• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Analisis Data

PENDIDIKAN ISLAM DILUAR SEKOLAH

A. Pendidikan Islam di Luar Sekolab

2. Bentuk-bentuk Pendidikan Agama Non Formal

Berbagai pendapat yang telah di kemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam non formal adalah mengarahkan pada anak menuju terciptanya insan kamil yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah. Dengan bekal ilmu yang telah diperoleh tersebut mampu untuk mengembangkan sikap pribadi yang sesuai ajaran Islam. Ia harus mampu untuk merealisasikan dalam kehidupan pribadi maupun bagi kepentingan sosial kemasyarakatan, tanpa mengabaikan profesionalitas ilmu agama. Pendidikan non formal, menuntun manusia (anak) menuju kebahagiaan dunia dan akhirat nanti.

2. Bentuk-bentuk Pendidikan Agama Non Formal

Pelaksanaan pendidikan Islam di Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim ini dipandang telah cukup efektif. Maraknya lembaga- lembaga baik formal, informal maupun non formal sebagai penyelenggara kegiatan pendidikan agama. Hal ini menandakan betapa antusiasme masyarakat sangat baik. Dalam hal ini Pendidikan Islam non formal misalnya, banyak kegiatan-kegiatan keagamaan dilaksanankan di rumah- rumah, pondok-pondok, masjid, langgar, gedung pertemuan atau yang semisalnya.

Diantara bentuk-bentuk pendidikan Islam non formal yang di praktekkan sampai saat ini adalah :

a. D i rumah

Rumah disamping sebagai tempat tinggal juga dapat difungsikan sebagai tempat untuk mengajarkan ilmu pengetahuan agama baik secara

informal maupun non formal. Misalnya rumah seseorang yang digunakan untuk privat pendidikan agama, diikuti oleh anak-anak dilingkungan sekitamya.

Pada permulaan Islam datang, pelajaran agama diberikan dirumah- rumah. Rasulullah sendiri juga pemah menggunakan rumah milik Arqom bil Arqom sebagai tempat pertemuan dengan para sahabat dan para pengikutnya, dimana baliau menggunakan kaidah-kaidah Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an pada waktu itu.

b. Langgar/Mushalla, Masjid

Langgar atau Masjid disampmg sebagai tempat untuk menunaikan ibadah shalat dan ibadah lainnya juga berfungsi untuk mengkaji ilmu pengetahuan agama Islam di luar pendidikan sekolah. Hal ini sebagaimana dikatakan ML Athiyah Al-Abrasyi, “Bahwa langgar atau pondok sebelum Islam, merupakan tempat belajar membaca dan menulis semata-mata. Setelah datangnya Islam, fungsi langgar berubah menjadi tempat untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan pelajaran agama Islam, kesenian, tulis menulis, ilmu hitung dan tata bahasa.14

I4M. Attiyah Al-Aorasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, H. Bustami A Ghani (Pent.) Bulan Bintang, Jakarta, 1970, him. 53.

25

Pendidikan Islam erat sekali hubungannya dengan keberadaan Masjid. Disamping kaum muslimin mempergunakan sebagai tempat peribadatan juga sebagai tempat lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam, dimana di sini dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama dan sebagainya.15

Langgar maupun masjid dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam non formal karena mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:

- Pendidikan dilaksanakan secara rutin dan diprogramkan, meskipun tidak ketat seperti pendidikan Agama di sekolah-sekolah.

- Peserta didiknya tidak dibatasi oleh usia.

- Materi pelajarannya bersifat khusus dan praktis. - Dilaksanakan diluar jam sekolah

- Ijazah atau sertifikat tidak menjadi tujuan utama.

c. Pondok Pesantren (Panti Asuhan Artak Yatim)

Pesantren berasal dari kata “Antri” yang berarti orang yang mendalami pengajian agama Islam.16 Sedangkan pesantren dapat diartikan sebagai tempat tinggal para santri untuk mengkaji dan melakukan aktifitas lainnya.

15 Ibid, him. 58

16W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984, him. 870.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam non formal yang ada di Indonesia sejak berabad-abad. Sistem pendidikan agama di beberapa negara seperti Arab, Mesir dan sebagian Negara-negara di Timur Tengah, memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan di Vihara (Budha) atau Klooster Khatolik.17

Muhammadiyah dalam memahami dan mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan ajaran Islam. Al-Qur’an sebagai sumber ajar an Islam dalam Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan Sunnah Rasul adalah sumber ajaran Islam berupa penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW (Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah ke-3).18

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dipandang urgen, karena pesantren merupakan lambaga pendidikan yang oleh beberapa ahli dikatakan sebagai agen perubahan yang senantiasa mengalami perkembangan.19 Diharapkan agar pendidikan di pesantren tidaklah tertinggal jauh dengan pendidikan di lembaga pendidikan formal (sekolah).

17 Zamakhsyari Dhofir, Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia pada Seperempat Terakhir Abad XX, Walisongo Press, 1997, him. 29.

8 H. Haedar Nashir dkk. Materi Induk Perkaderan Muhammadiyah, 1994, him. 91.

19 Taufiq Abdillah, Sharon Sadique (Editor), Tradisi kebangkitan Islam di Asia Tenggara, LP3ES, Jakarta, him. 425.

27

d. Di Hotel

Di era modemisasi ini, telah menjadi “trend” (baca : kebiasaan), jika di hotel-hotel telah dijadikan sebagai centre pendidikan keagamaan. Di tempat inilah biasanya para selebritis, intelektuai, tokoh masyarakat, orang-orang “berada” mengadakan semacam pendalaman Islam. Mulai seminar, diskusi dialog atau semisalnya yang banyak membicarakan pendidikan Islam. Bahkan baru-baru ini telah membudaya pesantren kilat masuk hotel, ini semua dilakukan karena adanya kesadaran untuk mengetahui ajaran Islam lebih mendalam, yang nantinya akan dipraktekkan dalam kehidupan.

Menurut Bambang Sarwoko, bentuk-bentuk pendidikan non formal dapat dilaksanakan dalam berbagai macam antara lain:

1. Belajar sendiri, yang dapat dilakukan oleh tiap-tiap orang, kapan saja dan dimana saja dengan mempergunakan sumber-sumber yang ada. 2. Belajar kelompok, yang dapat dilakukan beberapa orang pada waktu

dan kesempatan yang sama, belajar dalam suasana bebas atau tidak terikat, dari sumber yang sama.

3. Kursus-kursus, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani berbagai macam kebutuhan belajar.20

Dengan adanya berbagai bentuk kegiatan pendidikan Islam non formal, maka siswa/anak didik hams dapat menggunakan waktu dan memanfaatkan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Islam non formal dalam menunjang prestasi belajar siswa, yang bermanfaat pula bagi dirinya sendiri maupun lingkungan yang ditempati.

Dokumen terkait