• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik

BAB II BENTUK-BENTUK PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU

B. Bentuk-Bentuk Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik

Pelanggaran Hak Cipta sudah terjadi sejak berlakunya Auteurswet 1912 dan semakin meningkat hingga berlakunya Undang-Undang Hak Cipta 1982. Auteurswet pada hakikatnya tidak mempunyai dampak terhadap perlindungan Hak Cipta. Mengingat masyarakat Indonesia pada waktu itu, yaitu masa berlakunya Auteurswet tersebut belum cukup mencapai tingkat pemahaman mengenai arti dan kegunaan Hak Cipta. Terdapat hambatan kultural atas

69

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal.219.

perlindungan Hak Cipta pada masa itu. Perlindungan Hak Cipta secara individual pada hakikatnya merupakan hal yang tidak di kenal di Indonesia. Suatu ciptaan oleh masyarakat di anggap secara tradisional sebagai milik bersama. Tumbuhnya kesadaran bahwa ciptaan itu perlu perlindungan hukum setelah dihadapinya bahwa ciptaan itu perlu perlindungan hukum setelah dihadapinya bahwa ciptaan itu perlu mempunyai nilai ekonomi. Adapun dalam pandangan tradisional segi nilai moral Hak Cipta lebih menonjol daripada nilai ekonomisnya.70

Umumnya, hak cipta dilanggar jika materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dari pencipta yang mempunyai hak eksklusif dari penciptanya. Untuk terjadinya suatu pelanggaran hak cipta, harus ada kesamaan antara dua ciptaan yang ada. Namun, pencipta atau pemegang hak cipta harus membuktikan bahwa karyanya telah di jiplak, atau karya lain tersebut berasal dari karyanya.

Pelanggaran hak cipta dapat berupa perbuatan mengambil, mengutip, merekam, memperbanyak, atau mengumumkan sebagian atau seluruh ciptaan orang lain tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta, atau yang di larang undang-undang. Dilarang undang-undang artinya undang-undang tidak memperkenankan perbuatan itu dilakukan karena :

70

Harsono Adisumitro, Hak Milik Intelektual, Khususnya Hak Cipta, Jakarta, Cv. Akademika Pressindo, 1990, hal. 49.

1. Merugikan pencipta atau pemegang hak cipta, misalnya memfotokopi sebagian ciptaan orang lain kemudian diperjualbelikan kepada masyarakat; atau

2. merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan; atau

3. bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya

memperbanyak dan menjual Video Compact Disc (VCD) porno.71

Hak cipta juga di langgar jika seluruh atau sebagian substansial dari suatu ciptaan yang dilindungi hak cipta diperbanyak. Pengadilan akan menentukan apakah suatu bagian yang di tiru merupakan bagian substansial dengan meneliti apakah bagian yang digunakan itu penting, memiliki unsur pembeda atau bagian yang mudah dikenali.

Perbuatan pelanggaran hak cipta pada dasarnya ada 2 kelompok yaitu :

1. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan, atau memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain melanggar larangan untuk mengumumkan, memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan keamanan negara, kesusilaan atau ketertiban umum.

71

Ibid., hal. 220.

2. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain penjualan buku dan kaset atau Video Compact

Disc (VCD) bajakan.

Salah satu bentuk kejahatan atau pelanggaran di bidang industri rekaman suara yang menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi pemegang hak cipta dan hak terkait adalah pembajakan (piracy). Meningkatnya angka pengangguran secara signifikan di Indonesia semenjak krisis ekonomi, di samping lemahnya penegakan hukum, telah membuat pembajakan tumbuh dengan pesat dan menciptakan banyak lapangan kerja sebagai pembuat, penyalur, pengecer. Mungkin lapangan kerja tersebut sebagian besar diciptakan oleh industri barang bajakan yang menggunakan media optik. Kebutuhan dalam negeri terhadap barang –barang tersebut telah terpenuhi dengan angka produksi lebih dari 400 juta keping Video

Compact Disc atau Compact Disc bajakan pertahun.72

Pembajakan di bidang industri rekaman adalah tindak pidana kejahatan pelanggaran hak cipta. Pekerjaannya liar, tersembunyi, tidak diketahui orang banyak, apalagi oleh petugas pajak. Pembajak tidak mungkin membayar pajak kepada negara. Pembajak tidak mungkin membayar pajak kepada negara. Pembajak ciptaan atau rekaman di samping merugikan pencipta atau pemegang hak cipta juga merugikan negara. Pembajakan merupakan salah satu dampak negatif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang grafika dan

72

Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Op.Cit., hal. 63.

elektronika yang dimanfaatkan secara melawan hukum (illegal).Pembajakan lagu atau musik dengan menggunakan Video Compact Disc (VCD) adalah merupakan salah satu jenis alat daripada cakram optik (Optical Disc).

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2004 memberi penjelasan sebagai berikut :

a. Cakram Optik (Optical Disc) adalah segala macam media rekam berbentuk cakram yang dapat di isi atau berisi data informasi berupa suara, musik, film, atau data lainnya yang dapat di baca dengan mekanisme teknologi pemindahan (scanning) secara optik menggunakan sumber sinar yang intensitasnya tinggi seperti laser.

b. Sarana Produksi Cakram Optik adalah segala bentuk mesia yang digunakan dalam proses produksi Cakram Optik Kosong dan/atau Cakram Optik Isi yang mencakup mesin, peralatan dan bahan baku.

c. Cakram Optik Kosong adalah Cakram Optik dalam bentuk kosong tanpa data yang merupakan hasil akhir proses produksi.

d. Cakram Optik Isi adalah Cakram Optik yang berisi data baik musik maupun film atau lainnya yang merupakan hasil akhir proses produksi teknologi tinggi.

e. Mesin dan Peralatan adalah segala macam mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi Cakram Optik Kosong dan/atau Cakram Optik Isi.

f. Pengadaan Cakram Optik adalah suatu kegiatan untuk menyediakan Cakram Optik Isi dan/atau Kosong untuk dipasarkan atau di proses lebih lanjut (khusus untuk Cakram Optik Kosong).

g. Bahan Baku adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan dalam proses produksi Cakram Optik Kosong dan/atau Cakram Optik Isi.

h. Kode Produksi adalah Source Identification Code (SID) yang terdiri atas kode stamper dan kode cetakan (mould).73

Pembajakan merupakan musuh utama industri ini karena perbuatan pelanggaran ini mulai hadir sejak industri rekaman suara lahir, dan baru lahir, dan baru akan berakhir jika industri ini sama sekali tidak eksis. Pemikiran seperti ini yang bisa menakutkan nyali siapapun. Akan tetapi kenyataan yang ada sampai saat ini mengacu kepada pembenaran atas pemikiran tersebut. Oleh karena itu jika pemikiran tersebut dianggap tidak memungkinkan bagi bangsa kita ini diharapkan adalah upaya yang terus-menerus untuk penegakkan hukum hak cipta dalam industri rekaman suara agar segala macam peluang yang memungkinkan berkembangnya pembajakan dapat diperkecil.

Secara umum pembajakan karya rekaman di bagi atas beberapa kategori sebagai berikut :

1. Pirate

Bentuk pembajakan ini sangat ditakuti dalam industri, karena sebuah unlegitimate

compilation merupakan kumpulan dari berbagai lagu hits yang diambil dari

berbagai album rekaman yang sedang atau pernah populer di masyarakat. Produk ini sangat menarik minat masyarakat dan cenderung diproduksi dengan kualitas

73

Menurut Iman Sjahputra dalam bukunya Hak Atas Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), menyatakan bahwa pembeda kode stamper (stamper code) dan kode cetakan (mould code) adalah pada kode stamper harus tertera dan terbaca jelas pada setiap stamper, sedangkan kode cetakan harus terkikir (engraved) pada setiap cetakan (mould) baik yang terpasang maupun yang tidak terpasang pada mesin peralatan.

yang baik. Sehingga produk seperti ini secara sekaligus dapat mematikan peredaran 5-10 album rekaman yang legitimate.74 Bentuk pembajakan karya rekaman yang dilakukan dengan menggunakan berbagai lagu dari yang sedang populer, di kenal dengan istilah “seleksi” atau “ketikan”. Bentuk pembajakan ini dilakukan dengan cara memproduksi album rekaman yang diminati masyarakat, dibuat di pita yang berkualitas dan di jual dengan harga tinggi. Pirate juga merupakan duplikasi yang ilegal terhadap produk yang telah di rekam terlebi dahulu. Produk album rekaman ada yang di kemas dengan baik seperti layaknya album rekaman resmi, serta ada pula yang di kemas secara sederhana, biasanya diedarkan melalui toko-toko kecil atau kaki-kaki lima. Bentuk pelanggaran ini sangat menakutkan bagi industri lagu atau musik, karena dapat mematikan kesempatan penjualan bagi beberapa album sekaligus.

2. Counterfeit

Pembajakan atas karya rekaman yang dilakukan dengan menggandakan langsung sebuah album yang sedang laris, kemasannya di reproduksi sebagaimana aslinya. Album pembajakan jenis ini merupakan pembajakan atas sebuah album dengan sekaligus menjiplak cover album persis sama dengan album yang legitimate. Sehingga dari susunan lagu sampai detail sampul album dibuat sama dengan album yang legitimate.75

3. Bootleging

74

Arnel Affandi, Op.Cit., hal 5.

75

Runtung, Diktat Kuliah HAKI 1 Hak Cipta Paten Merek, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003, hal.28.

Bootleg merupakan perekaman ilegal yang dilakukan pada saat seorang artis atau

group band sedang melakukan pertunjukan langsung (live show) di suatu tempat. Bentuk pembajakan ini dilakukan dengan merekam langsung pada saat berlangsungnya pementasan karya musikal panggung. Selanjutnya hasil rekaman tersebut digandakan dan diedarkan sebagai album khusus dari artis pementasan tersebut. Kegiatan seperti ini belum pernah terjadi di Indonesia akan tetapi produk

bootleg beredar di Indonesia dalam jumlah yang cukup besar sehingga tetap saja

merugikan nama baik negara ini di dunia Internasional.76

Menurut siaran Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kejahatan pelanggaran hak cipta dibedakan menjadi dua macam :

a. Mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan ke dalam ciptaan sendiri seolah-olah itu ciptaan sendiri, atau mengakui ciptaan orang lain seolah-olah itu ciptaan sendiri. Perbuatan ini disebut plagiat atau penjiplakan (plagiarism). Perbuatan ini dapat terjadi antara lain pada buku, lagu, dan notasi lagu.

b. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan sebagai mana aslinya tanpa mengubah bentuk, isi, pencipta, penerbit atau perekam. Perbuatan ini di sebut pembajakan (piracy). Perbuatan ini banyak dilakukan pada ciptaan berupa buku, rekaman audio atau video seperti kaset lagu, kaset lagu dan gambar (Video Compact Disc)77

76

Arnel Affandi, Op.Cit, hal. 5.

77

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 220.

Bertolak dari pemikiran atas pembajakan hak cipta lagu atau musik tersebut, ada 2 (dua) golongan pelaku kejahatan hak cipta :

1. Pelaku utama, yaitu perseorangan maupun badan hukum yang dengan sengaja melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang. Termasuk pelaku utama adalah penerbit, pembajak, penjiplak, pencetak.

2. Pelaku pembantu, yaitu pihak yang menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang. Termasuk pelaku pembantu adalah penyiar, penyelenggara pameran, penjual, pengedar, yang menyewakan ciptaan hasil kejahatan pelanggaran hak cipta atau larangan undang-undang. 78

Tindak pidana hak cipta biasanya dilakukan oleh perorangan maupun badan hukum yang berkaitan dengan bidang ekonomi dan perdagangan. Motifnya adalah untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara melanggar hukum. Modus operandinya yang terbanyak adalah menggandakan dalam jumlah yang besar untuk di jual kepada masyarakat. Adapun alat yang digunakan berteknologi cukup canggih, seperti alat-alat komputer, mesin-mesin industri, alat-alat kimia, alat transportasi, serta dokumen-dokumen penunjang lainnya guna mensukseskan usaha mereka.79 Hasil produksi bajakannya pun sangat baik, sehingga sulit untuk membedakan antara karya cipta yang asli dengan yang bajakan.

78

Ibid., hal. 221.

79

Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Op.Cit., hal 199.

Lokasi untuk melakukan tindak pidana hak cipta pada umumnya dilakukan di lokasi pabrik pembuatan hasil produksinya dan di rumah-rumah perorangan yang di anggap aman dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Korban atau sasaran mereka adalah pencipta atau pengusaha/pedagang yang memegang hak cipta dari pencipta untuk memperbanyak ciptaan dari penciptanya.

Dampak adanya tindak pidana hak cipta secara umum sudah demikian besarnya terhadap tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi, hukum, sosial budaya. Di bidang sosial budaya, dampak yang timbul semakin meluasnya pembajakan tersebut begitu beraneka ragam.80

Bagi para pelaku tindak pidana atau para pembajak, keadaan yang berlarut-larut tanpa adanya tindakan yang tegas akan semakin menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tidakan yang melanggar hukum atau undang-undang. Bagi para pencipta, keadaan tersebut semakin menumbuhkan sikap apatis dan sangat menurunkan gairah mencipta.

Bagi masyarakat sebagai konsumen, semakin pula tumbuh sikap yang tidak lagi memandang perlu untuk mempertanyakan apakah suatu barang tersebut merupakan hasil pelanggaran hukum atau tidak. Makin tumbuh sikap acuh tak acuh mengenai baik dan yang buruk, apa yang sah dan tidak sah, walaupun demikian negara kita adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Bagi negara, dengan banyaknya bajakan atau tindak pidana di bidang hak cipta, maka di lihat

80

Widyopramono, Op.Cit., hal.25-26.

dari sektor penerimaan/pendapatan negara melalui pajak penghasilan dari hak cipta, jelas bahwa negara sangat dirugikan, karena tidak memperoleh pemasukan/pendapatan dari sektor itu yang cukup potensial sebagai salah satu sumber dana untuk pembangunan.

Khusus yang menyangkut ciptaan asing, apabila terjadi tindak pidana hak cipta, dampaknya akan berakibat negatif terhadap pembinaan hubungan antar negara terutama yang menyangkut bidang perdagangan, yang pada gilirannya akan sangat merugikan dan berpengarul luas bagi peningkatan ekspor non migas yang tengah kita galakkan.81

Cara lain yang di anggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu Hak Cipta adalah saat seseorang:

1. Memberi wewenang (berupa persetujuan atau dukungan) kepada pihak lain untuk melanggar Hak Cipta.

2. memiliki hubungan dagang/komersial dengan barang bajakan ciptan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta.

3. mengimpor barang-barang bajakan ciptaan yang dilindungi Hak Cipta untuk di jual eceran atau didistribusikan.

4. memperbolehkan suatu tempat pementasan umum untuk digunakan sebagai tempat pelanggaran pementasan atau penayangan karya yang melanggar Hak Cipta.82

81

Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Op.Cit., hal. 201.

82

Tim Lindsey,Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Op.Cit., hal123.

Pelanggaran-pelanggaran semacam ini dapat dikenakan denda/sanksi pidana secara khusus yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta. Pelanggaran hak cipta di wilayah hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara dapat dikategorikan cukup marak sama seperti di kota-kota besar lainnya di Indonesia, namun pelanggaran yang muncul ke permukaan hanya tingkat pedagang/penjual hasil kejahatan yang pada umumnya dilakukan pedagang kaki lima dan pengusaha kecil.83 Sedangkan pelaku pembajakan/ memperbanyak, menggunakan merek terdaftar milik orang lain secara illegal, sangat sulit pengungkapannya dikarenakan lokasi/tempat sangat tersembunyi bahkan tidak tertutup kemungkinan kejahatan tersebut dilakukan diluar negeri, sedangkan hasil kejahatan di kirim dan dipasarkan di Indonesia.

Dokumen terkait