• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

43

44

ISU TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA

KPPU Gandeng 9 Asosiasi Monitoring Pangan

Instruksi Presiden Joko Widodo agar harga pangan menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran tidak melonjak, mendapat respons positif dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Wasit persaingan usaha ini menggandeng sembilan asosiasi pelaku usaha untuk melakukan monitoring distribusi pangan. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Kesembilan asosiasi tersebut yaitu AGI (Asosiasi Gula Indonesia), ABMI (Asosiasi Bawang Merah Indonesia),Perpadi (Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia), KOPTI (Koperasi Tahu Tempe Indonesia), dan APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia).

Selain itu, AACI (Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia), GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Perunggasan), ASI (Asosiasi Semen Indonesia), dan APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia). Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan, tujuan kerja sama dengan asosiasi

pelaku usaha ini untuk mengidentifikasi akar

permasalahan yang melatarbelakangi terjadinya fluktuasi harga komoditas pangan menjelang hari raya besar keagamaan. Antara lain, fluktuasi harga beras, minyak goreng, bawang merah, daging ayam, daging sapi, telur, cabai, dan tepung terigu. Termasuk, harga semen dan bahan bangunan. "KPPU meminta agar setiap asosiasi berkomitmen terhadap pakta integritas anti praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat," ujar Syarkawi, Rabu (11/5).

Untuk itu, KPPU mendorong agar para pelaku usaha menginternalisasi prinsip-prinsip persaingan usaha sehat,

khususnya dalam lingkungan yang menjadi

Presiden menginstrusikan agar harga pangan menjelang bulan ramadhan dan lebaran tidak melonjak.

KPPU bekerjasama dengan sembilan asosiasi pelaku usaha untuk mencegah terjadinya lonjakan harga saat lebaran dan mencegah praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

45

tanggungajwab masing-masing asosiasi. Selain itu, KPPU meminta agar asosiasi tidak melakukan dan memfasilitasi segala bentuk perjanjian, kegiatan dan penyalahgunaan posisi dominan yang dapat berdampak terjadinya praktik monopoli persaingan usaha tidak sehat. Langkah KPPU ini untuk mencegah terjadinya lonjakan harga saat lebaran akibat persaingan usaha tidak sehat di antara pelaku

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2016 tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015 yang sebesar 4,7 persen (YoY) dan sedikit lebih rendah dari triwulan IV tahun 2015 yang mencapai 5,0 persen (YoY). Dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor; dan Jasa Informasi dan Komunikasi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto.

Gambar 14. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014- Triwulan I Tahun 2016 (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0 4,9 4,0 4,5 5,0 5,5 I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2016 tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY), meningkat

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015.

46

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian. Pertambangan dan Penggalian merupakan

satu-satunya lapangan usaha yang mengalami

pertumbuhan negatif sebesar -0,7 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan komponen Pertambangan Batubara dan Lignit; Pertambangan Bijih Logam; dan Pertambangan dan Penggalian Lainnya yang tumbuh masing-masing sebesar -14,7 persen (YoY), -1,7 persen (YoY); dan 6,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016. Sementara itu, Jasa Keuangan dan Asuransi merupakan lapangan usaha dengan tingkat pertumbuhan tertinggi pada triwulan I tahun 2016, yaitu dengan pertumbuhan sebesar 9,1 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang tumbuh sebesar 8,6 persen (YoY).

Pada triwulan I tahun 2016, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 7,1 persen (YoY). Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 8,1 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY). Sementara itu, Informasi dan Komunikasi dan Jasa lainnya masing-masing tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY) dan 7,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I tahun 2015 yang masing-masing sebesar 10,1 persen (YoY) dan 8,0 persen (YoY).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali

Pertambangan dan Penggalian.

Pada triwulan I tahun 2016, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta Jasa Perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015. Sementara itu, Informasi dan Komunikasi serta Jasa Lainnya tumbuh lebih rendah.

47

Kinerja Konstruksi pada triwulan I tahun 2016 tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 6,0 persen (YoY). Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 7,7 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 5,8 persen (YoY). Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh sebesar 7,5 persen (YoY), meningkat signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 1,7 persen (YoY).

Tabel 13.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

URAIAN 2014 2015

2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 5,2 4,9 3,6 3,3 4,0 6,9 3,3 1,6 1,8 Pertambangan dan

Penggalian -1,0 1,1 1,2 1,5 -1,3 -5,2 -5,7 -7,9 -0,7 Industri Pengolahan 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,1 4,5 4,4 4,6 Pengadaan Listrik, Gas dan

Produksi Es 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8 0,6 1,8 7,5 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,9 5,8 5,9 6,9 5,4 7,8 8,7 6,8 4,8

Konstruksi 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8 8,2 7,9 Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,1 5,0 5,2 4,5 4,1 1,7 1,4 2,8 4,0

Transportasi dan

Pergudangan 7,0 7,6 7,7 7,2 5,8 5,9 7,3 7,7 7,7 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 6,4 6,4 5,8 4,6 3,4 3,8 4,5 5,8 5,6 Informasi dan Komunikasi 9,8 10,5 9,8 10,3 10,1 9,7 10,7 9,7 8,3 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,6 5,5 1,9 7,9 8,6 2,6 10,4 12,5 9,1 Real Estate 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0 4,8 4,3 4,9 Jasa Perusahaan 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6 8,1 8,1 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,7 -2,5 2,4 6,8 4,7 6,3 1,3 6,7 4,9 Kinerja Konstruksi;

Transportasi dan Pergudangan; serta

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang masing-masing sebesar 7,9 persen (YoY), 7,7 persen (YoY) dan 7,5 persen (YoY).

48

URAIAN 2014 2015

2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Jasa Pendidikan 4,6 4,5 6,3 6,6 5,0 11,7 8,1 5,3 5,3 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 7,6 8,7 9,6 6,0 7,1 7,5 6,3 7,4 8,5 Jasa lainnya 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,1 8,2 7,9

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0 4,9

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kinerja Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh sebesar 5,6 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 3,4 persen (YoY). Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada Jasa Pendidikan serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,3 persen (YoY) dan sebesar 4,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2015. Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), sedangkan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY).

Sementara itu, kinerja Real Estate dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang melambat dengan tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) dan 4,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY) dan 5,4 persen (YoY). Kinerja Industri Pengolahan meningkat, yaitu dengan tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 4,0 persen (YoY).

Kinerja Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Pendidikan, dan Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015.

Real Estate dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh melambat dibandingkan triwulan I tahun 2015. Sementara itu, Industri Pengolahan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

49

Perlambatan pertumbuhan terjadi pada Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yaitu dengan pertumbuhan sebesar 4,0 persen (YoY) dari yang sebelumnya, pada triwulan I tahun 2015 sebesar 4,1 persen (YoY). Perlambatan juga terjadi pada Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dengan hanya tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY) dari yang sebelumnya tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2015. Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan pada semua komponen Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2016 didorong oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto yang masing-masing tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) dan 5,6 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016. Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Lembaga non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi diantara komponen yang lain yaitu sebesar 6,4 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang tumbuh negatif sebesar -8,1 persen (YoY).

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan komponen yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua, setelah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga. Pada triwulan I tahun 2016, PMTB tumbuh sebesar 5,6 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB pada triwulan I tahun 2015 yang sebesar 4,6 persen (YoY). Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan Peralatan lainnya sebesar 26,3 persen (YoY), pertumbuhan Bangunan sebesar 7,7 persen (YoY), dan pertumbuhan Cultivated Biological Resources (CBR) sebesar 3,8 persen

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor serta Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding triwulan I tahun 2015.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2016 didorong oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan I tahun 2016 tumbuh sebesar 5,6 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB pada triwulan I tahun 2015.

50

(YoY). Produk kekayaan intelektual tumbuh sebesar 3,8 persen (YoY) dari yang sebelumnya sebesar 11,0 (YoY) pada triwulan I tahun 2015. Sementara itu, Mesin dan Perlengkapan serta Kendaran tumbuh negatif masing-masing sebesar -6,8 persen (YoY) dan -0,1 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016.

Tabel 14. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2016 (Persen)

Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

URAIAN 2014 2015 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 5,3 5,1 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 4,9 4,9 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 8,3 6,4 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,1 -1,8 1,2 0,9 2,9 2,6 7,1 7,3 2,9 Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto 5,2 4,1 4,5 4,6 4,6 3,9 4,8 6,9 5,6 Ekspor Barang dan Jasa 3,2 1,4 4,8 -4,6 -0,6 0,0 -0,6 -6,4 -3,9 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,2 -7,0 -5,9 -8,1 -4,2

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0 4,9

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga mengalami perlambatan, yaitu dari 5,0 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2015 menjadi sebesar 4,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016. Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan pada sebagian besar komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga. Sementara itu, Transportasi dan Komunikasi serta Restoran dan Hotel, masing-masing tumbuh sebesar 5,4 persen (YoY) dan 5,5 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016.

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga mengalami perlambatan, yaitu menjadi sebesar 4,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016.

51

Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY), relatif tidak berubah dibandingkan triwulan I tahun 2016. Komponen Konsumsi Kolektif pada triwulan I tahun 2016 meningkat menjadi sebesar 3,2 persen (YoY) dari yang pada triwulan I tahun 2015 sebesar 2,4 persen (YoY). Sementara itu, komponen Konsumsi Individu tumbuh sebesar 2,5 persen (YoY) atau lebih rendah dari triwulan I tahun 2015 yang sebesar 3,8 persen (YoY).

Ekspor Barang dan Jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana ekspor barang dan jasa masih tumbuh negatif sebesar -3,9 persen (YoY), menurun dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang tumbuh negatif sebesar -0,6 persen (YoY). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh ekspor barang, baik barang nonmigas maupun migas yang tumbuh melambat. Pertumbuhan ekspor barang nonmigas sebesar -4,2 persen (YoY), sementara itu barang migas tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY). Di sisi lain, pertumbuhan ekspor jasa justru meningkat signifikan menjadi sebesar 3,0 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016, dari yang sebelumnya sebesar -4,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2015. Impor Barang dan Jasa tumbuh negatif sebesar -4,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang tumbuh negatif sebesar -2,2 persen (YoY). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh impor barang nonmigas dan jasa yang masing-masing tumbuh negatif sebesar -5,8 persen (YoY) dan -3,4 persen (YoY).

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY), relatif tidak berubah dibandingkan triwulan I tahun 2016.

Pada triwulan I tahun 2016, Ekspor Barang dan Jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana ekspor barang dan jasa masih tumbuh negatif sebesar 3,9 persen (YoY).

Impor Barang dan Jasa tumbuh negatif sebesar 4,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016.

52

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH

Secara spasial, pada triwulan I tahun 2016 rata-rata pertumbuhan ekonomi di enam pulau terbesar di Indonesia dari yang paling tinggi berturut-turut adalah di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Jawa, Sumatera, Maluku dan Papua, serta Kalimantan. Rata-rata pertumbuhan di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Jawa lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, Sumatera, Maluku dan Papua, serta Kalimantan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Gambar 15. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di Indonesia pada Triwulan I Tahun 2011 - Triwulan I Tahun 2016 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada triwulan I tahun 2016, rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sulawesi adalah sebesar 7,2 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 7,5 persen (YoY). Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan I tahun 2016 adalah sebesar 7,0 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 10,0 persen (YoY). di Jawa rata-rata tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY), atau relatif tidak berbeda dengan pertumbuhan triwulan I tahun 2015.

-15,0 -12,0 -9,0 -6,0 -3,0 0,0 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0 18,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indonesia Sumatera Jawa

Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Rata-rata pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Jawa lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Jawa pada triwulan I tahun 2016, masing-masing sebesar adalah sebesar 7,2 persen (YoY), 7,0 persen (YoY) dan 5,2 persen (YoY).

53

Sementara itu, Sumatera rata-rata tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 3,9 persen (YoY). Rata-rata pertumbuhan di Maluku dan Papua pada triwulan I tahun 2016 juga meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I 2015, yaitu menjadi sebesar 3,5 persen (YoY).

Gambar 16. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada Triwulan I Tahun 2011 - Triwulan I Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik

Secara spasial, perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB dari tahun ke tahun relatif tidak banyak berubah. Kontribusi terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan I tahun 2016 didominasi oleh pulau di Jawa. Kontribusi terbesar berikutnya adalah di Sumatera dan Kalimantan, dan diikuti oleh Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua.

Pada triwulan I tahun 2016, kontribusi Jawa, Sumatra, dan Kalimantan masing-masing adalah sebesar 58,9 persen, 22,2 persen dan 7,7 persen. Sementara itu, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua memiliki kontribusi sebesar 5,9 persen, 3,1 persen dan 2,3 persen terhadap PDB pada triwulan I tahun 2016.

0 20 40 60 80 0,0 5,0 10,0 15,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Bali Nusa Tenggara Maluku dan Papua Kalimantan

Sulawesi Sumatera (RHS) Jawa (RHS)

Rata-rata pertumbuhan ekonomi kelompok provinsi di Sumatera serta Maluku dan Papua meningkat jika dibandingkan triwulan I tahun 2015.

Kontribusi terbesar

terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan I tahun 2016 didominasi oleh Pulau Jawa.

Kontribusi kelompok provinsi di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, masing-masing adalah sebesar 58,9 persen, 22,2 persen dan 7,7 persen.

54

Kontribusi Kalimantan terhadap PDB memiliki

kecenderungan menurun dari tahun ke tahun, yaitu dari sebesar 9,5 persen pada triwulan I tahun 2010 menjadi sebesar 7,7 persen pada triwulan I tahun 2016. Sementara itu, kontribusi Sulawesi memiliki kecenderungan meningkat, yaitu sebesar 5,9 persen dari yang sebesar 5,1 persen pada triwulan I tahun 2015. Di sisi lain, kontribusi kelompok provinsi pada yang lain relatif tidak berubah.

Pada triwulan I tahun 2016, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 5,6 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 5,5 persen (YoY). Provinsi DKI Jakarta memiliki kontribusi sebesar 17,2 persen terhadap perekonomian nasional, meningkat dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan I tahun 2015 yang sebesar 17,0 persen.

Di wilayah Sumatera, Sumatera Utara merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu sebesar 5,5 persen (YoY). Tingkat pertumbuhan tersebut relatif tidak berubah dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015. Adapun kontribusi provinsi Sumatera Utara terhadap PDB adalah sebesar 1,5 persen pada triwulan I tahun 2016, menurun dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 1,6 persen. Kontribusi tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan kontribusi provinsi yang lain di Sumatera.

Pada triwulan I tahun 2016, Kalimantan Barat tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Kalimantan yaitu sebesar 6,0 persen (YoY), lebih kecil dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 6,3 persen (YoY). Kontribusi Kalimantan Barat terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2016 sebesar 1,3 persen, relatif tidak berubah dari triwulan I tahun 2015.

Kontribusi Kalimantan memiliki kecenderungan menurun, sementara kontribusi Sulawesi memiliki kecenderungan meningkat.

Pada triwulan I tahun 2016, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 5,6 persen (YoY).

Sumatera Utara merupakan provinsi dengan

pertumbuhan yang paling tinggi diantara Sumatera, yaitu sebesar 5,5 persen (YoY).

Kalimantan Barat tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Kalimantan yaitu sebesar 6,0 persen (YoY).

55

Provinsi Sulawesi Tengah tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Sulawesi yaitu sebesar 11,8 persen (YoY), lebih kecil dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 16,5 persen (YoY). Sementara itu, kontribusi provinsi Sulawesi Tengah relatif kecil dibandingkan kontribusi provinsi lain di Sulawesi, yaitu sebesar 1,0 persen baik pada triwulan I tahun 2016 maupun triwulan I tahun 2015.

Sementara itu, pada kelompok provinsi di Bali dan Nusa Tenggara, provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 10,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 19,4 persen (YoY). Adapun kontribusi provinsi NTB terhadap perekonomian nasional sebesar 0,9 persen pada triwulan I tahun 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 yang sebesar 0,8 persen.

Di wilayah Maluku dan Papua, Maluku memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,5 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY). Kontribusi provinsi Maluku terhadap perekonomian nasional adalah sebesar 0,3 persen, baik pada triwulan I tahun 2016 maupun pada triwulan I tahun 2015.

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK

Dokumen terkait