• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 .2.1 Belanja Pem er intah Pusat m enur ut Jenis

Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat menurut jenis dalam RAPBNP tahun 2013, terjadi pada semua jenis belanja, yaitu: (1) belanja pegawai; (2) belanja barang; (3) belanja modal; (4) pembayar an bunga utang; (5) subsidi; (6) belanja hibah; (7) bantuan sosial;

20 12

N om inal % 1. Belanja Pegawai 197.865,2 241.606,3 240.192,9 (1.413,4) (0,6) 2. Belanja Barang 140.913,5 200.735,2 190.644,7 (10.090,5) (5,0) 3. Belanja Modal 143.674,1 184.363,5 187.010,2 2.646,7 1,4 4. Pembayaran Bunga Utang 100.510,0 113.243,8 112.901,2 (342,6) (0,3) 5. Subsidi 346.420,4 317.218,6 358.184,4 40.965,8 12,9 6. Belanja Hibah 75,9 3.621,3 2.346,5 (1.274,8) (35,2) 7. Bantuan Sosial 75.628,7 73.608,8 71.315,9 (2.292,9) (3,1) 8. Belanja Lain-lain 4.073,1 19.983,4 30.699,4 10.715,9 53,6 1.0 0 9.160 ,9 1.154.38 0 ,9 1.193.295,2 38 .914,3 3,4

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 4 .2

BELAN JA PEM ERI N TAH PU SAT,20 12-20 13 ( m iliar r upiah) Jum lah Per ubahan 20 13 Jenis Belanja APBN RAPBN P LKPP U naudited

ser ta (8) belanja lain-lain. Penjelasan atas per ubahan alokasi untuk masing-masing jenis belanja akan diuraikan sebagai berikut.

Dalam RAPBNP tahun 2013, alokasi anggar an untuk belan ja pegaw ai direncanakan mencapai Rp240.192,9 miliar, yang berarti mengalami penurunan sebesar Rp1.413,4 miliar, atau 0,6 persen dari pagu anggar an belanja pegawai yang dialokasikan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp241.606,3 miliar. Lebih rendahnya rencana pagu anggar an belanja pegawai tersebut, ter utama ber kaitan dengan adanya perkir aan penur unan anggar an remunerasi bagi K/ L yang akan melaksanakan reformasi bir okr asi di tahun 2013. Namun, di sisi lain anggaran belanja pegawai pada pos kontribusi sosial mengalami sedikit peningkatan, ter kait dengan adanya tambahan kebutuhan alokasi anggaran pembayaran manfaat pensiun, yang antara lain disebabkan karena penyesuaian harga ber as.

Selanjutnya, alokasi anggar an belanja bar ang dalam RAPBNP tahun 2013 direncanakan mencapai Rp190.644,7 miliar . Jumlah ini menunjukkan penur unan sebesar Rp10.090,5 miliar (5,0 persen) terhadap pagunya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp200.735,2 miliar. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh kebijakan pemotongan belanja barang K/ L. Pemotongan anggaran belanja bar ang K/ L dilakukan ter hadap kegiatan yang ber sumber dari rupiah murni. Kebijakan pemotongan belanja barang K/ L tersebut dilaksanakan dengan koridor -kor idor sebagai berikut: (1) tidak mengurangi anggar an untuk kebutuhan belanja bar ang oper asi onal penyel enggar aan kant or ; (2) di upayakan m enj aga t er penuhi nya kebutuhan anggar an dalam r angka pencapaian outcome/ out put dar i pr ogr am/ kegi atan pr ior it as nasional; dan (3) tidak m emotong anggar an pendidikan. Ber dasar kan kr iter ia t er sebut , pem ot ongan dil akukan t er hadap kom ponen-komponen belanj a bar ang oper asional di luar kegiatan pr ior itas nasional, antar a lain meliputi belanja bar ang non-oper asional lainnya, belanja perjalanan dinas, serta belanja bar ang untuk diser ahkan kepada masyar akat/ pemda. Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja barang dalam tahun 2012 sebesar Rp140.913,5miliar, maka alokasi anggaran belanja barang dalam RAPBNP tahun 2013 tersebut lebih tinggi Rp49.731,2 miliar atau 35,3 per sen. Dalam RAPBNP tahun 2013, alokasi an ggar an belan ja m odal dir encanakan sebesar Rp187.010,2 miliar. Jumlah tersebut ber ar ti menunjukkan peningkatan Rp2.646,7 miliar, atau 1,4 per sen lebih tinggi dari pagu alokasi anggaran belanja modal yang ditetapkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp184.363,5 miliar . Lebih tingginya alokasi anggaran belanja m odal dal am RAPBN P t ahun 20 13 t er sebut , t er ut am a di sebabkan ol eh kebi j akan penambahan alokasi belanja modal untuk program pembangunan infrastruktur antara lain air bersih, irigasi dan embung, serta program pembangunan infrastruktur perdesaan (PPI P). Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan r ealisasi anggaran belanja modal dalam tahun 2012 sebesar Rp 143.674,1 miliar , maka alokasi anggar an belanja modal dalam RAPBNP tahun 2013 tersebut lebih tinggi Rp43.336,1 miliar atau 30,2 per sen.

Pem bayar an bunga utan g mer upakan suatu konsekuensi dar i penggunaan pinjaman dal am neger i m aupun pi njaman luar neger i untuk memenuhi kebutuhan pem bi ayaan anggaran. Pembayaran bunga utang disusun dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antar a lain: (1) asumsi nilai tukar r upiah ter hadap USD, dan beber apa mata uang kuat lainnya; (2) tingkat bunga SPN 3 bulan yang digunakan sebagai referensi bunga instr umen

var iable r ate SBN, dan yi eld SBN; (3) besar nya total outstanding utang pemerintah; dan

Bab 4 Per ubahan Belanja Negar a

Ter kai t dengan fakt or -f akt or t er sebut , m aka pr i or i t as kebi j ak an pem er i nt ah dal am m el aksanakan pem bayar an bunga ut ang, antar a lai n unt uk: (1) memenuhi kewaji ban pemerintah secar a tepat waktu dan tepat jumlah dalam r angka menjaga kr edibilitas dan kesinambungan pembiayaan; (2) meminimasi pembayaran bunga utang melalui fleksibilitas pengalihan instr umen pembiayaan utang yang biaya bunganya lebih r endah baik jangka pendek maupun jangka panjang; ser ta (3) mengupayakan minimasi belanja pembayaran denda.

Berdasarkan pertimbangan ter sebut, pemer intah menetapkan tingkat bunga SPN 3 bulan dan nilai tukar rupiah terhadap USD dalam APBN tahun 2013 masing-masing sebesar 5,0 persen per tahun dan Rp9.300 per USD. Terkait dengan asumsi tersebut, total pembayaran bunga ut ang dal am APBN t ahun 2013 sebesar Rp113.243,8 m i l i ar yang t er di r i dar i pem bayar an bunga ut ang dal am neger i di t et apk an sebesar Rp80.703,3 m i l i ar , dan pembayar an bunga utang luar neger i ditetapkan sebesar Rp32.540,5 miliar.

Ter kait dengan per ubahan ber bagai faktor penentu anggar an untuk pembayar an bunga utang dalam RAPBNP tahun 2013, maka alokasi total pembayaran bunga utang diperkir akan menjadi Rp112.901,2 miliar atau menur un 0,3 persen dar i pagu alokasinya dalam APBN tahun 2013. Pembayaran bunga utang tersebut terdiri dari pembayaran bunga utang dalam neger i diperkir akan menjadi Rp79.545,9 miliar dan pembayar an bunga utang luar neger i diperkirakan menjadi Rp33.355,3 miliar.

M eski pun pem bayar an bunga ut ang secar a t ot al m engal am i penur unan, akan t et api pembayaran bunga utang luar negeri diperkirakan meningkat sebesar 2,5 persen dari pagu alokasinya dalam APBN tahun 2013. Peningkatan pembayar an bunga utang luar neger i tersebut ter utama dipengar uhi oleh terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari Rp9.300 per USD pada APBN tahun 2013 menjadi Rp9.600 per USD dalam perkiraan RAPBNP tahun 2013.

Pada sisi yang lain, pembayaran bunga utang dalam negeri diperkirakan menurun sebesar 1,4 per sen dar i pagu alokasinya dalam APBN tahun 2013. Penurunan bunga utang dalam negeri tersebut disebabkan oleh: (1) efisiensi dalam pengelolaan utang; (2) pasar SBN dalam negeri yang semakin likuid; dan (3) meningkatnya kepercayaan pasar terhadap pengelolaan fiskal yang kr edibel dan pengel olaan utang yang pr udent. Ketiga faktor ter sebut dapat ber dampak ter hadap menur unnya imbal hasil (yi eld) pener bitan SBN. Faktor lain yang j uga t el ah m enyum bang efi si ensi dal am pengel ol aan ut ang adal ah pem i l i han t enor penerbitan, dan pemilihan instrumen yang tepat sehingga dapat mengurangi realisasi diskon yang harus dibayarkan pemerintah.

Selanjutnya, anggar an belan ja subsidi dalam RAPBNP tahun 2013 diperkirakan mencapai sebesar Rp358.184,4 miliar. Jumlah itu menunjukkan kenaikan sebesar Rp40.965,8 miliar, atau 12,9 persen bila dibandingkan dengan alokasinya yang ditetapkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp317.218,6 miliar . Per ubahan besar an subsidi ter sebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) perubahan subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg, serta subsidi listr ik aki bat per ubahan har ga minyak m entah I ndonesia (I CP) dan nil ai t ukar r upiah terhadap dolar AS; (2) perubahan volume konsumsi BBM bersubsidi; (3) perubahan bauran energi (fuel mix); (4) tambahan pembayaran kekur angan subsidi listrik, subsidi pupuk dan subsidi BBM tahun 2010-2012; (5) penambahan durasi penyaluran raskin dar i 12 bulan menjadi 15 bulan; dan (6) perubahan anggaran subsidi pajak. Rincian perubahan besar an subsidi dalam tahun 2013 selengkapnya disajikan pada Tabel 4.3.

Subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg dalam RAPBNP 2013 diperkirakan mencapai Rp209.915,4 miliar , yang ber ar ti Rp16.110,1 miliar atau 8,3 per sen lebih tinggi dibandingkan dengan pagunya dal am APBN t ahun 2013 sebesar Rp193.805,2 m i li ar . Peningkat an ter sebut disebabkan oleh: (1) perubahan harga minyak mentah I ndonesia (I CP) dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS; (2) pembayaran kekurangan subsidi BBM tahun 2010

(audited) sebesar Rp32,2 juta, dan tahun 2011 (audi ted) sebesar Rp4.029,7 miliar, serta

perkiraan kekurangan pembayaran tahun 2012 sebesar Rp18.846,7 miliar; dan (3) perubahan volume konsumsi BBM bersubsidi yang diperkirakan mencapai 48,0 juta kiloliter dari pagu APBN tahun 2013 sebesar 46,0 juta kiloliter. Selanjutnya, kebutuhan belanja subsidi BBM ter sebut telah memperhitungkan langkah-langkah kebijakan pengendalian beban subsidi BBM tahun 2013, antar a lain ber upa: (1) penyesuaian har ga BBM ber subsidi khususnya jenis premium dan minyak solar; dan (2) pengendalian konsumsi BBM bersubsidi secara ber tahap melalui: (a) optimalisasi pr ogr am konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kg; (b) konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG); (c) peningkatan pemanfaatan energi alternatif seper ti bahan bakar nabat i (BBN) dan BBG; (d) m elanjutkan pelaksanaan pentahapan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi; dan (e) penyempurnaan r egulasi kebijakan subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg.

Sementar a itu, beban subsidi listr ik dalam RAPBNP tahun 2013 diper kir akan mencapai Rp99.979,7 miliar , yang ber ar ti mengalami peningkatan sebesar Rp19.041,9 miliar atau 23,5 persen bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggar an subsidi listrik yang ditetapkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp80.937,8 miliar . Peningkatan anggaran subsidi listr ik dibanding dengan pagunya dalam APBN tahun 2013 tersebut disebabkan oleh: (1) perubahan I CP dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS; dan (2) risiko perubahan berbagai par ameter subsidi l istr ik, seper ti per ubahan baur an ener gi (fuel mi x) dan peningkatan

20 12

Nom inal % I . EN ERGI 30 6.478 ,7 274 .74 3,0 30 9.8 95,1 35.152,1 12,8

1. Subsidi BBM dan Tabung LPG 3 Kg * ) 211.895,7 193.805,2 209.915,4 16.110,1 8,3 2. Subsidi Listrik 94.583,0 80.937,8 99.979,7 19.041,9 23,5

I I . N ON EN ERGI 39.94 1,7 42.475,5 4 8 .28 9 ,3 5.8 13,8 13,7

1. Subsidi Pangan 19.117,0 17.197,9 21.497,4 4.299,5 25,0 2. Subsidi Pupuk 13.958,5 16.228,8 17.932,7 1.703,9 10,5 3. Subsidi Benih 60,3 1.454,2 1.454,2 - -4. Public Service Obligation 1.932,4 1.521,1 1.521,1 - -5. Subsidi Bunga Kredit Program 1.110,4 1.248,5 1.248,5 - -6. 3.763,2 4.825,1 4.635,5 (189,6) (3,9)

JU M LAH 34 6.420 ,4 317.218 ,6 358 .18 4,4 4 0 .965,8 12,9 TABEL 4.3

Subsidi Pajak

Sumber: Kementerian Keuangan

SU BSI D I , 20 12-20 13 (M iliar Rupiah)

U RAI AN

20 13 LKPP

Unaudited APBN RAPBNP

Per ubahan

Bab 4 Per ubahan Belanja Negar a

penjualan listr ik (ener gy sales); serta (3) pemenuhan kewajiban pembayar an kekur angan subsidi listrik tahun 2011 (audi ted) sebesar Rp7.310,7 miliar dan tahun 2012 (audi ted) sebesar Rp13.255,1 miliar .

Untuk mengendalikan anggar an subsidi listrik, pemerintah bersama PT PLN (Persero) secara ber tahap ter us melakukan langkah-langkah dan upaya untuk menur unkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, antar a lain melalui: (1) program pemotongan pemakaian listrik (demand side) dengan penur unan susut jaringan (losses); (2) program diversifikasi energi pr imer di pembangkit tenaga listrik (supply side), dengan optimalisasi penggunaan gas, per ubahan H i gh Speed Di esel (H SD) dan M ar i ne Fuel Oi l (M FO), peni ngkat an penggunaan batubara, pemanfaatan biofuel, dan panas bumi; serta (3) penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) bertahap sebesar rata-rata 15 persen pada tahun 2013.

Selanjutnya, alokasi anggar an subsidi pangan dalam RAPBNP tahun 2013 diper kir akan mencapai Rp21.497,4 miliar , yang berarti naik Rp4.299,5 miliar, atau 25,0 persen dari pagu alokasi anggaran subsidi pangan yang ditetapkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp17.197,9 miliar. Lebih tingginya perkiraan subsidi pangan bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2013 ter sebut, ber kaitan dengan tambahan durasi pember ian r askin untuk 15,5 juta r umah tangga sasar an (RTS) dar i semul a 12 kal i penyal ur an menjadi 15 kali penyaluran sejalan dengan ditempuhnya kebijakan P4S.

Alokasi anggaran subsidi pupuk dalam RAPBNP tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp17.932,7 miliar , yang ber ar ti naik Rp1.703,9 miliar , atau 10,5 per sen dar i pagu anggar an subsidi pupuk yang ditetapkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp16.228,8 miliar. Lebih tingginya perkir aan beban anggaran subsidi pupuk dar i pagunya dalam APBN tahun 2013 tersebut terutama karena adanya pembayaran kekur angan subsidi pupuk tahun 2011 (audi ted) sebesar Rp1.703,9 miliar .

Terkait dengan subsidi pajak berupa pajak ditanggung pemerintah (DTP), alokasinya dalam RAPBNP tahun 2013 diperkirakan menjadi Rp4.635,5 miliar, yang berarti tur un Rp189,6 miliar, atau 3,9 persen dar i pagunya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp4.825,1 miliar . Lebih rendahnya perkiraan beban anggaran tersebut disebabkan antara lain oleh penur unan perkiraan beban subsidi atas fasilitas bea masuk sebesar Rp250,0 miliar.

Dalam RAPBNP tahun 2013, alokasi an ggar an belanja hibah diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp1.274,8 miliar dar i pagu yang dianggarkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp3.621,3 miliar menjadi sebesar Rp2.346,5 miliar. Perubahan tersebut disebabkan oleh: (1) penurunan rencana penar ikan dana untuk tahun 2013 pada progr am M ass Rapid

Tr ansit (M RT) sebesar Rp1.235,6 miliar, yang ter jadi karena adanya penundaan pelaksanaan

pr ogram yang direncanakan dari semula mulai bulan M aret 2013 diundur menjadi mulai setelah semester I t ahun 2013; (2) penur unan r encana penar ikan dana pada pr ogr am

Development of Seulaw ah Agam Geother mal in NAD Pr ovince sebesar Rp43,5 miliar sesuai

dengan r encana kegiatan tahunan dar i Pemerintah Provinsi Aceh; (3) penurunan rencana penarikan dana progr am Hibah Australia-I ndonesia Untuk Pembangunan Sanitasi sebesar Rp71,1 miliar terkait dengan kesiapan pelaksanaan kegiatan di daerah; dan (4) peningkatan rencana penarikan dana untuk kegiatan Hibah Air M inum dan Hibah Air Limbah masing-masing sebesar Rp69,6 miliar dan Rp5,8 miliar ter kait dengan kesiapan pelaksanaan kegiatan di daer ah. Adapun r i ncian bel anja hi bah dal am RAPBNP tahun 2013 sebagai ber i kut: (1) pr ogr am M RT sebesar Rp1.820,5 miliar; (2) Water Resour ces and I r r i gati on Sector

sebesar Rp303,7 miliar; (4) Hibah Air Limbah sebesar Rp15,2 miliar; (5) Development of

Seulaw ah Agam Geother mal in NAD Pr ovi nce sebesar Rp17,7 miliar; dan (6) pr ogram H ibah

Australia-I ndonesia Untuk Pembangunan Sanitasi sebesar Rp22,5 miliar.

Selanjutnya, anggar an belanja ban tuan sosial dalam RAPBNP tahun 2013 direncanakan sebesar Rp71.315,9 miliar . Jumlah ter sebut menunjukkan penur unan sebesar Rp2.292,9 miliar, atau 3,1 per sen dar i alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp73.608,8 miliar. Lebih r endahnya alokasi anggar an bantuan sosial tersebut, terutama dikarenakan adanya k ebi j ak an pem ot ongan anggar an bant uan sosi al , ant ar a l ai n m el al ui : (1) pemot ongan anggar an bel anj a bantuan sosi al K/ L sebesar Rp9.055,0 m i l iar ; dan (2) pemotongan dana cadangan penanggulangan bencana alam sebesar Rp1.500,0 miliar. Dalam al okasi bel anj a bantuan sosial ter sebut , j uga ter dapat r ealokasi dana cadangan penanggulangan bencana alam dari BA BUN ke BA BNPB sebesar Rp200,0 miliar untuk tambahan dana on-call tahun 2013. Namun demikian, di sisi lain pemerintah menambah alokasi bantuan sosial untuk masyar akat miskin melalui P4S, yang dimaksudkan untuk menjaga daya beli masyarakat miskin sebagai dampak kebijakan pengendalian subsidi BBM melalui program-pr ogram perlindungan sosial yang ada, yaitu PKH, BSM , termasuk Beasiswa Bidik M isi. Program-program ini harus dilaksanakan secar a tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasar an, dan tepat biaya.

Penambahan alokasi anggar an melalui P4S yang dilakukan untuk PKH menyasar r umah tangga sangat miskin (RTSM ) dengan anak balita, usia sekolah jenjang pendidikan dasar SD dan SM P, dan ibu hamil. Penambahan anggaran sebesar Rp728,8 miliar dipergunakan untuk meningkatkan besaran bantuan masing-masing RTSM (unit cost), dari rata-rata per tahun sebesar Rp1,28 juta menjadi sebesar Rp1,80 juta. Besaran bantuan yang diterima masing-masing RTSM sesuai dengan komposisi keluarga yang dimilikinya, dengan kisaran paling rendah mendapatkan Rp800 ribu per tahun hingga paling tinggi Rp2,8 juta per tahun. Bantuan disalurkan per 3 bulan kepada ibu/ wanita dewasa dalam setiap RTSM . Untuk peserta lama sebanyak 1.516 ribu RTSM akan mendapatkan bantuan sebanyak 4 tahap, yaitu sebesar Rp270 ribu (unit cost lama) pada tahap I yang telah dibayarkan pada bulan M ei, sebesar Rp700 ribu yang akan dibayarkan pada bulan Juni, dan masing-masing sebesar Rp415 ribu untuk pembayar an tahap I I I dan tahap I V yang akan dibayar kan pada bulan September dan November/ Desember . Sementar a itu, bagi 884 ribu RTSM peserta bar u pada tahun pertama akan memper oleh 1 kali penyaluran di bulan November/ Desember atau seperempat dar i t otal ni lai bant uan dalam setahun, m engingat ser angkai an per si apan yang per l u dilakukan sebelumnya, seperti validasi peserta baru, pelatihan pendamping, dan pembentukan Unit Pelaksana PKH (UPPKH) di lokasi baru.

Saat ini, PKH ditargetkan bagi 2,4 juta RTSM yang memiliki ibu hamil/ menyusui, dan anak usia 0-15 tahun. Sebagai pener i ma bant uan, RTSM disyar atkan unt uk menyekolahkan anaknya pada jenjang SD-SM P (agar tidak putus sekolah), memer iksakan kesehatan ke puskesmas atau posyandu secara r utin serta memperhatikan kecukupan gizi dan pola hidup sehat anak dan ibu hamil.

Sementar a itu, untuk Program Bantuan Beasiswa juga ditambahkan anggar annya sebesar Rp7.533,2 miliar, yaitu untuk BSM sebesar Rp7.432,4 miliar dan untuk Beasiswa Bidik M isi sebesar Rp100,8 miliar . Tambahan alokasi BSM diber ikan untuk meningkatkan cakupan siswa pener ima BSM dari 8,74 juta siswa menjadi 15,43 juta siswa SD/ M I sampai dengan SM A/ SM K/ M A, yaitu mencakup anak yang bersekolah dari 25 persen rumah tangga dengan

Bab 4 Per ubahan Belanja Negar a

status sosi al ekonomi t er endah (mi skin dan r entan). Dar i juml ah t er sebut, BSM j uga disediakan bagi 1,17 juta siswa untuk membiayai siswa miskin yang ber asal dar i r umah tangga miskin dan r entan yang selama ini mendapatkan BSM namun tidak memiliki kartu miskin. Dengan demikian, BSM dialokasikan untuk 16,60 juta siswa. Sedangkan unit cost -nya bertambah menjadi Rp450 r ibu per siswa untuk siswa SD/ M I , Rp750 ribu per siswa untuk siswa SM P/ M Ts, dan Rp1,0 juta per siswa untuk siswa SM A/ SM K/ M A per tahun. Selain itu, sebanyak 15,4 juta siswa akan mendapatkan tambahan manfaat sebesar Rp200 ribu per siswa yang akan diterimakan pada Tahun Pelajaran Baru 2013/ 2014.

M elalui penambahan alokasi untuk BSM tersebut, daya beli masyarakat miskin dan rentan dapat meningkat dan siswa dapat diper tahankan untuk tidak putus sekolah ser ta beban biaya hidup orang tua siswa menjadi lebih ringan.

Ket epatan sasar an ser t a ket epatan waktu penyalur an manfaat BSM dapat mem bant u keberlanjutan sekolah siswa dari keluarga miskin dan rentan baik antar jenjang kelas maupun ant ar j enjang pendi di kan. Untuk it u, per l u di lakukan per bai kan t er hadap mekani sm e penetapan sasar an pener ima Pr ogr am BSM dan penyalurannya untuk memastikan agar dana BSM dapat diterima tepat waktu oleh seluruh siswa yang berhak mendapatkan BSM . Penetapan sasaran Program BSM , dar i yang semula melalui sekolah, akan diubah menjadi penetapan sasaran berbasis rumah tangga, melalui pember ian kar tu per lindungan sosial kepada r umah tangga miskin dan r entan yang memiliki anak-anak berusia sekolah, untuk diser ahkan ke sekolah agar dapat dicalonkan sebagai pener ima manfaat Pr ogr am BSM . Kartu ini diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki ketepatan sasaran pener ima Program BSM agar menj angkau anak-anak sekolah yang ber asal dar i r umah tangga mi skin dan rentan sesuai pagu penerima BSM di masing-masing Kabupaten/ Kota. Rincian mekanisme penggunaan Kar tu Per l indungan Sosi al unt uk m engakses BSM akan di jelaskan dal am Lembar Pengantar dan Penjelasan Kartu Per lindungan Sosial.

M ekanisme penyalur an manfaat Pr ogr am BSM juga akan diubah yaitu dar i penyalur an manfaat BSM satu tahun penuh di bulan M aret/ Apr il tahun berjalan menjadi penyalur an manfaat dua kali (setiap semester) di dalam satu tahun pelajaran, yaitu pada bulan Agustus/ September dan pada bulan M aret/ April.

Dengan penyalur an manfaat dua kali ter sebut, dihar apkan dapat membantu mengurangi kemungkinan siswa tidak dapat melanjutkan sekolah (dr op-out) karena ketidaktersediaan biaya serta memastikan agar siswa dari keluarga miskin dan rentan yang berada pada per iode transisi (antar jenjang kelas dan jenjang pendidikan seperti dari SD/ M I ke SM P/ M Ts atau dari SM P/ M Ts ke SM A/ SM K/ M A) dapat terus melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sementar a itu, Beasiswa Bidik M isi yang diberikan kepada mahasiswa Pergur uan Tinggi dan Per gur uan Tinggi Agama dengan potensi akademik baik dar i keluarga tidak mampu akan ditambahkan alokasinya sebanyak 9.641 mahasiswa, yaitu dar i 52.220 mahasiswa menjadi 61.861 mahasiswa. Selain itu alokasi tambahan untuk Beasiswa Bidik M isi juga disediakan untuk membayarkan pengalihan pembayaran beasiswa yang semula dialokasikan di Kemdikbud menjadi ke Kemenag bagi 3.580 mahasiswa Perguruan Tinggi Agama. Dengan demikian, alokasi anggar an belanj a bantuan sosial dalam RAPBNP tahun 2013 t er di r i at as anggar an m el al ui K/ L sebesar Rp69.0 15,9 m i l i ar , dan dana cadangan penanggulangan bencana alam melalui BA BUN sebesar Rp2.300,0 miliar.

Anggar an belanja lain-lain dalam RAPBNP tahun 2013 direncanakan sebesar Rp30.699,4 mi liar . Juml ah alokasi ini m eni ngkat sebesar Rp10.716,0 m ili ar , atau 53,6 per sen ji ka dibandingkan dengan pagunya yang ditetapkan dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp19.983,4 m i li ar . M eni ngkat nya al okasi anggar an bel anj a l ai n-l ai n dal am RAPBNP t ahun 2013 disebabkan antar a lain: (1) dialokasikannya anggar an BLSM sebesar Rp11.625,0 miliar , sebagai bagi an dar i m i t i gasi dam pak negat i f kebi j ak an pengendal i an subsi di BBM ;

Dokumen terkait