• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Benih Unggul Jagung

Benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Menurut Undang-Undang No 12 tahun 1992 dan PP No 44 tahun 1995 yang dimaksud dengan benih adalah semua bentuk bahan tanaman dari proses generatif berupa biji maupun vegetatif seperti stek, cangkok, umbi dan lain-lain.

Benih merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usahatani jagung, sehingga harus ditangani secara sungguh-sungguh agar dapat tersedia dengan baik dan terjangkau oleh petani. Benih unggul adalah bahwa benih itu murni, sehat, kering, bebas dari penularan penyakit cendawan, bebas dari campuran biji rerumputan dan lain-lain (Siregar, 1981). Benih bermutu harus memenuhi kriteria enam tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).

Benih yang bermutu baik berasal dari varietas unggul yang merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya produksi atau hasil tanaman. Benih bermutu adalah benih yang dalam produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi dan pengujian mutu benih dari jenis tanaman unggul. Pengujian mutu benih bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang mutu suatu kelompok benih yang digunakan untuk keperluan penanaman. Keterangan tersebut diperlukan baik oleh produsen, pedagang, pemakai benih, serta pihak-pihak yang berkepentingan.

Penggunaan benih varietas unggul akan mengurangi resiko kegagalan budidaya, karena benih varietas unggul mampu tumbuh dengan baik pada kodisi lahan yang kurang menguntungkan. Benih varietas unggul juga bebas dari serangan hama dan penyakit terbawa benih. Varietas unggul tersebut dapat dirakit dengan memanfaatkan sumber genetik dan plasma nutfah, sehingga terbentuk suatu varietas yang ideal untuk masing-masing ekosistem. Dengan demikian, hasil panen dapat sesuai dengan harapan. Hal ini karena sebelum dilepas, benih varietas unggul telah disertifikasi terlebih dahulu. Selain itu, penggunaan benih varietas unggul juga berperan penting dalam pengembangan pertanian yang berorientasi agribisnis.

Benih jagung yang beredar di Indonesia cukup banyak jumlahnya. Sampai dengan tahun 2007 tercatat sebanyak 130 varietas jagung yang telah dilepas. Namun dari jumlah tersebut, tidak semuanya didistribusikan dan disosialisasikan pada petani. Benih unggul jagung yang beredar dan dikembangkan oleh petani terdiri dari benih jagung hibrida dan komposit (bersari bebas) (Bahtiar et al., 2007).

Penyediaan benih jagung unggul yang bermutu dan secara berkelanjutan dapat memenuhi permintaan petani, dapat membantu para petani untuk meningkatkan hasil produksi tanaman jagung. Benih jagung yang beredar harus memiliki sifat-sifat unggul, karena dengan benih unggul dapat membantu petani mengurangi resiko kegagalan panen.

Kepres 1972 tentang peran swasta yang ditindaklanjuti dengan UU 12/1992 dan PP 44/1995 tentang sertifikasi benih (Nugraha et al., 2003) memberi peluang kepada BUMN/swasta untuk berhubungan langsung dengan penyedia benih sumber (Balai Penelitian/Pusat Penelitian). Itu juga merupakan peluang kerja sama bagi kelompok-kelompok tani dengan Balai Penelitian dalam memproduksi benih sumber, sehingga benih dapat dengan mudah diakses dan terjangkau oleh pengguna (Bahtiar et al., 2007).

Benih unggul jagung tentunya adalah benih bersertifikat. Penggunaan benih bersertifikat memiliki keunggulan seperti: produksi tinggi, resisten terhadap hama/penyakit, respon terhadap unsur hara tertentu, tahan terhadap cekaman biotis dan abiotis, daya tumbuh yang baik, kadar air yang rendah dan kemurnian benih tinggi. Dengan keunggulan tersebut diharapkan permintaan jagung akan mengalami peningkatan dan akan berdampak pada permintaan benih unggul jagung yang semakin tinggi.

Benih bersertifikat adalah benih-benih yang telah memiliki izin resmi dari intansi pemerintah seperti Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) yang ada di setiap daerah. Sebelum dipasarkan sudah mendapat perlakuan terlebih dahulu, seperti pengawasan lapang yang meliputi sejarah lahan, Isolasi jarak tanam dan pengawasan penanaman hingga pemanenan, sedangkan pengujian benih di lakukan dibalai benih seperti BPSB, yang meliputi, daya tumbuh, Campuran Varietas Lain (CVL), keseragaman benih, daya simpan dan produksi/ha. Dengan adanya benih bersertifikat maka para petani akan mendapatkan jaminan mutu benih sesuai dengan yang tercantum di label kemasan mengenai deskripsi benih.

Mugnisjah (1991) sertifikasi benih adalah serangkaian sistem atau mekanisme pengujian berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasikan perbanyakan dan produksi benih. Pelaksanaan sertifikasi pada

benih jagung sangat penting untuk memelihara kemurnian dan mutu benih varietas unggul serta menunjang pengadaan benih nasional.

Tujuan dari kegiatan sertifikasi benih ini adalah untuk menjamin mutu benih varietas unggul yang ditanam petani, sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati, melalui SK Menteri Pertanian No.460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas, yaitu:

1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS)

Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan atau instansi yang menanganinya (lembaga penelitian atau perguruan tinggi). Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khusus untuk penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih. 2. Benih Dasar atau Foundation Seed (FS)

Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi dibawah bimbingan insentif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi dan identitas genetisnya dapat terpelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau oleh penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Nasional yang disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih.

3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS)

Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu.

4. Benih Sebar atau Extention Seed (ES)

Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.

Menurut Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikat dibandingkan dengan benih tidak bersertifikat adalah:

1. Penghematan penggunaan benih, misalnya untuk padi/jagung dari rata-rata 40-50 kg/ha menjadi 20-25 kg/ha.

2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakan buah sehingga dapat dipanen sekaligus.

3. Rendemen tinggi dan mutunya seragam.

4. Penggunaan benih bersertifikat mampu meningkatkan hasil panen 5-15 persen per hektar.

5. Meningkatkan mutu produksi yang dihasilkan.

6. Mutu benih dapat menentukan kebutuhan dan respon sarana produksi lainnya, dinaman peran sarana produksi tidak akan terlihat apabila benih yang digunakan tidak bermutu.