kabupaten Sleman dengan jumlah penerimaan mencapai Rp80,14 Miliar (56,81 persen) dengan satker Universitas Pembangunan Negeri (UPN) Veteran Yogyakarta sebagai penyumbang terbesar dari penerimaan ini yang berasal dari pendapatan biaya pendidikan.

b. Pendapatan PNBP Administrasi dan Penegakan Hukum

Realisasi penerimaan Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum sebesar Rp90,49 miliar. Tiga kontributor terbesar penerimaan ini adalah Kota Yogyakarta sebesar Rp36,66 Miliar (40,52 persen), Kabupaten Sleman sebesar Rp24,17 miliar (26,72 persen) dan Kabupaten Bantul sebesar Rp15,04 miliar (16,63 persen).

Penerimaan paling besar berasal dari pendapatan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), pendapatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dan pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB).

3. Pendapatan Hibah

Selama periode sampai dengan triwulan II tahun 2021 belum ada pendapatan hibah di lingkup Provinsi D.I. Yogyakarta.

B. BELANJA NEGARA

Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus fiskal. Secara garis besar, komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa tambahan belanja pemerintah (increased spending) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan untuk membantu sektor riil. Adapun belanja negara lingkup Provinsi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi anggaran belanja pemerintah pusat di DIY mencapai Rp5,24 triliun atau 42,14 persen dari pagu yang ditetapkan sebesar Rp12,45 triliun.

0,34 6,24

1,37 7,14 7,49

22,87

0,72

22,49 42,18

3,45 1,53 9,77

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber : Data SPAN (Diolah) Diakses Tanggal 27 Juli 2021

Grafik II.5 Realisasi PNBP Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi Kabupaten/KotaLingkup Provinsi DIY

Tahun 2021 (dalam Miliar Rupiah)

Yogyakarta Bantul Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta

5,34 6,77 6,48 6,48 5,40 6,20

4,19 3,89 4,70 3,75 3,51 4,14

2,57 2,45 2,60 2,55 2,01 2,87

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 15 16 15

13

16

J A N F E B M A R A P R M E I J U N

Sumber : DATA SPAN (DIOLAH) Diakses Tanggal 27 Juli 2021

G r a f i k I I . 6 R e a l i s a s i P N B P A d m i n i s t r a s i d a n P e n e g a k a n H u k u m K a b u p a t e n / K o t a L i n g k u p P r o v i n s i D . I Y o g y a k a r t a T a h u n 2 0 2 1

( D a l a m M i l i a r R u p i a h )

Yogyakarta Sleman Bantul Kulonprogo Gunungkidul Provinsi D.I.Yogyakarta

(12)

9

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Tingkat penyerapan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan tahun sebelumnya yang mencapai 38,58 persen. Kenaikan disebabkan oleh peningkatan realisasi belanja modal yang signifikan karena adanya berbagai refocusing sejumlah proyek untuk dilakukan perpanjangan (multiyears contract). Dengan realisasi belanja modal yang tinggi ini pemerintah ingin menjaga momentum pembangunan infrastruktur maupun berbagai belanja di bidang investasi namun tidak mengancam APBN serta menjaga akselerasi dan adjustment yang relatif mulus dan baik sehingga bisa terpulihkan secara bertahap seiring dengan pemulihan dari ekonomi maupun dengan pengendalian Covid-19. Apabila dilihat dari realisasi belanja modal berdasarkan kementerian/lembaga (KL) maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalami kenaikan tertinggi. Selanjutnya berdasarkan jenis belanja, realisasi tertinggi adalah Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp 2,35 triliun (45,19 persen), kemudian belanja barang sebesar Rp1,56 triliun (30,17 persen), belanja modal sebesar Rp 1,27 triliun (24,50 persen) dan belanja Bantuan Sosial sebesar Rp 7,52 miliar (0,14 persen).

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) pada triwulan II 2021 mengalami penurunan sebesar 3,24 persen dibanding kan dengan realisasi pada periode yang sama di tahun 2020. Penurunan TKDD ini dipengaruhi oleh penurunan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) dan Dana Insentif Daerah (DID) serta Dana Desa. DAU mengalami penurunan karena terkendala oleh persyaratan penyaluran yang belum disampaikan oleh Pemda, untuk DAK Fisik disebabkan adanya perubahan kebijakan standardisasi dan reviu APIP serta beberapa pemda masih dalam tahap proses pegadaan barang dan jasa, untuk DID terkait adanya kendala dimana terdapat beberapa pemda yang belum

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

DBH 0,4% 3,4% 32,6% 2,1% 0,0% 26,6%

DAU 17,2% 8,6% 7,3% 9,2% 8,2% 8,2%

DAK Fisik 0,0% 0,0% 0,0% 0,7% 3,2% 6,2%

DAK Non Fisik 0,0% 0,4% 22,1% 9,8% 13,0% 13,8%

DID 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 17,6% 32,4%

Dana Desa 21,6% 14,6% 2,8% 2,6% 8,2% 17,9%

Danais DIY 0,0% 0,0% 15,0% 0,0% 0,0% 65,0%

-10,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%0,0%

Sumber : Data OM SPAN Diakses Tanggal 03-08-2021 Monev PA diakses tgl 26-07- 2021, Simtrada diakses tgl 03-08-2021

Grafik II.8 Tren Realisasi dana Transfer Daerah dan Dana Desa Lingkup Provinsi DIY Tahun 2021

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Belanja Bantuan Sosial 0,00% 0,00% 0,00% 30,31% 16,36% 0,08%

Belanja Modal 10,14% 6,51% 4,42% 4,64% 3,75% 7,34%

Belanja Barang 0,57% 3,48% 7,04% 5,22% 7,34% 12,63%

Belanja Pegawai 5,07% 6,65% 7,73% 8,11% 11,27% 11,73%

-8,00%2,00%

12,00%

22,00%

32,00%

42,00%

Sumber : Data SPAN, Monev PA (Diolah)

Grafik II. 7 Grafik Tren Realisasi Belanja Pegawai , Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial Lingkup Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2021

(13)

10

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

memenuhi syarat salur tahap I (paling lambat disampaikan Juni 2021), sedangkan untuk Dana Desa penurunan disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah terkait penggunaan Dana Desa untuk menjaga dan mendukung PPKM Mikro menyebabkan desa harus mengubah APBDes, di mana hal ini relatif memerlukan waktu bagi desa untuk menyesuaikan. Selanjutnya total penyaluran Dana Desa sampai dengan triwulan II adalah sebesar 311,13 miliar (67,6 persen), DAK Fisik sebesar Rp 63,15 miliar (9,98 persen), DAK Non Fisik sebesar Rp 1,14 triliun (59 persen), Dana bagi Hasil sebesar Rp 160,08 miliar (65,13 persen), DAU sebesar Rp 3,05 triliun (58,79 persen), DID sebesar Rp 163 miliar (50 persen) serta Dana Keistimewaan sebesar Rp 1,05 triliun (80 persen).

3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)

Sampai dengan triwulan II 2021 jumlah pagu keseluruhan untuk satker BLU di Provinsi DIY sebesar Rp 1,88 triliun. Jumlah tersebut turun sebesar 2,77 persen dibanding tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp1,93 triliun. Penurunan terjadi pada BLU rumpun pendidikan karena melakukan penundaan penerimaan mahasiswa dan kebijakan penundaan SPP serta adanya kompensasi internet gratis bagi siswa, sedangkan kenaikan terjadi pada BLU rumpun Kesehatan terutama RSUP Dr Sardjito karena di masa pandemi ini, bidang Kesehatan merupakan garda utama dalam menghadapi pandemi dan merupakan RS BLU rujukan Covid-19. Di masa pandemi ini, BLU menghadapi banyak tantangan yang harus dihadapi. Pengelolaan dan pengawasan BLU harus terus ditingkatkan serta melakukan penyesuaian terhadap kondisi extra ordinary dan bertindak sebagai agen pemerintah, BLU dituntut untuk melakukan langkah- langkah yang extraordinary di bidangnya masing-masing sehingga diharapkan berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. Manajemen Investasi Pusat

Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai dengan triwulan II 2021 sebesar Rp2,60 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 76.469 debitur, naik 86,66 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Peningkatan demand KUR yang signifikan disebabkan antara lain karena mulai pulihnya perekonomian dan juga karena suku bunga KUR yang rendah. Di tahun 2021 ini, pemerintah menambah alokasi anggaran KUR, dengan demikian perbankan yang ditunjuk sebagai penyalur KUR dapat seoptimal mungkin untuk meningkatkan ekspansinya. Selain itu agar realisasi penyaluran dapat terus meningkat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank penyalur menjalin kerjasama dengan memasukkan rencana penyaluran KUR ke dalam Rencana Bisnis Bank sehingga realisasi penyaluran dapat terus terpantau, selain itu juga menghimbau perbankan penyalur KUR di DIY untuk membuat digitalisasi pengajuan KUR serta memanfaatkan subsidi bunga yang diberikan pemerintah. Hal tersebut guna lebih mempermudah debitur

Triwulan II 2020

Triwulan II 2021 1.936 1.882

1.012

719

Miliar Rupiah

Sumber : Monev PA

Grafik II.9 Perbandingan Pagu BLU Pusat Provinsi D.I. Yogyakarta Triwulan II Tahun

2020-2021

BLU RM

(14)

11

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

mengakses/memperoleh KUR sehingga meringankan beban debitur dalam membayar kepada bank.

Sejalan dengan penyaluran KUR untuk membantu UMKM yang terdampak pandemi, dalam rangka mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional di tahun 2021 pemerintah bekerjasama dengan PT. Pegadaian (Persero) menyalurkan dana sebesar Rp1,5 triliun untuk pelaku usaha Ultra Mikro (UMi). Penyaluran pembiayaan ini untuk membantu para pengusaha Ultra Mikro naik kelas dan membantu menggerakkan kelesuan ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Pemberdayaan usaha mikro itu sangat penting, salah satunya sebagai solusi akselerasi pemulihan ekonomi saat ini, di mana banyak para pelaku usaha kecil yang terkena dampak pandemi Covid-19 yang perlu suntikan modal kerja dan pendampingan untuk membangkitkan usahanya. Selain melalui Pegadaian, penyaluran dana Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk pelaku usaha Ultra Mikro juga dilakukan oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Bahana Artha Ventura (BAV).

Tabel II.2. Realisasi Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro per Kabupaten/Kota Per 30 Juni 2021 (dalam Rupiah)

No Kabupaten/Kota Total debitur Total Penyaluran

1 Kota Yogyakarta 334 1.120.734.408

2 Kab. Bantul 1.539 5.198.097.037

3 Kab. Sleman 1.100 3.906.047.300

4 Kab. Gunungkidul 1.193 3.602.231.133

5 Kab. Kulonprogo 613 2.128.332.194

TOTAL 4.779 15.955.442.072

Sumber: SIKP UMi

C. PROGNOSIS REALISASI APBN

Realisasi pendapatan pada APBN lingkup DIY untuk triwulan II tahun 2021 43,84 persen, naik dibandingkan periode yang sama tahun 2020 (37,82 persen). Dari sisi pengeluaran, belanja negara pada triwulan II tahun 2021 mencapai 49,61 persen, tumbuh sebesar 12,95 persen dibandingkan dengan tahun 2020 (51,70 persen) dikarenakan adanya kenaikan pagu di tahun 2021 sehingga menurunkan persentase penyerapan namun secara nominal lebih tinggi dari penyerapan tahun 2020. Dari sisi eksternal APBN, perekonomian DIY triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020 tumbuh sebesar 11,81 persen (y-on-y).

Tumbuhnya perekonomian tersebut didukung oleh peningkatan kinerja hampir di seluruh kategori dengan pertumbuhan tertinggi pada kategori jasa lainnya selain itu pada triwulan ini kegiatan pariwisata di wilayah DIY tetap dibuka dengan mensyaratkan protokol kesehatan yang ketat dan seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 di DIY dan penuhnya rumah

1

329 707 460 806 304

2.608

38

10.183 20.227 17.174 20.615 8.232 76.469

- 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000

- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

D.I. YOGYAKARTAKULONPROGO BANTUL GUNUNGKIDUL SLEMANKOTA YOGYAKARTA

Sumber : Aplikasi SIKP

Miliar Rupiah

Grafik II.10 Penyaluran KUR Per Wilayah D.I. Yogyakarta s.d.Triwulan II 2021

AKAD OUSTANDING DEBITUR

(15)

12

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

sakit maupun shelter, beberapa hotel berbintang juga menawarkan paket isolasi mandiri (isoman). Penawaran ini mendapat respon yang cukup bagus dari masyarakat, terlihat dari okupansi yang tinggi dari sejumlah kamar yang ditawarkan.

Fokus utama pelaksanaan APBN tahun 2021 adalah penanganan covid dan percepatan pemulihan ekonomi, reformasi pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial serta reformasi birokrasi. Dalam rangka mendukung penanganan Covid-19 dan program perlindungan sosial, pemerintah berencana untuk melakukan refocusing dan realokasi anggaran belanja kementerian/Lembaga (K/L). Refocusing digunakan untuk membiayai berbagai belanja di kementerian/lembaga untuk penanganan COVID-19, baik itu untuk vaksinasi, testing, tracing, maupun untuk biaya perawatan pasien serta tenaga kesehatan.

Sementara belanja untuk pemulihan ekonomi dan penanganan COVID-19, belanja penanganan bencana, belanja operasional K/L, belanja pegawai, dan belanja multiyears contract tidak akan terkena refocusing. Refocusing juga memperhatikan pemenuhan alokasi belanja mandatori (pendidikan dan kesehatan).

Selanjutnya optimalisasi pendapatan negara pada semester II 2021 diantaranya dengan mengoptimalkan PNBP melalui penyempurnaan tata Kelola PNBP, meningkatkan kualitas layanan PNBP dan pemberian tarif sampai dengan Rp 0 atau nol persen serta keringanan PNBP dalam kondisi tertentu serta meningkatkan kinerja pelayanan BLU antara lain mengutamakan kualitas pelayanan yang affordable, available, dan sustainable.

Sedangkan strategi optimalisasi penerimaan pajak diantaranya melalui layanan berbasis digital untuk memberi kemudahan wajib pajak di masa pandemi dan penggalian terhadap sektor prioritas yang mengalami pertumbuhan khususnya pasca PPKM dengan mempertimbangkan potensi pajak dan kemampuan wajib pajak untuk membayar.

Dalam kondisi ekonomi yang cukup positif, Pemerintah terus berupaya melanjutkan momentum pemulihan ekonomi yang ditopang oleh APBN, di mana terjadi tren perbaikan pada jenis penerimaan terutama penerimaan PNBP serta optimalisasi belanja negara bagi kesejahteraan masyarakat secara merata.

Tabel II.3 Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi D. I. Yogyakarta s.d. Triwulan IV Tahun 2021

Uraian Pagu

Realisasi s.d. Triwulan II Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp

(Miliar Rupiah)

% Realisasi Terhadap Pagu

Rp (Miliar Rupiah)

% Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu

Pendapatan Negara 7.516,34 3.295,58 43,84% 7.144,50 95,05%

Belanja Negara 22.578,90 11.203,49 49,61% 21.314,24 94,40%

Surplus/Defisit (15.062,56) (7.907,91) 52,50% -14.169,75 94,07%

Memperhatikan data realisasi Triwulan II 2021, trend capaian realisasi APBN di DIY sejak tahun 2012, dan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi capaian kinerja APBN sebagaimana diuraikan diatas, diperkirakan Pendapatan Negara sampai dengan triwulan IV 2021 mencapai Rp7,14 Triliun, Belanja Negara mencapai Rp20,98 Triliun dan Defisit sebesar Rp13,83 tirliun.

(16)

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

13

APBD merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah dan penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Adapun realisasi APBD lingkup DIY adalah sebagai berikut :

Tabel III.1 Realisasi APBD Lingkup Provinsi DIY

s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2020 dan Tahun 2021 (dalam miliar Rp)

Uraian Tahun 2020 Tahun 2021 %

Growth

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN 15.161,62 7.941,74 15.690,25 7.572,53 -4,65%

PAD 3.785,57 2.064,04 4.102,94 1.904,06 -7,75%

Pajak Daerah 2.508,83 1.300,50 2.869,55 1281,21 -1,48%

Retribusi Daerah 157,62 64,38 177,31 76,06 18,14%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan 239,33 202,48 184,26 189 -6,66%

Lain-Lain PAD yang Sah 879,79 496,68 881,82 357,79 -27,96%

Pendapatan Transfer 11.291,81 5.864,35 11.487,1 5.610,9 -4,32%

Transfer Pemerintah Pusat - Dana

Perimbangan 8.132,69 4.055,77 8.191,4 3.978,7 -1,90%

Dana Bagi Hasil Pajak 356,12 148,09 236,7 150,2 1,43%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 7,91 5,13 7,92 5,77 12,48%

Dana Alokasi Umum 5.464,51 3.172,19 5217,5 3054,9 -3,70%

Dana Alokasi Khusus 2.304,15 730,36 2729,29 767,79 5,12%

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 2.197,03 1.513,39 2.106,47 1305,11 -13,76%

Dana Otonomi Khusus - - - - #DIV/0!

Dana Keistimewaan 1.320,00 1.022,58 1.320,00 1015,57 -0,69%

Dana Desa 341,17 234,75 460,16 147,71 -37,08%

Dana Insentif Daerah 535,86 256,06 326,02 141,82 -44,61%

Transfer Pemerintah Provinsi 467,85 220,96 531,78 153,96 -30,32%

Pendapatan Bagi Hasil Pajak 467,85 220,96 531,78 153,96 -30,32%

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - 0 0 #DIV/0!

Transfer Bantuan Keuangan 494,24 74,23 657,46 173,15 133,26%

Bantuan Keuangan dari Pemerintah

Prov./Kabupaten/Kota Lainnya 494,24 74,23 657,46 173,15 133,26%

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 84,24 13,35 100,2 54,86 310,94%

Pendapatan Hibah 84,24 13,35 61,75 22,52 68,69%

Pendapatan Dana Darurat - - - - #DIV/0!

Pendapatan Lainnya - - 38,45 32,35 #DIV/0!

BELANJA DAN TRANSFER 16.181,33 5.715,15 16.671,96 5.741,37 0,46%

BELANJA 14.103,16 4.945,15 14.394,93 5.058,26 2,29%

Belanja Pegawai 6.442,00 2.565,58 6.115,47 2.711,47 5,69%

Belanja Barang 3.389,26 1.245,25 4.581,61 1.312,08 5,37%

Belanja Bunga 23,00 0,23 - - -100,00%

Belanja Subsidi 83,07 - 73,41 32,15 #DIV/0!

Belanja Hibah 1.082,32 246,51 1,192,03 607,15 146,30%

Belanja Bantuan Sosial 111,83 27,00 149,22 22,38 -17,11%

Belanja Bantuan Keuangan 1,32 0,17 - - -100,00%

Belanja Modal 1.868,33 469,61 2.136,62 323,32 -31,15%

Belanja Tidak Terduga 1.125,03 390,80 146.56 49,7 -87,28%

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 2.078,17 770,00 2.277,03 683,11 -11,28%

Transfer/Bagi Hasil ke Desa 731,66 245,35 780,92 224,86 -8,35%

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 730,60 243,74 776,37 220,42 -9,57%

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 1,06 1,61 4,55 4,43 175,16%

Transfer Bantuan Keuangan 1.346,51 524,65 1.496,11 458,25 -12,66%

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah

Daerah Lainnya 1.218,86 151,41 1.495,99 149,35 -1,36%

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 126,81 312,41 - 308,78 -1,16%

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

(17)

14

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

Uraian Tahun 2020 Tahun 2021 %

Growth

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 0,84 60,83 0,12 0,12 -99,80%

SURPLUS/DEFISIT -1.019,71 2.226,59 -981,71 1.831,16 -17,76%

PEMBIAYAAN PEMERINTAH DAERAH 674,06 955,04 266,14 -60,52%

I PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 827,17 1134,78 390,8 -52,75%

II PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 153,10 179,74 124,66 -18,58%

JUMLAH PEMBIAYAAN 2.900,63 - 2.118,49 -26,96%

SELISIH LEBIH (KURANG) PEMBIAYAAN

ANGGARAN 1.346,51 524,65 1.496,11 458,25 -12,66%

Sumber: GFS, LRA Kab/Kota/Prov D.I Yogyakarta 2020 & 2021 (Diolah)

Realisasi pendapatan seluruh pemerintah daerah di DIY sampai dengan triwulan II 2021 sebesar Rp7,57 triliun (47,58 persen dari target), tumbuh negatif 4,65 persen (yoy). Realisasi pendapatan tersebut terdiri dari PAD sebesar Rp1,90 triliun, pendapatan transfer Rp5,61 triliun dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp54,86 miliar. Sedangkan realisasi belanja dan transfer mencapai Rp 5,74 triliun (34,51 persen dari total pagu), tumbuh sebesar 0,46 persen dibandingkan triwulan II 2020. Selama triwulan II 2021, anggaran pemerintah daerah di DIY mencatat surplus sebesar Rp1,83 triliun.

A. PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Transfer masih mendominasi struktur Pendapatan Daerah di DIY. Sampai dengan Triwulan II 2021, realisasi dominasi pendapatan transfer mencapai 74,10 persen, PAD berkontribusi sebesar 25,14 persen dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah berkontribusi sebesar 0,72 persen.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi penerimaan PAD sampai dengan triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp1,90 triliun, tumbuh negative 7,75 jika dibandingkan triwulan II 2020. Penerimaan PAD terbesar (67,29 persen) berasal dari Pajak Daerah sebesar Rp 1,28 triliun, 18,79 persen dari Lain-lain PAD yang Sah, 9,93 persen berasal dari Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , dan 3,99 persen dari Pendapatan Retribusi Daerah.

Berdasarkan wilayahnya, kontribusi PAD tertinggi berasal dari Provinsi DIY sebesar 47,67 persen. Dari realisasi PAD tersebut dapat diketahui rasio PAD (terhadap total pendapatan daerah) sebesar 25.07 persen yang menunjukkan tingkat desentralisasi fiskal atau kemampuan keuangan daerah untuk membiayai belanja pemerintahan ternasuk kategori sedang. Sementara rasio dana transfer (terhadap total pendapatan daerah) sebesar 74,10 persen yang menunjukkan ketergantungan keuangan daerah sangat tinggi1. Perkembangan penerimaan daerah

1 Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM,1991 dalam Bisma (2010) diunduh dari http://sappilpil.blogspot.co.id/2015/12/mengukur- kemampuan-keuangan-suatu-daerah.html

Provinsi DIY 47,67%

Bantul 10,73%

Sleman 19,94%

Gunungkidul 5,19%

Kulon Progo 5,44%

Kota Yogyakarta 11,03%

Grafik III.1 Kontribusi PAD berdasarkan Prov/Kab/Kota S.d Triwulan II 2021

Sumber: GFS, LRA Kab/Kota/Prov D.I Yogyakarta 2020 & 2021 (Diolah)

(18)

15

Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2021 Wilayah D.I.Yogyakarta

pembentuk struktur PAD di D.I Yogyakarta sampai dengan triwulan II 2021 adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan Pajak Daerah

Penerimaan pajak daerah lingkup Provinsi DIY per Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/ Kota. 61,31 persen atau Rp 785,55 miliar dari penerimaan Pajak Daerah di DIY berasal dari Pajak Provinsi (antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor). Sedang untuk penerimaan pajak kabupaten (antara lain: Pajak Hotel, dan Pajak reklame) terbesar ada di Kabupaten Sleman sebesar Rp238,10 miliar atau mencapai 18,58 persen.

b. Penerimaan Retribusi Daerah

Objek retribusi daerah adalah jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu. Sepanjang triwulan II 2020, retribusi daerah terbesar berasal dari Kab Sleman sebanyak Rp16,50 miliar atau 21,70 persen, kemudian Kabupaten Bantul (20,22 persen) dan Kota Yogyakarta (17,75 persen).

c. Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan lingkup Provinsi DIY per Kabupaten/Kota berasal dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, BUMN, Perusahaan Swasta dan Lembaga Keuangan Non Bank (BUKP). Penerimaan terbesar pada pos ini adalah Provinsi DIY sebesar Rp89,84 miliar atau 47,53 persen dari total penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan di DIY.

124,39 102,27 91,92 232,82 108,30 125,85

6,55 12,73 12,73 17,19 15,08 20,05

34,90 68,93 5,26 40,04 40,55 48,42

2,72 2,81 1,96 7,19 6,31 0,05

1,77 1,72 3,08 7,11 4,61 7,94

20,00 15,61 0,02 43,57 19,60 27,16

- 100,00 200,00 300,00

Januari Februari Maret April Mei Juni

Sumber: GFS, LRA Kab/Kota/Prov D.I Yogyakarta 2020 & 2021 (Diolah)

Grafik III.2.Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Prov/Kab/Kota Lingkup Provinsi DIY Triwulan II Tahun 2021 (Dalam Miliar Rp)

Provinsi D. I. Yogyakarta Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Kulonprogo Kota Yogyakarta

1,43 1,82 2,84 3,37 1,40 1,96

1,86 2,70 2,70 2,37 3,19 2,56

2,08 3,95 0,19 3,31 4,20 2,77

1,50 1,09 1,64 3,15 3,08 2,57

0,67 0,44 1,07 0,66 1,11 0,883,06 2,28 0,98 2,81 1,63 2,74

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber: GFS, LRA Kab/Kota/Prov D.I Yogyakarta 2020 & 2021 (Diolah)

Grafik III.3.Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Prov/Kab/Kota Lingkup Provinsi DIY Triwulan I Tahun 2021 (dalam Miliar Rp)

Provinsi D. I. Yogyakarta Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Kulonprogo Kota Yogyakarta

-

84,96

- - 3,84 1,04

- - 16,38

- - -

-

37,13

- - - -

-

20,78

- -

1,74 -

(50,00) - 50,00 100,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumber: GFS, LRA Kab/Kota/Prov D.I Yogyakarta 2020 & 2021 (Diolah) Grafik III.4.Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Prov/Kab/Kota Lingkup Provinsi DIY s.d Triwulan

II Tahun 2021

Provinsi D. I. Yogyakarta Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Kulonprogo Kota Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, 2020, Pemerintah Larang ASN, TNI, Polri, dan Pegawai BUMN untuk Mudik di Tengah Pandemi COVID-19,

Melaksanakan dharma pengabdian kepada masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga, dalam rangkapemberdayaan masyarakatc.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, salah satu keuntungan motor langkah adalah bahwa kecepatannya dapat diatur. Akan tetapi, motor langkah tidak dapat langsung diberikan

Strategi atau cara pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dalam rencana stratejik ini berisikan tentang kebijakan, program dan kegiatan – kegiatan

Suatu pancaran cairan, gas atau uap (steam) keluar dari nozzle dengan kecepatan tinggi sehingga dihasilkan tekanan rendah di titik nozzle tersebut.. Dengan demikian,

Apakah terdapat pengungkapan atas realisasi Belanja dalam rangka penanganan pandemi Covid- 19 dengan menggunakan akun Non penanganan pandemi Covid-19. Apakah terdapat pengungkapan

Jaminan Kesehatan Warganegara Dalam Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19; Perlindungan Hak Asasi Manusia Oleh Pemerintah Pada Masa Pandemi Covid-19; Reformasi Layanan

konsumen berada di tempat yang sulit untuk menonton tayangan televisi berlangganan seperti dalam visualisasi yang ditunjukan oleh iklan nexmedia ini yaitu