• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

B. Minat Kaum Muda terhadap Panggilan Hidup Bakti

4. Bentuk-Bentuk Minat

Bentuk-bentuk minat menurut Andi Mappiare (1982:63-67) sebagai berikut:

a. Minat Pribadi dan Sosial

Minat pribadi dan sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat dimiliki oleh banyak remaja awal. Minat pribadi timbul karena remaja menyadari bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang dinampakan oleh si remaja itu kepada sekitarnya, karena adanya kesadaran remaja awal bahwa lingkungan sosial menilai dirinya dengan melihat kesan miliknya, sekolahnya, keuangannya, benda-benda lain yang dimilikinya, teman-teman sepergaulannya. Sebagai contoh minat ini ditunjukkan dengan bersolek, merawat tubuh, pakaian atau perhiasan yang sesuai dengan nilai kelompoknya. Perbedaan bentuk minat dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang daerah (kota atau desa), tingkat ekonomi dan status sosial lain, juga jenis kelamin.

b. Minat terhadap Rekreasi

Minat terhadap rekreasi pada masa remaja umumnya kuat. Namun bagi beberapa remaja, karena adanya keterbatasan dari segi waktu, tugas-tugas rumah, sekolah, sehingga mereka sangat selekif. Mereka memiliki apa yang disenangi dan merupakan hobby. Kegiatan-kegiatan olah raga yang banyak membutuhkan energi fisik seperti sepak bola, badminton, basket ball, dan semacamnya diminati oleh banyak remaja pria.

Bagi wanita olah raga renang, senam, dan semacamnya umumnya lebih digandrungi. Bagi pria maupun wanita olah raga lebih merupakan kegiatan rekreatif dibanding menganggapnya sebagai kegiatan sport. Cerita-cerita film, buku (novel dan komik), sandiwara radio juga diminati oleh remaja awal pada umumnya.

c. Minat pada Agama

Minat pada agama dipupuk oleh pendidikan anak di rumah, sekolah minggu, gereja, dalam rangka diberikan untuk mengajarkan anak agar patuh terhadap peraturan agama dalam kehidupan sehari-hari, anak belajar patuh pada kehidupan beragama dari linkungan keluarga. Menurut Elisabeth Hurlock, (1978:131) jika anak dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum makan, tidur, dan dibiasakan dengan membacakan atau menceritakan cerita-cerita Alkitab, maka anak cenderung mempunyai minat yang lebih besar pada agama dibandingkan mereka yang kehidupan beragamanya terbatas pada kunjungan ke sekolah minggu seminggu sekali.

Minat anak terhadap agama dipengaruhi juga oleh lingkungan sosial dalam hal ini adalah kebanyakan anak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. sebagai contoh: dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya yang sering berbincang-bincang mengenai agama, dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama. Justru sebaliknya jika anak tidak pernah atau jarang menemukan hal yang sama jarang berbincang mengenai agama dan peraturan agama akan mempunyai sikap negatif pada agamanya (Hurlock, 1978:132). Oleh karena itu sangat penting bagaimana cara orang tua, para pendamping sekolah minggu, guru dan katekis diharapkan memberikan pemahaman yang benar kepada anak dalam setiap kegiatan di sekolah minggu, di rumah dan di sekolah.

Minat merupakan gabungan rasa hormat dan rasa ingin tahu. Dalam hubungannya dengan kegiatan agama, ada unsur-unsur agama yang diminati anak yaitu kepatuhan pada agama. Anak mempunyai minat besar terhadap agama maka ia akan menghabiskan banyak waktu untuk kegiatan agama seperti ibadat atau

misa di Gereja, menarik bagi anak kecil, karena kesemarakan tata caranya. Upacara keagamaan mempesona mereka dan mereka senang ikut serta bernyanyi. Mereka juga senang melihat orang sekeliling mereka selama misa, dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Anak lebih besar menyukai perkumpulan anak muda di Gereja misalnya untuk olah raga dan pertemuan ramah tama dalam kelompok kecil, piknik, perayaan hari besar wisata. Minat mereka seperti ini bersifat sosial dan bukan keagamaan. Usia 8 tahun minat anak memahami bahwa berdoa merupakan cara berbicara dengan Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhan menjawab doa mereka.

Dengan bertambahnya usia, minat pada doa biasanya berkurang. Mereka merasa bahwa doa mereka untuk meminta sesuatu, bantuan atau bimbingan tidak terjawab dan tidak membawa keutungan baginya. Sebagai contoh peralihan yang khas dalam doa anak: pada usia pra sekolah “saya tidak tahu mengapa saya harus berdoa” pada usia enam tahun “bantulah aku dalam membuat pekerjaan rumahku” pada usia sepuluh tahun “Tuhan tidak perna menjawab doaku”. Sebaliknya perayaan keluarga pada hari besar keagamaan, tetap menarik baginya karena perayaan-perayaan ini lebih bersifat sosial dari pada keagamaan. Misalnya perayaan hari natal dan paska karena di sini berkumpul seluruh keluarga dan kerabat, dilengkapi dengan persiapan makanan, dan hiasan meriah natal dan sebagainya. Minat terhadap ibadat keluarga, misalnya doa sebelum makan, membaca Alkitab dan berdoa cepat berkurang. Kebiasaan ini hanya diteruskan karena tekanan orang tua. Oleh karena itu keyakinan-keyakinan religius anak mencerminkan ajaran yang diterima di rumah, di sekolah minggu dan di Gereja.

Cara anak menunjukkan minat pada agama ialah dengan bertanya dan membaca antara usia 3 sampai 4 tahun, kebanyakan anak mulai bertanya tentang

agama, misalnya “siapakah Tuhan? di mana Surga itu?, apakah malikat itu? dan sebagainya. Ketika anak mampu memahami arti cerita yang dibacakan atau diceritakan dan mereka akan mampu bertanya (Hurlock, 1978:134).

d. Minat terhadap Sekolah dan Jabatan

Menurut Andi Mappiare, (1982:65) minat atau cita-cita terhadap sekolah dan jabatan remaja awal banyak dipegaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya. Jika orang tua dan kelompoknya “work-oriented” maka seringkali remaja meminati sekolah yang mengarah pada pekerjaan (sekolah kejuruan). Jika orang tua atau kelompoknya “college-oriented” maka remaja terpengaruhi meminati sekolah-sekolah yang dapat mengantarkannya ke perguruan tinggi, menuju cita-cita jabatannya. Persoalan sering muncul manakala ada perbedaan yang tajam antara orientasi sekolah atau jabatan orang tuanya dengan orientasi sekolah atau jabatan kelompok teman sebayanya.

Sebagai suatu proses, pengembangan minat cita-cita jabatan seseorang mengalami perubahan sepanjang garis perkembangannya. Khusus dalam masa remaja, dapat dikatakan bahwa dalam masa remaja awal minat atau cita-cita terhadap sekolah dan jabatan seseorang berubah-rubah. Terutama parohan pertama masa remaja awal. Setelah mendekati masa remaja akhir, minat cita-cita tersebut dapat lebih jelas, dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaannya.

Setiap orang pasti mempunyai keinginan, cita-cita dan tujuan hidup yang ingin dicapai. Begitu pula minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti bisa dialami oleh setiap orang terutama kaum muda. Oleh karena itu minat dalam

konteks ini berhubungan dengan motivasi. Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika setiap pribadi memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya.

Dokumen terkait