• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk Tasyabbuh

Dalam dokumen Hukum Merayakan Ibadah Non-Muslim (Halaman 35-42)

Dalil-dalil menunjukan terhadap penyerupaaan dengan non-muslim dalam semua yang dilarang darinya, dan perbedaan di dalam hal yang disyariatkan ada dalam hal yang wajib dan adapula dalam hal yang sunah dalam beberapa tempat. dan telah diterangkan perintah-perintah apa saja yang telah Allah dan Rasul-nya bedakan dalam syariat, begitu juga dalam pekerjaan yang dengan niat menyerupai dengan mereka (non muslim) atau tidak dengan niat.

Bentuk-bentuk yang dapat menyerupai mereka ada 3 bagian. Pertama, bagian yang disyariatkan dalam agama kita dan juga disyariatkan bagi mereka non-muslim

23Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirȃt al-Mustaqȋm: Mukhȃlafah Ashȃb al-Jahȋm (Dar El-Fikr Beirut-Libanon, 2003), h.203

27

27

atau kita tidak tahu bahwa hal tesebut disyariatkan pula bagi mereka dan tetapi sama-sama kita kerjakan. Bagian yang tadinya disyariatkan kemudian di nasakh dalam Al-Qur’an. Bagian yang tidak ada dalam syariat sama sekali dan itu adalah

hal yang baru. Dan inilah 3 bagian tersebut:

a. Pertama, sesuatu yang disyariatkan baik bagi muslim maupun non muslim atau

disyariatkan kepada kita dan mereka mengerjakannya. Seperti puasa ‘asyuro

atau sholat dan puasa. Maka di sini terdapat perbedaan dalam hal mengamalkannya, seperti diperintahkan bagi kita untuk berbuka dengan yang manis-manis dan pada saat magrib, berbeda dengan Ahli kitab. Diperintahkan bagi kita untuk mengakhirkan sahur, berbeda dengan Ahli kitab. Seperti diperintahkan bagi kita untuk Sholatdiatas alas, berbeda dengan sholatnya orang Yahudi. Dan masih banyak lagi dalam ibadah dan kebiasaan.24

Rasulullah SAW bersabda :

نِ ْرَغِل ُڮ اشلاَو اَ َن ُدْحاڶلا َڷاڶَسَو ِڽْيَڶَع ُ اَا اى َص ِ اَا ُلوُسَر َلاَق

َا

(

دواد وبا هاور

)

.

25

Artinya : “Rasulullah SAW bersabda: liang Lahat bagi kita, dan diluar liang Lahat untuk selain kita.”

b. Kedua, sesuatu yang disyariatkan kemudian dinasakh. Seperti hari Sabtu, menjawab sholat atau puasa hari Sabtu. Janganlah melaksanakan hal ini karena

24Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirȃt al-Mustaqȋm, h.166.

28

ini adalah ibadah wajib bagi mereka (yahudi), atau segala sesuatu yang diharamkan bagi mereka.

Hari-hari besar yang disyariatkan dalam ibadah, seperti sholat atau zikir, atau sodaqoh/zakat, atau ibadah haji dan juga adat istiadat. Dan jangan mengikuti pekerjaan yang membuat kita meninggalkan amal ibadah wajib. Rasulullah SAW bersabda:

َص ِ اَا ُلوُسَر َلاَق

اَنُديِع اَڐَهَو اًديِع فمْوَق ِد ُكِل انِإ فرْكَب اَبأ اَي َڷاڶَسَو ِڽْيَڶَع ُ اَا اىَ

(

يراخ هاور

.)

26

Artinya : “Rasulullah SAW bersada : wahai Abu Bakar, sesungguhnya bagi

setiap kaum terdapat hari raya, dan inilah hari raya kita (Idul Fitri dan Idul

Adha).”

c. Ketiga, sesuatu yang baru dari ibadah atau adat kebiasaan atau dari keduanya. Yaitu lebih buruk dari yang paling buruk. Maka apabila ada orang muslim membuat sesuatu yang baru adalah sangat buruk. Maka, bagaimana mungkin menjalankan sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Nabi SAW?...sesuatu yang baru itu bagi orang-orang kafir. Maka menyetujuinya adalah buruk.27 Tidak

mengucapkan salam kepada Ahlu Dzimmah.

26Matan Sahih al-Bukhori. Kitab Jum’ah, vol. 1 (Jiddah: penerbit al-Haramain, tp. t), h.170.

29

29

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda:

ِع ََ اسلاِب ىَرا َصانا ََو َدوُڿََ َا اوُءَدْبَت ْ َ َلاَق َڷاڶَسَو ِڽْيَڶَع ُ اَا اى َص ِ اَا َلوُسَر انَ َأ

ِر َط ِِ ْڷُهَدَحَأ ْڷُتيِقَل اَذِإَف

ِڽِقَي ْضَأ لِإ ُهوُر َط ْضاَف فڮيَ

(

ره وبا هاور

)هري

28

Artinya : “sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : janganlah kalian mulai mengucapkan salam kepada orang-orang yahudi dan Nasrani, dan jika kalian bertemu dengan salah seorang diantara mereka di jalan, maka pepetlah

jalannya itu ke arah yang lebih sempit.”

Dari Annas r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda:

ِ اَا ِدْبَع ْنَع فراَنيِد ِنْب ِ اَا ِدْبَع ْنَع ٌڱِلاَم اَنَ ََْخَأ َفُسوُي ُنْب ِ اَا ُدْبَع اَنَٯادَح

َڷاڶَس اَذِإ َلاَق َڷاڶَسَو ِڽْيَڶَع ُ اَا اى َص ِ اَا َلوُسَر انَأاَڹُڿْنَع ُ اَا َ َِِر َرَڹُع ِنْب

َْ

َا ْڷُكْيَڶَع

َڱْيَڶَعَو ْلُقَٴ َڱْيَڶَع ُعا اسلا ْڷُهُدَحَأ ُلوُقَي اَڹانِإَف ُدوُڿ

(

راخ هاور

ي

)

.

29

Artinya : “diriwayatkan dari Abdullah Bin Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Jika ahlu kitab mengucapkan salam kepadamu maka jawablah ‘Wa ‘Alaikum’.

Selain dari pada itu terdapat beberapa kaidah umum yang telah digariskan oleh para ulama yang dapat menjadi kriteria utama bagi mengklasifikasikan sebuah amalan sebagai tasyabbuh dan dalam menetapkan sikap yang perlu diambil dalam berhadapan dengan isu ini. Antara kriteria tersebut adalah:

28Shahih Muslim, Kitab as-Salâm jil. 4, hadis no. 2167 (Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t. ), h.

1707.

29Al-Bukhori, Matan Sahih al-Bukhori, Kitab al-Isti’zȃn bab Ifsyȃus as-Salȃm, vol. 1, (tp., t.t), h. 91.

30

1. Tidak dikira tasyabbuh melainkan dengan niat.

Ini merujuk kepada hadis yang menunjukan setiap amalan tergantung kepada niatnya.30 Maksud terpenting dari disyari’atkannya niat adalah

untuk membedakan ibadah dari adat, dan membedakan ibadah dari ibadah lainnya. Contoh, menahan diri dari perbuatan yang membatalkan puasa, adakalnya hal itu dilakukan karena memang pantangan terhadap makanan, karena membahayakan, karena proses pengobatan, karena memang tidak butuh terhadapa makanan tersebut, atau karena diet. Duduk di Masjid adakalanya untuk istirahat, tujuan untuk iktikaf, melihat-lihat, dan lain-lain.31

2. Diantara yang mereka lakukan di hari raya mereka, ada berupa kekufuran, ada yang sekedar haram, namun ada juga yang mubah, yakni bila terlepas dari kerusakan yang ditimbulkan dari penyerupaan diri tersebut. Perbedaan antara satu dengan yang lain pada umumnya mudah dibaca. Namun seringkali tidak nampak jelas bagi orang-orang awam.32

30Al-Bukhori, Sahih al-Bukhori, Kitab Bad’i al-wahyi, Bab kaifa Bad’i al-Wahyi Ila Rasulillah, no. hadis: 1; Muslim, Sahih Muslim, Kitab al-Imarah, penerjemah. Ma’mur daud, jil. 4, no. hadis; 1861, (Jakarta: Fa. Widjaya, 1986), h. 52.

31Ahmad Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyyah: dalam perspektif fiqh, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, dengan Anglo Media, 2004), h. 20.

31

31

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah menyatakan hikmah dalam sikap membedakan dengan orang kafir yang dapat menyokong kaidah ini dalam karya beliau Ahkam Ahl al-Dzimmah, yaitu :

Demi mencapai perbedaan yang menyeluruh (dengan orang bukan Islam), dan tidak menyerupai mereka dalam penampilan luaran, dan melaluinya dapat mengelakkan daripada penyerupaan dari aspek batin. Ini karena penyerupaan dalam salah satu dari aspek berkenaan akan mengundang kepada penyerupaan kepada aspek yang lainnya. Ini merupakan hal diketahui secara pemerhatian. Tidaklah dimaksudkan dengan perubahan dan perbedaan dalam aspek pakaian dan selainnya hanya untuk membedakan orang kafir dan Muslim semata, bahkan ia dibina atas beberapa objektif lain. Antara objektif yang utama ialah bagi meninggalkan segala faktor yang dapat mengakibatkan penyetujuan dan penyerupaan dengan mereka secara batin. Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya untuk meninggalkan penyerupaan dengan orang bukan Islam.33 3. Segala bentuk hari raya dan hari besar secara umum berpengaruh besar

pada agama dan dunia seseorang. Sebagaimana pengaruh zakat, shaum dan haji.34 Oleh sebab itu seluruh syariat telah mengajarkannya :

Firman Allah SWT :

ُهوُڳِساَن ۡڷُه ًً َسنَم اَنۡڶَعَج لٿامُأ ِد ُكِدل

(

چحا

/

٢٢

:

٣٥

(

33Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ahkam Ahlu al-Zimmah, (Dar al-Hadis, 2005), 515. 34Ibnu Taimiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqim, h. 198.

32

Artinya : “Bagi tiap-tiap umat telah kamui tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan,”

Seorang hamba yang yang membiaskan diri melakukan amal perbuatan yang tidak disyariatkan sebagai bagian dari kebutuhannya, hasratnya untuk mengamalkan dan mengambil manfaat dari amal perbuatan yang disyariatkan otomatis akan berkurang, selaras dengan banyak sedikitnya amal pengganti yang ia biasakan.35

33 BAB III

Dalam dokumen Hukum Merayakan Ibadah Non-Muslim (Halaman 35-42)

Dokumen terkait