• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: EKSEKUSI PADA UMUMNYA DAN EKSEKUSI

3. Bentuk-bentuk eksekusi pada umumnya

Menurut M. Yahya Harahap, dari segi sasaran yang hendak dicapai oleh hubungan hukum yang tercantum dalam putusan pengadilan, eksekusi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu sebagai berikut:

a. Eksekusi riil, yaitu melakukan suatu tindakan ”nyata/riil” seperti menyerahkan sesuatu barang, mengosongkan sebidang tanah atau rumah, melakukan suatu perbuatan tertentu, dan menghentikan suatu perbuatan atau keadaan.50

b. Eksekusi pembayaran sejumlah uang, yaitu eksekusi yang dilakukan dengan membayar sejumlah uang, dimana eksekusi pembayaran sejumlah uang ini tidak hanya didasarkan kepada putusan pengadilan, tetapi dapat juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang ”disamakan”

nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap, antara lain terdiri dari:51

1) Grosse akta pengakuan utang;

49 Ibid.,hlm.67

50 Ramli Rizal, Op.Cit.,hlm.9-10

51 M. Yahya Harahap, Op.Cit.,hlm.26

2) Grosse akta hipotek;

3) Credietverband;

4) Hak tanggungan;

5) Jaminan fidusia.

Menurut Sudikno Mertokusumo sebagaimana yang dikutip oleh Wildan Suyuthi, mengklasifikasikan bentuk-bentuk eksekusi ke dalam 3 bentuk:52

a. Eksekusi riil, sebagaimana yang diaur dalam Pasal 1033 Rv yaitu, penghukuman pihak yang kalah untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya penyerahan barang, pengosongan sebidang tanah atau rumah, pembongkaran, menghentikan suatu perbuatan tertentu, dan lain-lain.

Eksekusi riil ini dapat dilakukan langsung dengan perbuatan nyata, sesuai dengan amar putusan tanpa memerlukan lelang.

b. Eksekusi pembayaran sejumlah uang, yang diatur dalam Pasal 196 HIR dan Pasal 208 RBG, yaitu eksekusi yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang. Eksekusi pembayaran sejumlah uang sendiri merupakan kebalikan dari pada eksekusi riil, dimana eksekusi ini tidak dapat dilakukan langsung sesuai dengan amar putusan tanpa pelelangan terlebih dahulu, hal ini disebabkan nilai yang akan dieksekusi itu bernilai uang.

c. Eksekusi melaksanakan suatu perbuatan, yang diatur dalam Pasal 225 HIR dan Pasal 259 RBG, dimana dalam pasal tersebut dikatakan bahwa jika seseorang yang dihukum akan melakukan suatu perbuatan, tiada melakukan perbuatan itu dalam waktu yang ditentukan oleh Hakim, maka bolehlah pihak

52 Wildan Suyuthi, Op.Cit.,hlm.69

45

yang dimenangkan dalam putusan Hakim itu, meminta kepada Pengadilan Negeri, dengan pertolongan ketuanya baik dengan surat ataupun dengan lisan supaya kepentingan yang akan didapatnya jika putusan itu diturut dinilai dengan uang yang banyaknya harus diberitahukanya dengan tentu jika permintaan itu dengan lisan maka hal itu harus dicatat.

Berdasarkan pemaparan Pasal 225 HIR dan 259 RBG, pada intinya menyebutkan bahwa eksekusi melaksanakan suatu perbuatan adalah eksekusi yang dilakukan dimana pihak yang dimenangkan dalam putusan meminta kepada Ketua Pengadilan baik dilakukan secara lisan ataupun dilakukan dengan surat untuk memerintahkan kepada pihak yang kalah dalam suatu putusan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.

B. Eksekusi Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan Kredit 1. Bentuk-bentuk eksekusi jaminan fidusia

Sertifikat eksekusi jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, sehingga berdasarkan titel eksekutorial ini penerima fidusia dapat langsung melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jaminan fidusia tanpa melalui pengadilan.

Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia, menyatakan bahwa apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara:

a. Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia

Pasal 15 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa dalam sertifikat jaminan fidusia dicantumkan kata-kata ”Demi Keadilan Yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” sertifikat jaminan fidusia tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Irah-irah tersebutlah yang memberikan titel eksekutorial, yakni titel yang mensejajarkan kekuatan akta tersebut dengan putusan pengadilan, dengan demikian akta tersebut tinggal dieksekusi.

b. Eksekusi jaminan fidusia secara parate eksekusi lewat pelelangan umum Eksekusi fidusia dapat juga dilakukan dengan jalan mengeksekusinya oleh penerima fidusia lewat lembaga pelelangan umum (Kantor Lelang), dimana hasil pelelangan tersebut diambil untuk melunasi pembayaran piutang-piutangnya, parate eksekusi lewat pelelangan umum ini dapat dialkukan tanpa melibatkan pengadilan sama sekali.

c. Eksekusi jaminan fidusia lewat penjualan di bawah tangan

Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia, maka syarat-syarat agar suatu fidusia dapat dieksekusi secara di bawah tangan adalah sebagai berikut:

1) dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima fidusia;

2) jika dengan cara penjualan di bawah tangan tersebut dicapai harga tertinggi yang menguntungkan para pihak;

47

3) diberitahukan secara tertulis oleh pemberi fidusia dan/atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

4) diumumkan dalam sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan;

5) pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis.

d. Eksekusi jaminan fidusia melalui pengadilan

Meskipun tidak disebutkan dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, tetapi tentunya pihak kreditur dapat menempuh prosedur eksekusi bisa lewat gugatan biasa ke Pengadilan, sebab keberadaan Undang-Undang Jaminan Fidusia dengan model-model eksekusi khusus tidak untuk meniadakan hukum acara yang umu, akan tetapi untuk menambah ketentuan yang ada dalam hukum acara umum, tidak ada indikasi sedikitpun dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia khususnya tentang cara eksekusi, yang bertujuan meniadakan ketentuan hukum acara umum tentang eksekusi umum lewat gugatan biasa ke pengadilan negeri yang berwenang, keberadaan model-model eksekusi khusus dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut untuk mempermudah dan membantu pihak kreditur untuk menagih utangnya yang mempunyai jaminan fidusia dengan jalan mengeksekusi jaminan fidusia tersebut, satu dan lain hal disebabkan eksekusi objek jamianan fidusia lewat gugatan biasa memakan waktu yang lama dan dengan prosedur yang berbelit-belit.53

53 Munir Fuady, Op.Cit.,hlm.62

2. Pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia

Eksekusi benda sebagai objek jaminan fidusia dilakukan apabila debitur wanprestasi. Eksekusi objek jaminan fidusia menurut ketentuan Undang-Undang Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu dengan titel eksekutorial, dengan pelelangan umum, dan dengan penjualan di bawah tangan, meskipun tidak diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, eksekusi objek jaminan fidusia dapat juga dilakukan melalui gugatan biasa atau proses pengadilan.

Adapun yang menjadi dasar alasan dilakukannya eksekusi objek jaminan fidusia, diatur dalam Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dimana menurut pasal ini lahirnya hak eksekusi adalah:

a. Didasarkan kepada cidera janji

1) Pemberi fidusia dalam keadaan cidera janji;

2) Ketentuan umum cidera janji diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata, dimana adapun kriteria cidera janji berdasarkan Pasal 1234 KUH Perdata tersebut adalah sebagai berikut :

a) Lalai memenuhi perjanjian, atau

b) Tidak memenuhi prestasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

b. Tetapi secara khusus dan rinci dapat diatur dalam kontrak oleh para pihak dalam kontrak mengenai hal-hal yang berkenaan dengan cidera janji

Dalam rangka pelaksanaan eksekusi atas objek jaminan fidusia, pemberi jaminan fidusia atau debitur berkewajiban untuk menyerahkan kepada kreditur penerima jaminan fidusia, dan apabila jaminan tidak diserahkan oleh debitur

49

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan kreditur dapat meminta bantuan dari pihak yang berwajib seperti pihak kepolisian, baik barang tersebut berada dalam penguasaan debitur ataupun pihak ketiga

Setelah benda objek jaminan fidusia sudah berada pada pihak bank (kreditur), maka bank (kreditur) akan melakukan eksekusi dengan pelelangan umum ataupun penjualan di bawah tangan tanpa melalui pengadilan, namun dengan syarat penjualan tetaplah harus melalui pelelangan umum oleh Kantor Lelang/Pejabat Lelang, berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pada Pasal 6 huruf k menyebutkan:

“ Bank umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan baik melalui pelelangan umum di luar pengadilan berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibanya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya”.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan secara tegas dikatakan bahwa bank (kreditur) tidak diperbolehkan memiliki barang agunan yang dibelinya. dimana prinsip pelarangan ini pemilik barang agunan sejalan dengan hukum jaminan fidusia bahkan kepemilikan benda jaminan fidusia yang dibuat dengan kesepakatan antara kreditur penerima jaminan fidusia dengan debitur pemberi jaminan fidusia tidak dibenarkan janji yang demikian adalah batal demi hukum, berdasarkan pelarangan prinsip pelarangan pemilikan benda jaminan fidusia sudah wanprestasi, yang berarti syarat menangguhkan sudah terjadi, tidak juga dapat merealisir kepemilikan hak yang telah diserahkan secara kepercayaan kepada kreditur jaminan fidusia, hal ini membuktikan bahwa

penyerahan hak milik secara fidusia bukanlah suatu peralihan hak milik secara sempurna.54

Apabila objek jaminan fidusia berbentuk benda-benda perdagangan atau efek, maka berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Jaminan Fidusia, cara penjualanya adalah sebagai berikut:

“ Penjualan objek jaminan fidusia yang terdiri dari benda perdagangan atau efek, jika dapat dijual di pasar atau di bursa, dilakukan di tempat-tempat tersebut, namun dengan syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Apabila perjanjian fidusia dilakukan dengan lembaga pembiayaan, maka perjanjian fidusia terjadi setelah adanya proses jual beli, dimana pembeli tidak mampu untuk membeli secara tunai sehingga pembeli memohon angsuran untuk membeli barang tersebut maka dengan persetujuan si penjual, harga barang-barang itu dapat dibayar sebagian atau keseluruhanya dengan peminjaman kredit dari pihak ketiga dengan jaminan fidusia atas barang tersebut.

Pada lembaga pembiayaan konsumen, perjanjian antara penjual dan pembeli dilakukan sesuai klausul baku, dimana pemberi menerima segala perjanjian yang telah dibuat oleh pihak penjual, dan pihak pembeli harus menerima konsekuensi dari apa yang telah diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia, biasanya pada lembaga pembiayaan sudah diatur hal-hal yang mengenai eksekusi, kelalaian debitur dan lain-lain dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak penjual sehingga pihak penjual mempunyai kedudukan yang kuat. Dalam hal eksekusi benda sebagai objek perjanjian jaminan fidusia lembaga pembiayaan melakukan

54 Tan Kamello, Op.Cit.,hlm.202

51

penarikan langsung atas barang tersebut apabila debitur lalai atau melakukan wanprestasi.

3. Akibat hukum tidak didaftarkanya jaminan fidusia

Pendaftaran jaminan fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia sangatlah penting, hal ini dikarenakan jika suatu jaminan fidusia tidak didaftarkan akan berdampak pada proses eksekusi jaminan fidusia tersebut, dimana adapun akibat-akibat hukum yang timbul karena belum terdaftarnya jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia adalah sebagai berikut:

a. Tidak terpenuhinya asas publisitas

Jaminan fidusia haruslah didaftarkan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia, sehingga dengan adanya pendaftaran tersebut, jaminan fidusia telah memenuhi asas publisitas yang merupakan salah satu asas utama jaminan fidusia.

b. Kreditur tidak memiliki hak preferen

Dalam hal apabila jaminan fidusia belum didaftarkan, maka hal ini akan berdampak bahwa pihak kreditur hanya berkedudukan sebagai kreditur konkuren bukan sebagai kreditur preferen, sehingga apabila suatu saat debitur wanprestasi, maka kreditur tidak mempunyai hak untuk didahulukan pembayaran atas piutangnya tersebut dari hasil penjualan benda yang menjadi objek jaminan, karena benda tersebut hanya berstatus sebagai jaminan umum.

c. Eksekusi sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak dapat dilakukan

Tidak didaftarkanya jaminan fidusia akan membawa dampak yang cukup serius dalam pelaksanaan eksekusi, dimana jika tidak didaftarkanya jaminan fidusia maka jaminan fidusia dianggap tidak pernah lahir, sehingga jika jaminan fidusia dianggap tidak pernah lahir maka segala bentuk kemudahan eksekusi yang telah diatur di dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak dapat digunakan, sehingga secara otomatis jaminan fidusia tidak dapat dieksekusi.55

55 FX. Ngadijamo, Himpunan Bahan Kuliah Hukum Lelang, Tesis, Program Megister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2003, hlm.262

BAB IV

ASPEK HUKUM TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DEBITUR

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kredit Macet dan Eksekusi Terhadap Jaminan Fidusia Pada Bank BNI

Terbitnya sertifikat jaminan fidusia merupakan bukti lahirnya jaminan fidusia, dimana dengan adanya sertifikat jaminan fidusia tersebut yang dijadikan sebagai jaminan kredit, maka bank sebagai pihak kreditur sewaktu-waktu dapat menjual objek jaminan fidusia tersebut jika pihak debitur wanprestasi.

Wanprestasi sendiri terjadi dikarenakan pihak debitur tidak mampu untuk membayar angsuran kredit yang sudah diperjanjikan dalam perjanjian kredit, dimana hal inilah yang menyebabkan terjadinya kredit macet. Dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, disebutkan penggolongan kualitas kredit berdasarkan kolektabilitas, penggolongan tersebut adalah:56

1. Lancar

Suatu kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu dan memiliki mutasi rekening yang aktif.

2. Dalam perhatian khusus

Suatu kredit dikatakan dalam perhatian khusus apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari

56 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2008, hlm.124

atau terkadang sering terjadi cerukan, akan tetapi jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak.

3. Kurang lancar

Suatu kredit dikatakan kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari atau sering terjadi cerukan dan juga terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.

4. Diragukan

Suatu kredit dikatakan sampai pada tahap diragukan apabila terdapat tunggakan terhadap pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari, atau terjadi cerukan yang bersifat permanen, dan juga terjadi wanprestasi yang telah melebihi 180 hari.

5. Macet

Suatu kredit dikatakan macet apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari, pada tahap ini pihak debitur sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk membayar angsuran kreditnya sehingga pada tahap ini pihak bank akan melakukan eksekusi terhadap objek yang dijadikan jaminan kredit.

Menurut Pak Madan Pegawai PT. Bank BNI bagian penyelamatan kredit, kredit milik pihak debitur dikatakan kredit bermasalah apabila telah memasuki pada kolektabilitas point ke 3 sampai dengan point ke 5, dimana jika sudah sampai kepada tahap ini pihak bank tentunya terus melakukan upaya seperti memberikan surat peringatan kepada debitur, dan mencari tahu mengapa debitur

55

tidak mampu membayar angsuran kreditnya, serta memberikan solusi jalan keluar terhadap masalah yang diahdapi oleh pihak debitur.57

Resiko untuk terjadinya kredit macet sangatlah besar kemungkinanya terjadi, meskipun analisis yang dilakukan oleh pihak bank terhadap kelayakan pihak debitur untuk menerima kredit sudah benar dan telah sesuai dengan SOP (Standard Operasional Procedure) yang telah berlaku pada bank tersebut.

Permasalahan kredit macet sendiri biasanya disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yang antara lain:58

1. Faktor yang datang dari pihak bank

Faktor ini terjadi akibat kesalahan analisis yang dilakukan oleh pihak bank itu sendiri dalam menentukan kelayakan seorang debitur untuk menerima kredit, sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak dapat diprediksikan sebelumnya, dimana adapun bentuk kesalahan analisis ini misalnya kesalahan menganalisa dalam menentukan Plafond kredit, atau kesalahan dalam menentukan jenis kredit yang diberikan sehingga peruntukan kredit tidak sesuai dengan jenis kredit. Selain kesalahan dalam melakukan analisis, faktor lain yang menyebabkan terjadinya kredit macet yang datangnya dari pihak bank sendiri misalnya adalah karena adanya kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam melakukan analisisnya pihak anailisis kredit bersifat subjektif.

2. Faktor yang datangnya dari pihak bank

57 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

58Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

Faktor yang datangnya dari pihak debitur sendiri adalah karena terjadinya wanprestas, dimana wanprestasi yang terjadi biasanya disebabkan oleh beberapa hal yang diantaranya:

a. Adanya unsur kesengajaan: dimana dalam hal ini terjadi karena karakter dari pihak debitur sendirilah yang sejak dari awal sudah tidak mau untuk membayar kreditnya, ataupun mungkin hal ini terjadi karena adanya kebutuhan keluarga yang lebih diutamakan dibandingkan dengan kewajiban debitur sendiri untuk membayar angsuran kreditnya.

b. Adanya unsur ketidaksengajaan: dimana dalam hal ini terjdinya kredit macet sendiri diakibatkan karena kemampuan pihak debitur untuk membayar angsuran kredit mengalami penurunan yang disebabkan oleh omset usaha milik pihak debitur yang mengalami penurunan, ataupun dapat juga terjadinya Force Meyer terhadap usaha milik pihak debitur seperti misalnya terjadinya gempa, kebakaran, ataupun kebanjiran.

B. Prosedur Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia Pada PT. Bank BNI

Dokumen terkait