• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: EKSEKUSI PADA UMUMNYA DAN EKSEKUSI

B. Prosedur Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia Pada

untuk terjadinya kredit macet, hal ini disebabkan karena apabila kredit macet terjadi tentunya NPL (Non Performing Loan) akan meningkat, dimana jika NPL suatu bank terbilang tinggi, hal ini akan menyebabkan tingkat kepercayaan nasabah yang menyimpankan dananya kepada bank tersebut akan berkurang, sehingga hal ini dikhawatirkan akan terjadinya Rush pada pihak nasabah, yaitu penarikan dana secara besar-besaran yang dilakukan oleh pihak nasabah kepada

57

suatu bank. Dana yang disimpankan oleh nasabah sangatlah diperlukan oleh pihak bank untuk menjalankan kegiatan usahanya, mengingat bank sebagai suatu lembaga yang memiliki fungsi intermediary yaitu sebagai suatu lembaga yang menghimpun dana masyarakat kemudian dana tersebut ditempat-tempatkan kepada sektor produktif seperti misalnya pemberian kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana, ataupun juga ditempatkan ke pasar modal sehingga menghasilkan keuntungan bagi pihak bank. Oleh karena itu, jika dana nasabah itu ditarik karena nasabah tersebut tidak percaya kepada bank dalam mengelolah dana yang dittipkan kepadanya, maka hal ini akan menyebabkan terganggunya kegiatan operasional bank tersebut. Oleh karena itu, sebisa mungkin pihak bank melakukan berbagai macam upaya untuk menghindari terjadinya kredit macet yang dapat mengakibatkan menurunya tingkat kepercayaan nasabah.

PT. Bank BNI sendiri dalam mengahadapi persoalan kredit macet, akan melakukan berbagai macam upaya untuk menghindarinya agar persoalan kredit macet ini tidak sampai pada tahap eksekusi, dimana adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak PT. Bank BNI adalah sebagai berikut:59

1. Melakukan upaya penagihan

Upaya ini merupakan upaya awal yang dilakukan oleh PT. Bank BNI, dimana pada upaya ini dilakukan pendekatan secara persuasif seperti menyampaikan kepada pihak debitur bahwa angsuran kredit pihak debitur telah jatuh tempo dan harus segara dibayar, selain itu pada tahap ini juga pihak bank mencari

59 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

solusi atas kesulitan yang dialami oleh debitur dalam membayar angsuran kreditnya.

2. Memberikan surat peringatan

Upaya ini dilakukan apabila kualitas kredit milik debitur sudah sampai pada kredit bermasalah sehingga harus diberikan surat peringatan, dimana pemberian surat peringatan ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, sampai kredit masuk pada kualitas kredit macet. Jarak antara surat peringatan pertama dengan surat peringatan kedua adalah dalam kurun waktu 1 (satu) bulan, begitu juga seterusnya.

3. Restrukturisasi kredit

Upaya ini dilakukan apabila pihak debitur masih mampu untuk membayar pokok pinjamanya, akan tetapi pihak debitur tidak sanggup untuk membayar bunga kreditnya, untuk itulah dilakukan restrukturisasi terhadap kredit bermasalah, upaya restrukturisasi ini sendiri dilakukan dnegan diikuti oleh perubahan terhadap isi perjanjian kredit. Pihak kreditur dalam melakukan upaya ini aka melakukan analisis ulang yang dilakukan secara lebih mendalam terhadap pihak debitur, dengan keyakinan bahwa setelah kredit diresrukturisasikan maka pihak debitur akan dapat melunasi kreditnya, namun tidak semua kredit debitur dapat direstrukturisasi, akan tetapi hanya debitur yang masih mampu dan mempunyai itikad baik untuk melunasi kreditnya yang dapat direstrukturisasi.

4. Melakukan upaya take over

59

Upaya ini akan dilakukan dengan cara pihak debitur melakukan peminjaman kredit kembali kepada bank lain, dimana jika sudah mendapatkan kredit dari bank lain maka dana yang di dapat kemudian dipotong dengan kredit pada bank sebelumnya.

5. Melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit

Upaya ini merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh PT. Bank BNI untuk mengembalikan kerugian akibat terjadinya kredit macet setelah dilakukanya berbagai bentuk upaya penyelamatan. Adapun pertimbangan PT Bank BNI untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan kredit antara lain:60

a. Kualitas kredit dan keadaan debitur

1) Kualitas kredit telah tergolong macet dan hapus buku (write off);

2) Debitur tidak kooperatif lagi untuk menyelesaikan utangnya;

3) Debitur telah melarikan diri atau meninggal dunia sementara ahli waris tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan seluruh tunggakan kredit.

b. Aspek hukum pengikatan agunan

1) Pengikatan barang agunan telah sempurna (dibebani dengan akta jaminan fidusia) dibuktikan dengan adanya akta jaminan fidusia;

2) Tidak terdapat sengketa atau gugatan apapun atas jaminan.

c. Pertimbangan ekonomis

1) Nilai jaminan dapat memback-up utang pokok dan sedapat mungkin termasuk bunga ataupun denda

60 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

2) Barang jaminan dapat laku dilelang dan jika dibiarkan maka dikhawatirkan akan rusak/musnah/dicuri/dijarah karena kurangnya pengawasan sehingga nilai jaminan akan turun.

Apabila objek jaminan kredit berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dipaparkan di atas tadi telah cukup matang untuk dilakukan eksekusi maka selanjutnya pihak PT. Bank BNI akan langsung mengajukan eksekusi, dimana ada 3 (tiga) bentuk eksekusi yang dapat dilakukan oleh PT. Bank BNI, dimana eksekusi yang dapat dilakukan diantaranya:

a. Penjualan di bawah tangan objek jaminan fidusia

Eksekusi yang dilakukan melalui penjualan di bawah tangan merupakan eksekusi yang sering sekali dilakukan oleh PT. Bank BNI, dimana hal ini dikarenakan proses eksekusi melalui penjualan di bawah tangan tidak banyak menemui kendala pada saat proses eksekusinya.61 Eksekusi secara penjualan di bawah tangan sendiri dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak bank dengan pihak debitur yang bertujuan untuk mencapai harga tertinggi yang menguntungkan para pihak tanpa dilakukan di kantor pelelangan. Untuk pelaksanaan eksekusi secara penjualan di bawah tangan, harus memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal Ayat 3, yang diantaranya:

61 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

61

1) Telah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pihak pemberi dan/atau pemegang fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

2) Diumumkan sedikit-sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat;

3) Tidak ada pihak yang menyatakan keberatan.

Pelaksanaan eksekusi secara penjualan di bawah tangan sendiri yang dilakukan oleh pihak PT. Bank BNI, pada mulanya dilakukan dengan memberitahukan kepada pihak debitur bahwa akan dilakukan proses eksekusi tehadap benda objek jaminan fidusia, pemberitahuan sendiri dilaksanakan beberapa hari sebelum tanggal eksekusi dilaksanakan, sebagai upaya untuk memperoleh kepastian akan itikad baik debitur dalam hal pemberian benda objek fidusia kepada bank untuk dapat segera dilakukan proses eksekusi.62

Setelah bank memberitahukan kepada pihak debitur tentang waktu pelaksanaan eksekusi bank akan melakukan penarikan benda yang menjadi objek fidusia kepada debitur. Tahap selanjutnya setelah pihak bank melakukan penarikan terhadap objek jaminan fidusia maka bank akan melakukan penjualan terhadap benda objek jaminan fidusia tersebut, namun biasanya dalam hal penjualan pihak bank akan memberikan kewenangan kepada pihak debitur untuk menjual sendiri benda objek jaminan fidusia tersebut secara bebas dengan memperhatikan semua

62 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh PT. Bank BNI yang diantaranya yaitu mengenai batas waktu penjualan benda objek jaminan fidusia serta harga jual benda tersebut, oleh karena itu pihak debitur tidak dapat menjual benda tersebut dengan harga atas kebijakan sendiri.63

Setelah benda objek fidusia tersebut terjual dengan harga yang telah disepakati dan ditentukan, maka selanjutnya pihak debitur harus menyerahkan seluruh hasil dari penjualan benda tersebut kepada pihak bank, yang untuk nantinya diproses lebih lanjut oleh bank baik dari segi pengambilan pelunasan serta pembuatan memo dan kwitansi pembayaran.

Setelah semua pelunasan berjalan dengan baik maka bank harus memberitahukan dan menginformasikan secepatnya kepada kantor pendaftaran fidusia untuk mencoret serta menghapus benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan melampirkan tanda bukti pelunasan dari bank sebagai kreditur bahwa hutang sudah hapus.64

Apabila hasil penjualan benda tersebut melebihi dari pembayaran pelunasan semua utang debitur maka bank akan mengembalikan seluruh sisa tersebut kepada pihak debitur, akan tetapi apabila hasil penjualan tersebut masih kurang untuk mengkover seluruh utang debitur maka bank akan meminta jaminan lainya kepada debitur untuk menutupi jumlah utang yang tersisa.65

63 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

64 Wawancara dengan Madan,, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

65Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

63

b. Eksekusi objek jaminan fidusia secara parate eksekusi

Pelaksanaan parate eksekusi objek jaminan fidusia, Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak mengatur secara khusus dalam peraturan pelaksanaanya mengenai lelang ekskusi jaminan fidusia. Oleh karena itu, ketentuan mengenai eksekusi lelang diatur secara tersendiri di dalam Undang-Undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Stb.1908:189 sebagaiman telah beberapa kali diubah terakhir dengan Stb.

1941:3) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Pada PT. Bank BNI sendiri pelaksanaan parate eksekusi, dimulai dengan memberitahukan kepada pihak debitur bahwa akan dilaksanakan proses eksekusi objek jaminan fidusia melalui lelang, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh kepastian akan itikad baik pihak debitur untuk memberikan benda/barang objek jaminan fidusia kepada bank untuk segera dapat dilakukan eksekusi.66

Setelah memberitahu kepada debitur mengenai akan dilakukanya eksekusi objek jaminan fidusia melalui lelang, PT. Bank BNI akan melakukan penarikan benda/barang objek jaminan fidusia yang masih dikuasai secara fisik oleh debitur.67 sebagaimana yang diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang mengisyaratkan bahwa pemberi

66 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

67 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.

Setelah dilakukan penarikan objek jaminan fidusia, langkah selanjutnya PT. Bank BNI mengajukan permohonan lelang secara tertulis yang langsung ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) melalui balai lelang di wilayah hukum objek jaminan fidusia itu berada dengan melampirkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.68 Menurut Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, bahwa tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan pejabat lelang kelas II tempat barang berada. Dalam permohonan lelang ini dinyatakan hari dan tanggal yang diinginkan untuk pelaksanaan lelang serta menentukan cara penawaran yang diinginkan. Adapun biasanya dokumen-dokumen yang dilengkapi oleh PT. Bank BNI untuk melaksanakan eksekusi jaminan fidusia adalah sebagai berikut:69

1) Daftar benda/ barang yang akan dilelang;

2) Nilai limit;

Pada praktik di PT. Bank BNI, nilai objek jaminan fidusia ditentukan berdasarkan penilaian oleh penilai independen yang berasal dari asosiasi penilai agunan yang terdaftar. Berdasarkan Pasal 36 Ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Keuangan menyatakan bahwa penjual/

68 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

69 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

65

pemilik barang dalam menetapkan nilai limit berdasarkan penilaian oleh penilai atau penaksiran oleh penaksir/ tim penaksir yang independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.

3) Salinan/ fotocopy (legalisir) perjanjian kredit antara PT. Bank BNI dengan debitur baik yang berupa akta di bawah tangan ataupun akta notariil;

4) Salinan/ fotocopy (legalisir) akta jaminan fidusia dan sertifikat jaminan fidusia;

5) Salinan/ fotocopy (legalisir) perincian utang atau jumlah kewajiban debitur yang harus dibayar;

6) Salianan/ fotocopy (legalisir) somasi yang menyatakan debitur melakukan wanprestasi;

7) Surat keterangan dari bank selaku penjual yang menyatakan bahwa barang yang akan dilelang dalam penguasaan penjual;

8) Surat pernyataan dari bank selaku kreditur yang mengajukan permohonan lelang yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan;

9) Asli dan/atau fotocopy (legalisir) bukti kepemilikan benda/barang objek jaminan fidusia;

10) Salinan/fotocopy (legalisir) surat pemberitahuan dari kreditur mengenai rencana pelaksanaan lelang kepada debitur yang diserahkan paling lama 1 (satu) hari sebelum lelang dilaksanakan.

Apabila semua persyaratan telah terpenuhi dan telah diajukan oleh PT. Bank BNI kepada KPKNL, maka selanjutnya pihak KPKNL akan menetapkan waktu pelelangan yang diikuti dengan pengumuman lelang, untuk lelang objek jaminan fidusia diumumkan 1 (satu) kali melalui surat kabar harian yang selambat-lambatnya 6 (enam) hari sebelum pelaksanaan lelang.70 Adapun yang menjadi maksud adanya pengumuman lelang adalah:71

1) Agar dapat diketahui oleh masyarakat luas sehingga bagi yang berminat dapat menghadiri pelaksanaan lelang;

2) Memberikan kesempatan kepada pihak ketiga yang merasa dirugikan untuk mengajukan sanggahan;

3) Sebagai shock therapy bagi debitur untuk melunasi kewajiban utangnya kepada kreditur, karena apabila tidak dilunasi maka barang milik debitur dilelang untuk pelunasan utang debitur.

Menurut Pak Madan Pegawai PT. Bank BNI bagian seksi penyelamatan kredit, bahwa biasanya sebelum pelelangan dilaksanakan maka pihak PT. Bank BNI sudah menemukan calon pembeli yang berencana untuk membeli objek yang dilelang, karena jika pembeli belum ada pada saat pelaksanaan lelang maka pihak bank akan mengalami kerugian dalam hal biaya pelaksanaan lelang. Oleh karena itu, biasanya

70 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

71 FX. Ngadijamo, Op.Cit., hlm.277

67

sebelum melakukan pelelangan di KPKNL sudah ditemukan calon pembeli yang pasti.72

Setelah proses lelang eksekusi objek jaminan fidusia dilakukan pejabat lelang kelas I di KPKNL, PT. Bank BNI membayar biaya-biaya lelang yang meliputi bea lelang sebesar 1% (satu persen) dan nilai lelang yang terbentuk dan pajak penjualan sebesar 5% (lima persen) dari nilai lelang yang terbentuk dan disetorkan ke kas negara.73

Apabila hasil lelang objek jaminan fidusia melebihi dari nilai penjaminan maka PT. Bank BNI selaku penerima fidusia wajib mengembalikan sisa hasil penjualan dari eksekusi lelang kepada debitur.

Apabila hasil dari penjualan lelang tidak cukup untuk melunasi utang debitur maka pihak PT. Bank BNI tetap berhak untuk menagih sisa utang dari debitur. Pasal 34 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa dalam hal eksekusi melebihi nilai penjamin, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia dan apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitur tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar.

Pelaksanaan parate eksekusi objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. Bank BNI di kantor lelang, biasanya tidak memerlukan permohonan fiat eksekusi dari Pengadilan Negeri yang dimintakan oleh

72 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

73 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

pihak kantor lelang.74hal ini menunjukan bahwa parate eksekusi jaminan fidusia merupakan kemudahan yang diberikan oleh Undang-Undang Jaminan Fidusia kepada kreditur selaku penerima fidusia untuk melaksanakan eksekusi bila debitur melakukan cidera janji (wanprestasi), namun hal itu hanya jika pihak debitur tidak mengajukan keberatan atas proses parate ekskusi dengan mengajukan gugatan, namun apabila pihak debitur mengajukan gugatan maka dalam hal ini fiat eksekusi dari pengadilan masih tetap diperlukan.

Berbeda halnya dengan parate eksekusi terhadap hak tanggungan melalui lelang dalam praktik. Secara normatif, Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, menegaskan bahwa apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa hak untuk menjual objek jaminan hak tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan. Hal ini menunjukan bahwa dalam parate eksekusi melalui lelang, penerima hak tanggungan dapat melaksanakan eksekusi langsung tanpa adanya permohonan fiat eksekusi dari Pengadilan Negeri.

74 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

69

Akan tetapi dalam praktiknya, pelaksanaan parate eksekusi hak tanggungan, masih ada beberapa pihak kantor lelang meminta permohonan fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri sebelum pelaksanaan lelang objek hak tanggungan. Biasanya mengapa pihak lelang meminta fiat pengadilan, hal ini dikarenakan adanya Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) tanggal 30 Januari 1986 Nomor 3210 K/Pdt/84 yang membatalkan putusan Pengadilan Tinggi dan menyatakan penjualan lelang berdasarkan parate eksekusi yang telah dilakukan tanpa melalui Ketua Pengadilan Negeri adalah perbuatan melanggar hukum dan lelang yang bersangkutan adalah batal.75

c. Eksekusi secara titel eksekutorial

Eksekusi berdasarkan titel eksekutorial ini baru akan dilaksanakan oleh pihak PT. Bank BNI apabila, pihak debitur tidak terima atas proses parate eksekusi sehingga pihak debitur mengajukan gugatan ke pengadilan untuk membatalkan parate eksekusi melalui pelelangan umum yang dilakukan oleh pihak bank, tindakan debitur ini membawa dampak pihak KPKNL tidak bisa melaksanakan eksekusi, sehingga untuk mengatasi persoalan tersebut maka terlebih dahulu pihak bank akan meminta fiat pengadilan untuk pelaksanaan eksekusinya.76

Eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan berdasarkan titel eksekutorial ini dilakukan melalui Pengadilan Negeri, dimana tata caranya

75 Arie S. Hutagalung, Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi (Suatu Kumpulan Karangan, Cet. Ke 2, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2002 hlm.346

76 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

diatur dalam Pasal 224 HIR/258 RBG. Dimana tata caranya adalah sebagai berikut:

1) Diajukan permohonan lelang eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri;

2) Kemudian dilakukan pendaftaran lelang eksekusi;

3) Setelah proses pendaftaran berjalan, kemudian oleh Pengadilan Negeri dilakukan peringatan (aanmaning) kepada debitur dalam waktu 8 (delapan) hari kemudian jika tidak ada jawaban dilakukan lagi peringatan ke 2 (dua);

4) Apabila peringatan kedua juga tidak dihiraukan, maka Ketua Pengadilan Negeri memerintahkan kepada Panitera untuk melakukan sita eksekusi;

5) Setelah menimbang hal-hal yang ada Ketua Pengadilan Negeri kemudian mengeluarkan putusan untuk melakukan pelelangan.

Putusan yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri inilah yang disebut dengan fiat Eksekusi, dan putusan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan pelelangan di KPKNL, dimana selanjutnya prosesnya sama dengan proses penjualan dengan cara parate eksekusi.

C. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Serta Upaya Penyelesaian yang Dilakukan Oleh PT. Bank BNI Terhadap Hambatan yang Terjadi

1. Hambatan dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia

71

Pelaksanaan proses eksekusi terhadap jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. Bank BNI apabila pihak debitur wanprestasi, tidaklah selamanya berjalan mulus, masih banyak hambatan-hambatan yang dialami oleh PT. Bank BNI dalam melakukan eksekusi jaminan fidusia, adapun hambatan yang dijumpai oleh PT.

Bank BNI antara lain:77

a. Objek jaminan fidusia yang tidak diserahkan oleh debitur

Dalam hal melaksanakan eksekusi jaminan fidusia tidak jarang debitur yang tidak beritikad baik melakukan tindakan yang kooperatif dengan bank yaitu dengan tidak menyerahkan objek jaminan fidusia pada saat pelaksanaan eksekusi, tentunya hal ini sangat menyulitkan pihak debitur dimana hal ini dikarenakan Undang-Undang Jaminan Fidusia mengisyaratkan agar sebelum dilaksanakan eksekusi jaminan fidusia, maka objek jaminan fidusia harus berada di tangan pihak bank.

b. Tidak optimalnya hasil penjualan melalui lelang

Dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia melalui lelang bisa terjadi hasil penjualan melalui lelang tidak memberikan harga yang optimal sesuai yang diinginkan oleh pihak bank. Hal ini terjadi karena proses lelang hasil penjualanya tergantung kepada pembeli yang hadir pada saat lelang dan pada saat penawaran terjadi, kemungkinan penawaran tertinggi tidak mencapai nilai limit seperti yang diinginkan oleh pihak bank.

c. Musnahnya objek jaminan fidusia

77 Wawancara dengan Madan, Bagian Seksi Penyelamatan Kredit PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh, (Aceh, 11 Juli 2016)

Pada saat akan dilaksanakan eksekusi objek jaminan fidusia melalui penjualan di bawah tangan, bisa terjadi objek jaminan fidusia musnah akibat kebakaran, pencurian oleh pihak lain ataupun benda/barang tidak berbentuk lagi.

Musnahnya objek jaminan fidusia menyebabkan hapusnya fidusia. Pasal 25 Ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa jaminan fidusia hapus karena hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia, pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia, dan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

d. Proses eksekusi membutuhkan waktu yang lama

Eksekusi objek jaminan fidusia tidak jarang dalam pelaksanaanya memerlukan jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan karena harga jual yang telah disepakati oleh PT. Bank BNI selaku kreditur penerima fidusia dan debitur pemberi fidusia terlalu mahal bagi pembeli, hal ini mengakibatkan proses eksekusi tidak berlangsung dalam waktu yang cepat.

e. Pengajuan keberatan debitur terhadap sisa hasil penjualan

Hal ini terjadi pada saat pengembalian sisa hasil penjualan eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak sesuai dengan apa yang telah diperhitungkan oleh debitur, biasanya hal ini terjadi karena bank telah melakukan pendaftaran jaminan fidusia dan hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan dan diperjanjikan terlebih dahulu dengan debitur dan biaya pendaftaran jaminan fidusia tersebut

Hal ini terjadi pada saat pengembalian sisa hasil penjualan eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak sesuai dengan apa yang telah diperhitungkan oleh debitur, biasanya hal ini terjadi karena bank telah melakukan pendaftaran jaminan fidusia dan hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan dan diperjanjikan terlebih dahulu dengan debitur dan biaya pendaftaran jaminan fidusia tersebut

Dokumen terkait