• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Bentuk –bentuk Upaya Kepala Madrasah dalam Penguatan Mata

3. Bentuk-Bentuk upaya Penguatan Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan bali (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi, Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai barikut : (a) meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran; (b) merangsang dan meningkatkan motivasi belajar; (c) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif. Sedangkan jenis-jenis penguatan itu sendiri adalah sebagai berikut : 1) Penguatan verbal, penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, 2) Penguatan non verbal, penguatan non verbal terdiri dari penguatan gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau

benda dan penguatan tak penuh (partial). Prinsip penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal , yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negative (Rohmat, 2012 : 173-174).

Penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bisa dilakukan melalui : 1). Penguatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI), 2). Penguatan kompetensi, 3). Penguatan metode (Kemenag, 2012 : 7). Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan perinciannya sebagai berikut :

a. Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan AgamaI melalui Ekstrakurikuler

Kegiatan ektrakurikuler membantu ketercapaian SKKD PAI, baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotor. Terbatasnya waktu pembelajaran di kelas, mengharuskan siswa belajar di luar jam pelajaran. Ekskul mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan menambah wawasan siswa tentang keIslaman. Lebih dari itu, ekskul PAI diharapkan mampu mengembangkan karakter positif dan keterampilan siswa . Adapun yang termasuk ekstrakurikuler mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berdasarkan dari Dirjen Pendis sebagai berikut :

1) Pembiasaan Akhlak Mulia.

Pembiasaan akhlak mulia dilakukan untuk mengembangkan karakter keagamaan siswa, sebab akhlak merupakan norma-norma yang meletakkan derajat anak/manusia

dalam kehidupan masyarakatnya. Derajat hidup seseorang ditentukan oleh tinggi rendah akhlaknya ( Arifin, 1977 : 89 ).

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut : “ Akhlak adalah suatu perangai ( Watak / tabiat ) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”. Pengertian akhlak seperti ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh Ibn Maskawih, yang mendefinisikan akhlak sebagai berikut : “Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam”( Zubaedi, 2012 : 67).

Legeveld meletakkan dasar-dasar kemampuan manusia untuk dapat didik dalam 3 faktor. Ketiga-tiganya harus terdapat di dalam diri anak didik agar dapat/mampu dididik orang dewasa yakni : a). Harus mempunyai kemampuan sosialitas ( dapat hidup dalam masyarakat), b). Harus mempunyai kemampuan individualitas (memiliki pribadi), c). Harus memiliki kemampuan moralitas (kesanggupan berakhlak mulia) ( Arifin, 1977 : 90).

Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup hanya berhenti pada memberikan pengetahuan yang

paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter kuat setiap peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya (Furqan Hidayatullah, 2010 : 22 ).

Adapun beberapa kegiatan pembiasaan akhlak mulia yang bisa dilaksanakan di sekolah antara lain : a) Salat berjamaah, b) Tadarus, c) Baca doa pada awal dan akhir pelajaran atau waktu melakukan suatu pekerjaan, d) Mengucapkan dan menjawab salam, e) Menjaga kebersihan, f) Menjaga kesehatan, g) Berperilaku jujur dan adil, h) Memenfaatkan waktu luang untuk kebaikan i) Tolong- menolong, j) Hormat-menghormati.

Madrasah harus menciptakan budaya agamis, mulai dari penampilan profil fisik madrasah sampai kepada situasi kehidupan antar sesama guru, sesama murid, guru dengan murid, dengan pegawai juga dengan lingkungan ( Kemenang, 2012 :18 ). 2) Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas

PAI )

Pekan keterampilan dan seni Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah wahana kompetisi siswa dalam berbagai jenis keterampilan agama yang diselenggarakan mulai tingkat madrasah, gugus, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi sampai dengan tingkat nasional. Jenis keterampilan yang dapat dilombakan antara lain :

a) Musabaqah tilawatil Quran ( MTQ ), b) Kaligrafi, c) Hafalan surat pendek d) Pidato, e) Cerdas cermat. f) Hafalan Doa g) Menjadi imam, h) Adzan i) Baca sajak, j) Puisi, k) Lomba mengarang. Kesenian Islam.

Kegiatan pentas PAI, selain dapat berfungsi sebagai salah satu tolok ukur kompetensi dan prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam dan wahana syiar Islam, juga untuk memotivasi siswa agar lebih bergairah mempelajari, memahami, mencintai dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam (Kemenag, 2012 : 19 ).

3) Pesantren Kilat (Sanlat)

Pesantren kilat adalah kegiatan pesantren yang dilaksanakan pada saat liburan sekolah, dengan waktu yang relatif singkat di bulan Ramadan atau di luar Ramadan. Dengan kebutuhan. Tujuan Sanlat lebih diarahkan kepada aspek pengamalan, maka proses pembelajarannya lebih difokuskan kepada aspek efektif dan psikomotorik, dalam bentuk praktik dan latihan-latihan. Sanlat dilakukan dengan menyesuaikan situasi, kondisi dan potensi yang ada di madrasah. (Kemenag, 2012 : 21). 4) Ibadah Ramadhan ( Irama )

Kegiatan irama dilakukan selama bulan suci Ramadhan, dengan durasi waktu malam pertama salat terawih sampai dengan kegiatan halal bihalal (bersalam-salaman saling

memaafkan) yang dilaksanakan dalam nuansa perayaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan ibadah bulan Ramadhan antara lain meliputi : salat wajib, salat tarawih, salat sunat lainnya, tadarus, buka bersama, sanlat, zakat fitrah, santunan anak yatim, mendengarkan ceramah di masjid, mushalla, televisi dan radio serta halal bi halal (Kemenag, 2012 : 21 ).

5) Rohani Islam (ROHIS)

Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian. Rohis adalah ekstrakurikuler yang berada dalam bidang kerohanian Islam. Ekskul ini dapat mengasah kemampuan di segala bidang. Kegiatan Rohis ini dapat menumbuhkan kreativitas yang menarik sambil memperdalam pemahaman soal agama. Generasi muda yang sukses pasti mengenal agamanya, mengenal bangsanya dan juga mengenal dirinya. Kegiatan ekskul ini bervariasi sesuai dengan bakat dan minat peserta. Misalnya berpetualang di alam dan kegiatan tafakur/tadabur alam ( belajar dari alam ). Di kegiatan ini peserta didik dikenalkan alam sekitar yang indah dan memesona seraya melakukan out bound dan game Islami. (Kemenag, 2012 : 21 )

6) Tuntas Baca Tulis al-Quran (TBTQ)

TBTQ wajib diselenggarakan dalam rangka memberikan kemampuan membaca dan menulis al-Quran dengan baik dan benar. Kemampuan membaca dan menulis al-Quran merupakan keterampilan dasar yang harus dimilki oleh setiap orang yang beragama Islam, karena akan berfungsi sebagai alat untuk mengetahui, memahami, menghafal dan mempelajari agama Islam, baik yang bersumber al-Quran maupun Hadis. TBTQ perlu diselenggarakan secara khusus, sehingga siswa yang lulus dari madrasah tidak buta membaca dan menulis al-Quran. Siswa yang lulus memperoleh sertifikat TBTQ. Pelaksanaan kegiatan TBTQ bisa ditempuh dengan cara :

a) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) atau guru lainnya mengadakan program khusus belajar membaca dan menulis al-Quran di madrasah, di luar jam pelajaran dengan metode yang tepat.

b) Madrasah melalui guru PAI mengadakan program khataman, dengan mengadakan acara khusus di madrasah bagi siswa yang telah khatam dengan bacaan yang baik dan benar sekaligus pemberian sertifikat TBTQ. ( Kemenag, 2012 : 22 ) 7) Wisata Rohani ( Wisroh )

Wisata rohani merupakan wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus memperoleh pengetahuan dan

pengamalan religius yang bermanfaat. Dengan mengacu kepada pendekatan dan prinsip belajar aktif dan menyenangkan, perlu diadakan kegiatan wisata rohani bagi siswa pada tingkat MTs untuk menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan keagamaan. Kegiatan wisata rohani diharapkan menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

8) Peringatan Hari Besar Islam ( PHBI )

Islam memiliki banyak hari besar. Di antara hari besar Islam yang sering diperingati di Indonesia adalah : Maulid Nabi, Nuzulul Quran, Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mikraj. Peringatan Hari Besar Islam ( PHBI ) mengandung banyak makna atau nilai keagamaan dan spiritualitas yang tinggi. Inti PHBI adalah penanaman nilai-nilai keagamaan sekaligus menumbuhkan kesadaran pengamalan ritual keagamaan desertai dengan bukti nyata budi pekerti luhur muslim terhadap sesama dan lingkungan alam sekitarnya. Dengan demikian, kehadiran setiap muslim memberikan kenyamanan dan kesejukan serta kemanfaatan bagi pihak atau makhluk lainnya. Sekedar sebagai contoh :

a) Maulid Nabi mengajarkan keteladanan Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba Allah yang beribadah di malam hari dan giat bekerja di siang hari. Beliau mampu mengisi kehidupannya dengan keseimbangan antara kepentingan ukhrawi dan kepentingan duniawi.

b) Idul Fitri mengajarkan pentingnya membersihkan diri dan harta, serta berbagi kepada sesama. Hal ini ditunjukkan dengan kewajiban setiap muslim membayar zakat fitrah dan mal. Hasil zakat berupa beras dan uang tersebut kemudian dibagikan kepada fakir miskin, kaum duafa, fi sabilillah dan lain sebagainya.

c) Idul Adha mengajarkan nilai kepedulian kepada sesama dalam dalam bentuk kemauan berkurban seorang muslim. Seorang muslim yang mampu berkurban hewan kambing atau sapi. Setelah disembelih, daging hewan tersebut dibagikan kepada golongan tidak mapu atau masyarakat sekitar.

d) Isra Mikraj mengajarkan manusia mendekatkan diri kepada Allah melalui salat lima waktu. Dalam salat manusia tidak saja mengingat Allah SWT, sebagai tujuan hidup, tetapi juga berdoa untuk keselamatan dunia dan akherat. Salat juga mengandung nilai persaudaraan sesama muslim dengan saling mendoakan keselamatan, terutama pada saat salam ; persatuan dan kesatuan umat Islam; dan kesamaan derajat manusia di hadapan Allah, tanpa membedakan status sosial, pangkat dan jabatan seseorang di sisi Allah, manusia dinilai dari ketakwaannya. Demikianlah, PHBI di MTs dilaksanakan sebagai upaya madasah menanamkan nilai-nilai keagamaan

yang tinggi. Kegiatan PHBI memperkuat proses penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs. Selain penguasaan materi dan keterampilan keagamaan, Inti mata pelajaran Pendidikan Agama Isam (PAI) adalah tertanamnya sikap keagamaan kepada para siswa. Melalui PHBI diharapkan siswa menerima banyak pesan moral keagamaan serta mampu mempraktikkan ritual keagamaan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ( Kemenag, 2012 : 22 – 23 ).

b. Penguatan Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Penguatan kompetensi mata pelajaran PAI adalah usaha maksimal dalam mengembangkan SKKD untuk mencapai kecakapan dalam amaliah dan akhlak mulia. ( Kemenag, 2012 : 30 ). Dengan dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna penguatan kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sesungguhnya adalah pembinaan karakter.

Pendidikan karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral (building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak-anak. Cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak didik adalah dengan membangun kecerdasan moral. Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah, artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang

bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter-karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami pilihan yang tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan keadilan, dan menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain. Ini merupakan sifat-sifat utama yang akan membentuk anak menjadi baik hati, berkarakter kuat, dan warga negara yang baik ( Zubaedi, 2012 : 55-56 ).

Untuk itu sudah selayaknya jika Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran yang lain. Dan inilah yang dimaksud dengan penguatan kompetensi berbasis bidang studi, (al-Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah dan Kebudayaan Islam). Adapun tujuan dan manfaat penguatan kompetensi PAI berdasarkan bidang studi salah satunya adalah untuk melihat gambaran umum target penguatan kompetensi PAI yang ingin dicapai pada program MTs.

c. Penguatan Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Penguatan Metode.

Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala madrasah, untuk mewujudkan penguatan mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka Kepala Madrasa maupun guru perlu memahami metode penguatan mata pelajaran tersebut. Selama ini metode penguatan mata pelajaran PAI di madrasah lebih menekankan kepada metode menghafal dan bertanya, padahal ada beberapa pengembangan metode penguatan mata peljaran PAI yang jika disinergikan akan menjadi lebih efektif. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut :

1) Metode Diskusi (Halaqah)

Metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban (Zuhairini, dkk , 1983 : 89).

Secara umum, pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving) ( Armai Arief, 2002 : 145 ).

Metode ini bertujuan untuk lebih memantapkan pengertian, dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Perintah Allah dalam hal ini adalah agar kita mengajak ke jalan yang benar dengan hikmah dan mau’idhah yang baik dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara yang paling baik ( M. Arifin, 2000 : 75 ).

2) Metode Membaca ( Metode Sorogan )

Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sedangkan menurut Wahyu Utomo, metode sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana para santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab di hadapan guru atau kiyai (Armai Arief , 2002 : 150).

Jadi dari pengertian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa inti dari metode ini adalah berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) secara fest to fests, antara guru dan murid. Metode ini pada zaman Rasulullah dan para sahabat dikenal dengan metode belajar kuttab, proses belajar seperti ini berjalan sampai pada akhir masa pemerintahan bani Umayyah ( Armai Arief, 2002 : 151).

3) Metode Pemecahan Masalah ( Problem Solving Method )

Metode ini mula-mula diciptakan oleh ahli didik Amerika Serikat terkenal bernama John Dewey yang dipergunakan dalam

pengajaran baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan kelompok anak / pemuda di luar sekolah seperti pramuka,

club-club remaja, organisasi-organisasi remaja dan sebagainya. Di

dalam proses kegiatan mengajar dan belajar metode ini sangat bermanfaat sekali untuk memantapkan pengetahuan yang diajarkan oleh guru, oleh karena dengan cara ini bahan pelajaran disajikan dalam bentuk problema (masalah) yang dihadapkan kepada murid untuk dipecahkan. Dengan problema yang diajukan kepadanya, maka murid akan memberikan respon (jawaban) berupa usaha mencari pemecahan masalah yang dihadapkan kepadanya. Usaha pemecahan masalah tersebut biasanya melalui proses berpikir yang bertingkat sebagai berikut :

a) Memperhatikan kepada masalah yang dihadapkan kepadanya, b) Mengumpulkan bahan-bahan yang ada sangkut pautnya

dengan tugas pemecahan masalah,

c) Mencoba menarik kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah,

d) Menilai pemecahan yang diambil atau disarankan,

e) Mencoba serta memperbaiki (mengkoreksi) secara obyektif terhadap bentuk pemecahan yang diperoleh.

Jadi metode ini mendorong murid untuk aktif mencari bentuk-bentuk pemecahan meskipun harus melalui trial and

melaksanakan apa yang disebut oleh Dewey “ learning by

doing” (belajar dengan berbuat), dan belajar dengan cara

demikian itu memang merupakan kodrat anak yakni belajar pada hakekatnya adalah memerlukan aktivitas, bukan belajar bila tidak ada aktivitas yang menyertainya ( Arifin , 1977 : 177 – 179 ).

4) Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Metode pemberian tugas atau resitrasi adalah terjemahan dari bahasa Inggris “to cite” yang artinya mengutip, yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih hingga siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan sebutan pekerjaan rumah (PR), sebetulnya bukan hanya di rumah, tetapi dapat dikerjakan di sekolah, di halaman, di perpustakaan, laboratorium, mushalla, masjid atau tempat-tempat lainnya. Dalam pendidikan agama, metode ini dapat diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat praktis misalnya, menerjemahkan literatur bahasa asing, seperti bahasa Arab, Inggris, membuat kliping,

paper, resume dan lain-lain (Armai Arief, 2002 : 164).

5) Metode Mentoring

Mentoring adalah sebuah metode bersama di bawah

pembinaan seorang guru atau tutor. Kegiatan belajar dipimpin oleh seorang pembina (mentor) dan pembelajaran ditujukan untuk

memahami pelajaran agama secara lebih mendalam. Mentor berfungsi sebagai nara sumber sekaligus fasilitator yang akan membimbing dan akan mengarahkan proses belajar berjalan terarah dan efektif. Pembelajaran ini biasanya diikuti kelompok siswa berjumlah antara 4 s/d 7 orang (Kemenag, 2012 : 71). 6) Metode Remedial Teaching

Remedial teaching adalah bentuk pengajaran yang

diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Diselenggarakannya kegiatan

remedial teaching itu memiliki maksud dan tujuan, baik dalam

arti luas atau ideal maupun dalam arti sempit, atau operasional. Dalam arti luas atau ideal, kegiatan remedial teching bertujuan memberikan “ bantuan “ baik berupa perlakuan pengajaran maupun berupa bimbingan dalam upaya mengatasi kasus-kasus yang dihadapi para siswa. Kemudian dalam arti sempit atau atau operasional, kegiatan remedial teaching bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang lambat, sulit, gagal belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan kepada mereka.

Adapun bentuk-bentuk kegiatannya antara lain : a). Mengajarkan kembali (reteaching) bahan yang sama, tetapi dengan cara penyajian yang berbeda, b). Bimbingan individu/kelompok kecil, c). Menyuruh siswa mempelajari sendiri

sumber-sumber yang ditunjuk guru, e). Menggunakan alat-alat audio-visual yang lebih banyak, f). Bimbingan oleh wali kelas, guru bidang studi dan guru BP (Abd. Rahman, 1993 : 186 – 189) 7) Metode Audio-visuil

Yang dimaksud dengan audio-visuil adalah alat penyajian bahan yang dapat didengarkan ( audio ) dan yang dapat dilihat dengan mata kita ( visuil ). Jadi metode audio-visuil adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempergunakan alat-alat yang dapat memperdengarkan serta dapat memperagakan bahan tersebut misalnya, tape recorder dan film-film serta video tape ( (Arifin, 1977 : 182 ).

8) Metode Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan sosialnya. Hal ini dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku pendidiknya, meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan semua bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi bagian dari persepsinya, diketahui atau tidak. Dari sinilah keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruk anak ( Nashih „Ulwan, 2012 : 516 ).

9) Metode Pembiasaan

Pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Armai Arief, 2002 : 110).

10) Metode Berceritera

Metode berceritera juga memiliki pengaruh yang kuat pada anak sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Karena melalui ceritera anak akan lebih cepat menangkap pesan moral tertentu dengan cara yang menyenangkan. Yakni dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi dan Rasul yang hadir di tengah mereka.

Contoh : ceritera kaum Nabi Lut yang tidak taat kepada perintah Tuhan menemui kebinasaan. Ceritera tentang Sahibul Kahfi yaitu pemuda-pemuda yang beriman dan taat kepada Tuhan selalu di bawah lindungan Tuhan dalam gua sampai lama. Juga kisah tentang dua anak Adam yang saling bermusuhan dan mendengki di antara mereka ada yang berwatak luas dada dan

kasih sayang. Jelas dimaksud sebagai contoh teladan tentang perlunya pembinaan akhlak dan rasa kasih sayang serta tenggang rasa dalam diri anak didik sehingga dia mampu hidup saling bergotong-royong dalam bermasyarakat di masa dewasanya ( M. Arifin, 2000 : 71 ).

11) Metode Karya Wisata

Metode karya wisata ialah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran. ( Zuhairini, 1983 : 104 )

Metode ini merupakan sebuah alternatif yang diperuntukkan bagi siswa agar mendapatkan/memperoleh pengalaman belajar yang tidak diperolehnya secara langsung di dalam kelas. Metode ini sangat baik dilakukan sebagai selingan

out door study sebab para siswa dapat diajak langsung ke alam

yang sebenarnya ( Armai Arief , 2002 : 168 )

Melalui upaya penguatan mata peljaran Pndidikan Agama Islam yang telah diterangkan dengan berbagai bentuk penguatan tersebut di atas, maka akan semakin banyak individu yang memiliki kecerdasan utuh di sekolah /madrasah, maka semakin baik pikiran organisasi madrasah tersebut, semakin baik pula nilai-nilai yang akan dianut dalam madrasah tersebut. Nilai-nilai inilah yang kemudian akan menjadi pilar dari budaya sekolah/ madrasah. Kepala

sekolah/madrasah dengan berbagai wewenang yang dimilikinya tentu memiliki kesempatan untuk menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga ia berkesempatan untuk menanamkan budaya