• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Bencana Alam

2.6.1 Pengertian Bencana Alam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, keugian, atau penderitaan. Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu khidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. 6. 2. Jenis-Jenis Bencana Alam

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekerinngan, angin topan, dan tanah longsor.

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU RI, 2007).

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis bencana antara lain:

1. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energy yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambat ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.

2. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsive dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran. Kecepatan

tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25- 100 Km/jam dan ketinggian air.

3. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng.

4. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun campuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

2.6.3 Dampak Bencana Alam

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial, lingkungan. Kerusakan infrastruktur yang mengganggu aktivitas social, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan (Karo, 2014).

Peristiwa bencana membawa dampak bagi warga masyarakat khususnya yang menjadi korban. Beberapa permasalahan yang dihadapi korban bencana meletusnya Gunung Merapi yaitu:

a. Kehilangan tempat tinggal untuk sementara waktu atau bisa terjadi untuk seterusnya, karena merupakan kawasan rawan bencana (termasuk dalam zona merah).

b. Kehilangan mata pencaharian karena kerusakan lahan pertanian dan hancurnya tempat usaha

c. Berpisah dengan kepala keluarga karena ayah atau suami banyak yang memilih untuk tetap tinggal di rumah dengan alas an menjaga rumah, harta benda dan tetap bekerja sebagai petani, berkebun atau peternak.

d. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa makan, minum, tempat tinggal sementara atau penampungan, pendidikan, kesehatan dan sarana air bersih yang tidak memadai.

e. Terganggunya pendidikan anak-anak yang tidak bisa sekolah karena kerusakan sarana dan prasarana sekolah.

f. Risiko timbulnya penyakit ringan (batuk, flu) ataupun penyakit menular (misalnya diare) karena kondisi lingkungan dan tempat penampungan yang kurang bersih dan tidak kondusif serta sarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

g. Terganggunya fungsi dan peran keluarga karena dalam tempat penampungan tinggal beberapa keluarga sekaligus.

h. Hilangnya harga diri dan kemampuan baik sebagai individu maupun sebagai keluarga karena di tempat pengungsian mereka meneerima belas kasihan dari pihak lain dan bahkan sering kali menjadi tontonan.

i. Terhambatnya pelaksanaan dan fungsi peran social dalam kekerabatan serta pelaksanaan tugas-tugas kehidupan dalam kemasyarakatan, misalnya: kegiatan arisan, kegiatan adat atau budaya yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi pengungsian.

j. Kejenuhan akibat ketidakpastian berapa lama harus mengungsi, perasaan tidak berdaya, ketakutan dan bahkan perasaan putus asa menghadapi kemungkinan bencana yang tidak mungkin dihindari (tidak dapat melawan kehendak Tuhan). Akibatnya timbul perasaan marah, stress dan frustasi dengan situasi dan kondisi yang serba tidak menentu, trauma, putus asa, merasa tidak berdaya dan ketidakpastian masa depannya.

k. Berpikir tidak realistis dan mencari kekuatan supra natural untuk mencegah terjadinya bencana. Kekecewaan spiritual yaitu kecewa pada Tuhan karena diberi ujian atau hukuman bahkan cobaan kepada orang-orang yang merasa dirinya sudah melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama (Marjono, 2010 dalam Rusmiyati, 2012).

Menurut Sumarno (2013), beberapa gejala psikologis yang dapat terjadi karena adanya bencana letusan gunung berapi, yaitu:

a. Stress

Stres secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu terganggu keseimbangannya. Stres terjadi akibat adanya situasi dari luar

ataupun dari dalam diri yang memunculkan gangguan, dan menuntu individu berespon secara sesuai. Stres merupakan suatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan seperti bagian dari kehidupan itu sendiri. Masyarakat atau warga yang mengalami akibat dari erupsi merapi, mengalami stres diantaranya: gelisah, tegang, cemas, mengalami kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pula yang tekanan darah dan detak jantungnya meningkat, sakit kepala, perut mulas, gatal-gatal dan diare. Stres juga dapat merubah perilaku seseorang, misalnya masyarakat menjadi lebih mudah marah, lebih suka menyendiri, nafsu makan berkurang, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, frustasi, atau merasa tidak percaya diri.

b. Depresi

Depresi adalah suatu gangguan mental yang paling sering terjadi pada para korban bencana alam. Setelah mengalami depresi, selanjutnya korban akan mengalami pasca trauma. Depresi berupa perasaan sedih yang berat berkepanjangan, putus asa, merasa tidak tertolong lagi. Biasanya karena kehilangan sesuatu yang dicintai, kehilangan anggota keluarga, rumah, sawah lading, ternak dan harta benda lainnya. Kehilangan kebersamaan hidup sekeluarga dengan tetangga, dan kehilangan kecantikan atau kegagahan karena luka bakar.

c.Trauma

Trauma adalah perasaan menghadapi sebuah kejadian atau serangkaian kejadian yang berbahaya, baik bagi fisik maupun psikologis seseorang, yang

membuatnya tidak lagi merasa aman, menjadikannya merasa tidak berdaya dan peka dalam menghadapi bahaya. Pengalaman traumatis bisa menyebabkan berbagai dampak ringan, seperti korban menjadi peragu dalam berbuat sesuatu. Keragu-raguan ini disebabkan rasa takut mengalami peristiwa yang sama, dan pada tahap awal bisa dikatakan wajar jika rasa takutnya tidak digeneralisir. Pada kenyataannya ketakutan karena trauma sering menjalar ke berbagai hal. Sebagai contoh seseorang yang pernah mengalami musibah banjir akan merasakan takut jika melihat sungai, hal tersebut mengakibatkan dirinya takut ketika melewati jembatan. Begitu pula yang dialami oleh korban bencana gunung meletus, dirinya akan merasa takut dengan segala suara gemuruh.

BAB 3

Dokumen terkait