• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Penting Kepala Madrasah Dalam Upaya Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

C. Bentuk –bentuk Upaya Kepala Madrasah dalam Penguatan Mata

2. Peranan Penting Kepala Madrasah Dalam Upaya Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Membicarakan tentang peranan penting kepala madrasah dalam upaya penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka sebelumnya akan kami singgung sedikit mengenai karakter/akhlak, karena karakter/akhlak sangat berhubungan dengan pentingnya dilakukannya penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut. Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah “membinatang”.

Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak yang baik atau akhlaqul karimah. Mangingat bagitu urgennya karakter, maka institusi pendidikan

termasuk madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Klaten memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Penguatan Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita.

Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis itu antara lain berupa merosotnya akhlak yang melanda kawula muda yang ditandai dengan meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan, rendahnya minat belajar, tingginya pecandu narkoba dan lain-lain. Hal inilah yang mendorong kepala madrasah untuk selalu mengupayakan penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasahnyanya, agar dengan melalui upaya-upaya tersebut dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusiaan yang kita miliki, melalui belajar (learning to do,

learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together

(EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement).

Sebagai kepala madrasah yang menggerakkan seluruh tenaga kependidikan berperan penting dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang professional dan bermakna, tugas yang utama adalah berusaha membelajarkan peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap

potensi (fitrah) kemanusiaan yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna atau meaningful learning (SQ), pembelajaran menyenangkan atau joyful learning (EQ), dan pembelajaran menantang-problematis atau problematic learning (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang kamil (sempurna). Kepedulian kita terhadap peningkatan moral, budi pekerti, perlu direalisasikan dengan optimalisasi penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini penting peningkatan mutu pendidikan pun pada semua jenjang dan level rasanya tidak akan terjadi jika tanpa disertai dengan penanaman akhlakul karimah.

Dalam lingkungan sekolah dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial cultural sekolah memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga sekolah terbiasa membangun kegiatan keseharian di sekolah yang mencerminkan perwujudan nilai/karakter (Zubaedi, 2011:200-201). Kepala madrasah harus mampu memahami lingkungan madrasah yang spesifik tersebut karena akan memberikan perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami, dan memecahkan berbagai problem yang terjadi di madrasah.

Dengan dapat memahami permasalah yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala madrasah akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan. Terkait

dengan peningkatan disiplin disi, maka upaya yang dilakukan kepala madrasah adalah :

a. Berpikir positip. Ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidak beresan tetapi tidak lupa member dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara kerja orang lain kalau kita tidak mampu member contoh terlebih dahulu.

b. Menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi diri sendiri. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau. Kata “saya juga bisa” dapat menjadi mampu meningkatkan motivasi berprestasi.

c. Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai padahal penghargaan merupakan salah satu teknik memotivasi. Kata “saya mengharapkan bantuan anda” atau “saya mengharapkan kehadiran anda” merupakan bentuk penghargaan yang paling murah. Berilah mereka kesempatan untuk bertanggung jawab, berilah wewenang serta kebebasan untuk berpendapat.

d. Memantapkan pelaksanaan. Ungkapan dengan jelaa, bagaimana cara kerja yang benar, tindakan yang dapat membantu dan hargai dengan tulus.

e. Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil dan nyatakan bahwa anda membantu yang mereka butuhkn, binalah keberanian, kerja keras, bersedia belajar dari orang lain.

f. Membasmi sikap menunda-nunda. Hilangkan sikap menunda-nunda dengan alas an pekerjaan itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai (Kompri, 2014:65).

Upaya-upaya kepala madrasah dalam penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga harus menekankan nilai-nilai kerja sama, saling pengertian, semangat persatuan, taat asas, memotivasi dan membimbing. Sehingga akan tercipta saling memahami baik kepala madrasah dengan tenaga kependidikan, maupun dengan orang tua murid. Dengan demikian maka akan timbul pemikiran dari orang tua murid, bahwa bila anak sedah mencapai usia sekolah, maka kewajiban orang tua adalah menyekolahkan di lembaga pendidikan yang bermutu, terutama untuk diajari al-Quran, Hadits, Fiqih dan materi-materi keagaman lainnya. Diberikannya pelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk terbentuknyaa peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), dan memiiki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya.

Sehingga dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negative yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut. PAI menjadi mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut

sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.

3. Bentuk-Bentuk upaya Penguatan Mata pelajaran Pendidikan Agama