• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seiring peningkatan signifikan target Pendapatan Belanja Negara dan Hibah, APBN 2016 juga menargetkan peningkatan signifikan pada Belanja Negara. Belanja Negara ditargetkan sebesar Rp2.095,7 triliun, meningkat 16,7 persen dari realisasi 2015. Peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan realisasi

0 500 1.000 1.500 2.000 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016** Perpajakan PNBP Hibah Pada tahun 2016, Pendapatan Negara dan Hibah mengalami peningkatan signifikan dibandingkan realisasi 2015

Perpajakan masih menjadi sumber utama Pendapatan Negara dan Hibah, dengan proporsi hingga lebih dari 80 persen.

Pada 2016, Belanja Negara ditargetkan meningkat secara signifikan

dibandingkan realisasi 2015.

83

selama lima tahun terakhir (11,7 persen). Selanjutnya terkait dengan Transfer ke Daerah dan Dana Desa menunjukan tren peningkatan lebih cepat dibandingkan Belanja Pemerintah Pusat (Gambar 39).

Gambar 39. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara, 2010 – 2016 (triliun rupiah)

*) per 31 Desember 2015 **) APBN

Sumber: Nota Keuangan

Pada APBN 2016, Belanja Pegawai menjadi belanja terbesar dibandingkan jenis-jenis Belanja Pemerintah Pusat lainnya. Belanja Pegawai ditargetkan sebesar Rp347,5 triliun, lebih tinggi 23,6 persen dari realisasi 2015. Sementara itu, kebijakan subsidi listrik menyebabkan penurunan alokasi Belanja Subsidi pada 2016. Belanja Subsidi ditargetkan sebesar Rp182,6 triliun, turun 1,8 persen dari realisasi 2015. Selama 2011-2014, Belanja Subsidi merupakan jenis Belanja Pemerintah Pusat terbesar (Gambar 40).

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Pada APBN 2016, Belanja Pegawai merupakan Belanja Pemerintah Pusat dengan target terbesar. Sementara itu, kebijakan terkait subsidi listrik menyebabkan penurunan pada 2016.

84

Gambar 40. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat, 2010 – 2016 (triliun rupiah)

*) per 31 Desember 2015 **) APBN

Sumber: Nota Keuangan

Dana Perimbangan masih merupakan jenis Transfer ke Daerah dan Dana Desa terbesar. Rata-rata proporsi realisasi Dana Perimbangan selama 2010-2015 sebesar 84,5 persen dari total Transfer ke Daerah dan Dana Desa. APBN 2016 menargetkan Dana Perimbangan sebesar Rp700,4 triliun, meningkat 44,2 persen dari realisasi 2015. Peningkatan tersebut cukup tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan realisasi selama lima tahun terakhir (9,3 persen). Dana Alokasi Umum (DAU) masih menempati proporsi terbesar yakni sekitar 55 persen dari Dana Perimbangan (Gambar 41).

Gambar 41. Komposisi Dana Perimbangan, APBN 2016 (triliun rupiah)

Sumber: Nota Keuangan

0 500 1.000 1.500

2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

Pegawai Barang Modal Bunga Utang Subsidi Hibah Sosial Lainnya

106,1

385,4 208,9

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Transfer Khusus

Dana Perimbangan mengalami peningkatan signifikan dalam APBN 2016, dengan proporsi terbesar masih dimiliki DAU.

85

PEMBIAYAAN PEMERINTAH

Gambar 42. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, 2010 – 2016

*) per 31 Desember 2015 **) APBN

Sumber: Nota Keuangan

Peningkatan target pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan belanja pada APBN 2016, menyebabkan defisit anggaran diproyeksikan akan lebih rendah (2,2 persen dari PDB). Defisit anggaran 2016 ditargetkan sebesar Rp273,2 triliun, lebih rendah dibandingkan realisasi defisit 2015 (Rp318,5 triliun) (Gambar 42). Dengan defisit tersebut, realisasi pembiayaan hingga kuartal I 2016 relatif cukup besar. Total realisasi pembiayaan per 31 Maret 2016 mencapai Rp165,8 triliun, atau 61,5 persen dari APBN. Dari jumlah tersebut, pinjaman dalam negeri mendominasi dengan nominal sebesar Rp167,8 triliun (Tabel 19).

Sementara itu, realisasi pinjaman luar negeri (neto) per 31 Maret 2016 sebesar minus Rp2 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh pembayaran cicilan pokok yang lebih besar dibandingkan penarikan pinjaman (bruto) (Tabel 18). (0,73) (1,14) (1,86) (2,33) (2,15) (2,76) (2,15) -350 -280 -210 -140 -70 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016** Rp triliun % PDB

Pinjaman dalam negeri masih mendominasi sumber pembiayaan dalam APBN 2016.

Realisasi pinjaman luar negeri (neto) per 31 Maret 2016, sebesar minus Rp2 triliun

Defisit APBN 2016 diproyeksikan sebesar 2,2 persen PDB, lebih rendah dari realisasi 2015.

86

Tabel 18. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN, 2011 – 2016 (Rp triliun)

Jenis 2011 2012 2013 2014 2015

2016 APBN Per 31

Mar I Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 148,7 198,6 243,2 261,2 307,7 272,8 167.8

a. Perbankan 48,9 62,7 34,2 5,0 3,8 5,5 1.8 b. Non perbankan 99,8 135,9 209,0 256,2 303,9 267,3 166.0

II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (17,7) 27,6 (5,9) (12,3) 10,4 0,4 (2.0)

a. Penarikan (Bruto) 33,8 27,6 55,2 52,6 77,5 75,1 7.8 i. Pinjaman Program 15,3 15,0 18,4 17,8 55,1 36,8 6.7 ii. Pinjaman Proyek 18,5 12,6 36,8 34,8 22,4 38,3 1.1 b. Penerusan Pinjaman (4,2) (3,8) (3,9) (2,5) (1,1) (5,9) 0.0

c. Pembayaran Cicilan Pokok (47,3) (51,1) (57,2) (62,4) (66,0) (68,8) (9.8)

TOTAL 131,0 226,2 237,3 248,9 318,1 273,2 165,8

Sumber: Kementerian Keuangan

Posisi Utang Pemerintah

Total utang pemerintah pusat sampai dengan tahun 2016 diproyeksikan meningkat mencapai Rp3.429 triliun dimana rasio utang terhadap PDB mencapai 27 persen. Secara umum, utang pemerintah pusat meningkat rata-rata 14,5 persen dalam periode 2011-2015 (Tabel 19).

Tabel 19.Posisi Utang Pemerintah 2011-2015 (Rp triliun)

2011 2012 2013 2014 2015* 2016** Pinjaman 621.0 617.0 710.0 678.0 752.0 756.0 SBN 1,188.0 1,361.0 1,661.0 1,931.0 2,347.0 2,674.0 TOTAL UTANG 1,809.0 1,978.0 2,371.0 2,609.0 3,098.0 3,429.0 PDB 7,832.0 8,616.0 9,525.0 10,543.0 11,541.0 12,705.0 % PDB (RHS) 23.1 23.0 24.9 24.7 26.8 27.0

* Angka proyeksi menggunakan PDB berdasarkan APBN-P ** APBN 2016

Sumber: Kementerian Keuangan

Walaupun mengalami peningkatan tiap tahunnya, rasio utang pemerintah Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara lain. Hal ini dapat dilihat dari

Utang pemerintah pusat 2016 ditargetkan sebesar Rp756 triliun atau 27 persen dari PDB.

Dibandingkan negara lain, rasio utang pemerintah masih relatif rendah.

87

perbandingan rasio utang Indonesia dengan beberapa negara di dunia (Gambar 43).

Gambar 43. Perbandingan Rasio Utang Pemerintah antar Negara, 2015 (% PDB)

Sumber: Bloomberg

Sementara itu, hingga kuartal I 2016, realisasi pembayaran pokok dan bunga utang mencapai Rp162,4 triliun. Pembayaran pokok dan bunga utang dalam negeri masih mendominasi, mencapai sebesar Rp126,4 triliun atau 77,8 persen dari total keseluruhan (Tabel 20).

Tabel 20.Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan Bunga Utang Pemerintah Pusat 2011 – 2016 (Rp triliun) 2011 2012 2013 2014 2015 Q1-2016 Luar Negeri 62.4 81.4 89.4 135.6 123.9 36.0 Pokok 38.4 51.1 57.2 96.4 78.9 22.3 Bunga 24.0 30.4 32.2 39.2 45.0 13.7 Dalam Negeri 145.5 192.9 183.7 234.9 258.4 126.4 Pokok 86.3 122.4 103.2 140.6 147.4 87.2 Bunga 59.2 70.5 80.5 94.2 111.0 39.2 TOTAL 207.9 274.4 273.1 370.5 382.3 162.4

Sumber: Kementerian Keuangan.

0 50 100 150 200 250 Realisasi pembayaran pokok dan bunga utang pemerintah pusat pada kuartal I 2016 mencapai Rp162,4 triliun, di mana didominasi oleh utang dalam negeri.

88 Surat Berharga Negara (SBN)

Penurunan BI rate di awal tahun 2016, berpotensi menurunkan beban pembayaran utang pemerintah sebagai akibat penurunan yield SBN. Hal ini kemudian memberikan ruang bagi pemerintah untuk semakin mengoptimalkan SBN, terutama melalui penerbitan di pasar domestik. Selama 2011-2016, nilai outstanding SBN mengalami peningkatan siginifikan dari Rp1.187,7 triliun pada akhir tahun 2011 menjadi Rp2.490,6 triliun per 31 Maret 2016. SBN berdenominasi rupiah masih dominan, yakni sebesar Rp1.570,2 triliun atau 70,4 persen dari total SBN yang diperdagangkan (Tabel 22). Walaupun berorientasi pada pasar domestik, penerbitan SBN valas mengalami peningkatan signifikan. Realisasi SBN denominasi valas per 31 Maret 2016 mencapai Rp658,6 triliun atau meningkat lebih dari 200 persen dari tahun 2011. SBN dengan denominasi USD masih mendominasi keseluruhan SBN denominasi valas dengan proporsi 90,3 persen. Tingginya penerbitan SBN USD, mengindikasikan upaya pemerintah mempercepat penerbitan guna mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed (Tabel 21).

Tabel 21.Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2016 (triliun Rupiah)

JENIS SBN 2011 2012 2013 2014 2015 31-Mar-16

I. Yang diperdagangkan

a. Surat Utang Negara (SUN) 684,6 757,2 908,1 1.099,3 1.288,6 1.366,0

Fixed Rate 517,1 610,4 751,3 946,0 1.148,9 1.246,3

Variable Rate 135,1 122,8 122,8 113,3 96,7 87,7

Zero Coupon 2,5 1,3

SPN 29,9 22,8 34,1 40,0 43,0 32,0

b. Surat berharga Syariah Negara (SBSN) 39,0 63,0 87,2 110,7 158,2 204,2

Fixed rate 37,7 62,8 78,5 100,0 149,2 193,3

SPN-Syariah 1,3 0,2 8,6 10,7 9,0 11,0

Total SBN Rupiah 723,6 820,3 995,3 1.210,0 1.446,8 1.570,2

SUN (dalam juta USD) 18,7 23,0 27,1 29,2 32,7 35,3

SBSN (dalam juta USD) 1,7 2,7 4,2 5,0 7,0 9,5

Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan selama 2011-2016, di mana masih didominasi SBN berdenominasi rupiah

Sementara itu, SBN dengan denominasi valas mengalami peningkatan signifikan selama kurun waktu 2011-2016

89

Tabel 21.Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2016 (triliun Rupiah)

JENIS SBN 2011 2012 2013 2014 2015 31-Mar-16

SUN (dalam juta JPY) 95,0 155,0 155,0 155,0 255,0 255,0

SUN (dalam juta EUR) 1,0 2,3 2,3

Total SBN Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 610,6 658,6

TOTAL (yang diperdagangkan) 919,2 1.085,2 1.394,7 1.666,6 2.057,5 2.228,8

II. Yang tidak diperdagangkan

SPNS 5,1

SUP 244,6 240,1 234,9 229,1 222,6 221,0

SPN 22,4 1,7

SBR 2,4 2,4 2,4

SDHI 23,8 35,8 31,5 33,2 36,7 36,7

TOTAL (yang tidak diperdagangkan) 268,4 275,9 266,4 264,6 289,2 261,8

TOTAL SBN 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2.346,7 2.490,6

Sumber : Kementerian Keuangan

Terkait dengan komposisi kepemilikan SBN, kepemilikan SBN oleh investor asing per 31 Maret 2016 mencapai Rp606,1 triliun atau 38,5 persen dari keseluruhan SBN. Peningkatan tersebut mengindikasikan tingkat kepercayaan investor asing yang semakin tinggi terhadap instrumen keuangan pemerintah, namun demikian dapat juga berpotensi terjadinya sudden reversal. (Tabel 32). Tingginya kepercayaan asing juga tercermin dari besarnya proporsi kepemilikan dengan bertenor jangka panjang. Selama 2011-2016, rata-rata proporsi kepemilikan asing pada SBN di atas 5 tahun mencapai 76,1 persen. Sementara proporsi kepemilikan pada SBN bertenor di bawah 5 tahun cenderung mengalami penurunan (Gambar 44).

Dalam kurun waktu 2011-2016, kepemilikan investor asing pada SBN mengalami peningkatan yang signifikan

Tingginya kepemilikan investor asing pada SBN didominasi pada SBN bertenor jangka panjang.

90

Gambar 44. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN)

Sumber : Kementerian Keuangan

Pinjaman Luar Negeri

Hingga Maret 2016, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp745,8 triliun, turun 0,3 persen dari 2015. Jepang masih merupakan negara kreditur utama, dengan pinjaman sebesar Rp220,9 triliun atau 29,6 persen dari total pinjaman luar negeri. Sementara itu, Bank Dunia masih menjadi lembaga keuangan internasional utama, dengan pinjaman sebesar Rp221,4 triliun atau 29,7 persen dari total pinjaman luar negeri (Tabel 22).

Tabel 22. Posisi Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Kreditur (Rp Triliun)

NEGARA 2011 2012 2013 2014 2015 Mar-16 1. Negara 406,8 384,3 423,5 381,8 387,9 391,8 a Jepang 280,6 256,2 255,0 213,4 214,3 220,9 b Perancis 23,8 24,1 31,5 32,0 33,7 34,6 c Jerman 20,4 20,1 24,2 22,0 22,8 22,5 d Korsel 7,0 6,6 12,2 15,2 19,8 19,6 e Tiongkok 8,0 7,6 10,8 11,6 13,0 12,0 f AS 16,1 15,2 19,9 19,9 20,7 20,1 g Australia 8,5 8,0 9,2 8,3 8,0 7,9 h Spanyol 4,1 3,8 4,6 4,2 4,0 3,9 i Rusia 1,4 1,4 8,0 8,5 9,3 8,9 j Inggris 7,4 7,0 7,6 5,8 4,7 4,4 k Lainnya 29,6 34,3 40,6 40,9 37,7 37,0 24,9 27,8 32,0 33,6 39,0 37,5 38,2 45,0 44,5 42,8 44,7 46,8 0 20 40 60 80 100 2011 2012 2013 2014 2015 Mar-16 < 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10

Jepang dan Bank Dunia masih menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia

91

NEGARA 2011 2012 2013 2014 2015 Mar-16

2. Lembaga Keuangan Internasional 213,0 230,1 288,3 292,3 360,0 353,9

a Bank Dunia 108,7 122,5 163,8 175,0 221,5 221,4 b ADB 97,9 100,4 114,6 107,4 126,8 121,0 c IDB 4,2 5,1 7,2 7,4 8,9 8,8 d IFAD 1,2 1,3 1,8 1,9 2,1 2,2 e EIB 0,5 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 f NIB 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 3. Suppliers 0,5 0,4 0,4 0,2 0,2 0,1 TOTAL 620,3 614,8 712,2 674,3 748,1 745,8

92

Dokumen terkait