• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Benih Padi Varietas Unggul (Bersertifikat)

Penggunaan benih varietas unggul akan mengurangi resiko kegagalan budi daya, karena benih varietas unggul mampu tumbuh dengan baik pada kodisi lahan yang kurang menguntungkan. Benih varietas unggul juga bebas dari serangan hama dan penyakit terbawa benih. Dengan demikian, hasil panen dapat sesuai dengan harapan. Hal ini karena sebelum dilepas, benih varietas unggul telah disertifikasi terlebih dahulu. Selain itu, penggunaan benih varietas unggul juga berperan penting dalam pengembangan pertanian yang berorientasi agribisnis.

4)

Menurut Mugnisjah, (1991) sertifikasi benih adalah serangkaian sistem atau mekanisme pengujian berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasikan perbanyakan dan produksi benih. Pelaksanaan sertifikasi pada benih padi sangat penting untuk memelihara kemurnian dan mutu benih varietas unggul serta menunjang pengadaan benih nasional. Varietas unggul telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

Tujuan dari kegiatan sertifikasi benih ini adalah untuk menjamin mutu benih varietas unggul yang ditanam petani, sehingga produktifitasnya dapat ditingkatkan. Instansi yang berwenang dalam sertifikasi benih adalah Balai Penelitian dan Sertifikasi Benih (BPSB). Adapun prosedur dalam pelaksanaan sertifikasi benih padi yang dilakukan oleh BPSB yaitu (Irawati, 2006):

2.2.1 Permohonan Sertifikasi

Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada BPSB oleh pihak produsen paling lambat 10 hari sebelum benih di tabur dengan mengisi formulir sertifikasi yang sudah ditetapkan BPSB. Surat permohonan harus dilampiri dengan peta lokasi dan bukti asal usul benih. Satu surat permohonan hanya berlaku untuk satu areal sertifikasi dengan satu kelas benih dan varietas.

2.2.2 Pemeriksaan Lapang

Pemeriksaan lapang terdiri dari beberapa tahap yaitu pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan lapang vegetatif, pemeriksaan lapang generatif dan pemeriksaan lapang menjelang panen.

a. Pemeriksaan Lapang Pendahuluan

Pemeriksaan lapang pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kebenaran area sertifikasi/data lapang serta benih yang digunakan berdasarkan surat yang diajukan oleh produsen benih. Pemerikasaan lapang dilakukan sebelum tanah diolah, agar lebih intensif dan selambat- lambatnya dilakukan satu minggu setelah surat permohonan diajukan.

Hasil pemerikasaan ada tiga kemungkinan, yaitu memenuhi syarat, tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat dengan anjuran. Apabila dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak BPSB sudah menunjukkan

kesesuaian antara permohonan dengan keadaan lapang, maka lahan tersebut telah sah dinyatakan sebagai lahan produksi benih bersertifikat.

b. Pemeriksaan Lapang Fase Vegetatif

Pemeriksaan lapang fase vegetatif dilakukan setelah pihak BPSB menyatakan area pertanaman lulus pemeriksaan lapang pendahuluan. Kegiatan ini dilakukan pada tanaman padi telah berumur 30 hari. Kegiatan ini diawali dengan pemeriksaan kebenaran permohonan dan bukti kelulusan areal sertifikasai, serta pemeriksaan global dengan mengelilingi areal pertanaman yang akan di periksa.

Setelah serangkaian kegiatan tersebut dilakukan maka selanjutnya diambil beberapa contoh tanaman untuk diperiksa tipe simpangnya, bentuk dan tekstur daun, tinggi tanaman dan campuran varietas lain (CVL). Standar kelulusan dalam pemeriksaan fase vegetatif ini bisa dilihat pada Tabel 4.

c. Pemeriksaan Lapang Fase Generatif

Pemeriksaan lapang fase generatif bertujuan untuk mengetahui kebenaran varietas, dilakukan setelah pertanaman lulus pemeriksaan lapang fase vegetatif. Kegiatan ini dilakukan saat tanaman berumur 60-65 hari setelah tanam. Pada prinsipnya pemeriksaan generatif hampir sama dengan pemeriksaan vegetatif. Pada pemeriksaan generatif, keberadaan CVL bisa diketahui dengan melakukan pengamatan terhadap organ reproduktif, seperti warna bunga, bentuk bunga dan lain-lain. Standar kelulusan pemeriksaan fase generatif sama dengan fase vegetatif seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Standar Lapang Kelulusan Benih Bersertifikat Berdasarkan Kelas Benih

Kelas Benih Isolasi Jarak (Minimum) (m)

Vaeritas Lain dan Tipe Simpang (%)

Rerumputan Berbahaya

Benih Dasar 3 0.0 Tidak ada

Benih Pokok 3 0.2 Tidak ada

Benih Sebar 3 0.5 Tidak ada

d. Pemeriksaan Lapang Fase Menjelang Panen

Pemerikasaan lapang fase menjelang panen dilaksanakan paling lambat satu minggu sebelum tanaman padi dipanen. Pemeriksaan ini lebih mengutamakan kemurnian varietas. Faktor-faktor yang diamati dalam pemeriksaan fase menjelang panen (masak) ini adalah bentuk atau tipe malai, leher malai, bentuk daun bendera, posisi daun bendera, bentuk gabah, warna gabah, warna ujung gabah, bulu pada ujung gabah dan sudut daun bendera. Fase ini lebih mengutamakan kemurnian varietas yang ditanam. Apabila areal pertanaman tidak memenuhi syarat lapang yang ditentukan, maka benih yang dihasilkan tidak dapat dijadikan benih bersertifikat.

2.2.3 Pengambilan Contoh Benih

Pengambilan contoh benih bertujuan untuk mengambil contoh benih yang homogen dari suatu kelompok benih dengan cara-cara yang telah ditentukan untuk dilakukan pengujian laboratorium. Contoh benih harus mewakili satu lot benih dari suatu areal sertifikasi yang telah lulus dalam pemeriksaan lapang.

Pengambilan contoh benih dilakukan dengan cara menusukkan alat yang berupa stick trier ke dalam karung. Penusukan dilakukan secara acak. Pengambilan jumlah contoh benih yang akan diambil, yaitu dengan menggunakan rumus :

X = 5 + 10 %N

Keterangan :

X = Jumlah karung yang diambil contohnya N = Jumlah seluruh karung yang diperiksa

Benih yang sudah diambil contohnya dikirim ke laboratorium sebanyak 1 kg untuk diperiksa. Pemeriksaan yang dilakukan berupa penetapan kadar air, pengujian kemurnian benih, penetapan varietas lain dan pengujian daya tumbuh. Standar pengujian laboratorium bisa dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai Standar Pengujian laboratorium Berdasarkan Kelas Benih

Kelas Benih Kadar Air (%) Benih Murni (%) Kotoran Benih (%) Benih Varietas Lain (%) Benih Tanaman Lain dan Biji

Gulma (%) Daya Tumbuh (%) Benih Dasar 13.0 99.0 1.0 0.0 0.0 80.0 Benih Pokok 13.0 99.0 1.0 0.1 0.1 80.0 Benih Sebar 13.0 99.0 2.0 0.2 0.2 80.0

Sumber : BPSB Jawa Tengah, 2006

2.2.4 Pengawasan Pemasangan Label

Warna label yang digunakan untuk setiap benih berbeda-beda. Benih penjenis merupakan kelas benih yang paling tinggi. Benih ini berasal dari hasil pemuliaan dan diberi warna label putih. Benih dasar merupakan turunan dari benih penjenis, yaitu didapat hasil panen benih penjenis. Benih dasar diberi label dengan warna putih. Benih pokok mempunyai warna label unggu. Benih ini merupakan benih kelas ketiga, yaitu dibawah kelas benih penjenis dan benih dasar. Benih ini didapat dari hasil penanaman kelas benih dasar.

Kelas benih terakhir adalah kelas benih sebar, yang didapat dari hasil penanaman benih pokok. Benih ini berbeda dengan kelas benih sebelumnya. Benih sebar adalah benih yang boleh dan bisa dikonsumsi oleh masyarakat, sedangkan benih penjenis, benih dasar dan benih pokok hanya ditanam untuk tujuan perbanyakan benih. Benih ini mempunyai warna label biru. Pembagian warna label berdasarkan kelas benih bisa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Warna Label Kelas Benih Bersertifikat

No Kelas Benih Warna Label

1 Benih Penjenis Putih

2 Benih Dasar Putih

3 Benih Pokok Unggu

4 Benih Sebar Biru

Menurut Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikat dibandingkan dengan benih tidak bersertifikat adalah ;

1. Penghematan penggunaan benih, misalnya untuk padi dari rata-rata 40-50 kg/ha menjadi 20-25 kg/ha.

2. Keseragaman pertumbuhan, pembunggan dan pemasakan buah sehingga dapat dipanen sekaligus.

3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam.

4. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan hasil panen 5- 15 persen perhektar.

5. Meningkatkan mutu produksi yang dihasilkan.

6. Mutu benih dapat menentukan kebutuhan dan respon sarana produksi lainnya, dinaman peran sarana produksi tidak akan terlihat apabila benih yang digunakan tidak bermutu.

2.3 Varietas Unggul Di Kota Solok

Dokumen terkait