Dalam bentuk eufemisme bahasa batak Toba dengan bahasa Pakpak dapat kita lihat pada tindak tutur ekspresif yaitu mengekspresikan perasaan daan sikap mengenai suatu hal atau keadaan. Termasuk tindak tutur ini misalnya seperti menyesal, meminta maaf, berterimah kasih, mengucapkan selamat, memuji, mengkritik, dan lainya. Dapat kita lihat seperti data yang ada pada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tindak tutur ekspresif merupakan tuturan yang digunakan sebagai salam dalam menyapa tutur, selain itu tindak tutur juga
digunakan sebagai ekspresi ucapan terimah kasih/memuji penutur terhadap apa yang telah dilakukan oleh lawan tutur. Dapat kita lihat dari kalimat berikut dari bentuk eufemisme kata, frasa dan klausa.
4.1.4.1 Eufemisme Berbentuk Kata
Eufemisme berbentuk kata dapat ditemukan dalam bentuk kalimat pada bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak. Bentuk kata tersebut dapat kita lihat dari contoh sebagai berikut :
(38) Tung mansai uli
‘Sungguh sangat
do nian rupami da ito, gabe targoda ahu. (BBT)
cantiklah
Kalimat dalam bahasa Pakpak terlihat sebagai berikut:
wajahmu gadis, jadi tergoda aku’.
(39) Mberruh
‘Sungguh sangat
kalon rupamu si merbaju, gara-gara rupami aku jadi tergoda. (BP)
cantiklah
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur memuji. Memuji adalah melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, gagah, berani, dan sebagainya (KBBI, 2006:19). Tindak tutur memuji yaitu tundak tutur yang disampaikan oleh penutur dengan melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah, berani, dan sebagainya. Tuturan di atas merupakan tindak tutur terhadap seorang anak gadis yang digoda oleh seorang lelaki. Tuturan di atas memiliki rasa santun agar
pendengar atau seorang gadis tersebut tidak tersinggung tetapi untuk menarik perhatian si gadis tersebut. Apabila si gadis tertarik akan kalimat tersebut, maka si gadis biasanya membalas perkataan lelaki yang menggodanya ataupun dibalas dengan senyuman.
Kalimat di atas pada bahasa Batak Toba mengandung data eufemisme berupa kata uli(BBT). Kata uli(BBT) ini menggantikan kata bagak(BBT).Uli(BBT) memiliki makna lebih halus daripada bagak(BBT) mempunyai arti sama yaitu cantik pada kalimat di atas. Sedangkan pada kalimat dalam bahasa Pakpak terdapat eufemisme berupa mebrruh(BP) yang memiliki makna lebih halus daripada bagak (BP). Kedua kalimat di atas merupakan tindak tutur ekspresif memuji bahwa pada kalimat di atas makna kata cantiktidak hanya menggambarkan kecantikan dalam fisik saja tetapi juga dilihat dari perilaku yang baik pada gadis tersebut. Kata cantikmengandung konotasi sesuatu yang menyenangkan hati. Jika dipadankan dengan hati, maka bisa diterjemahkan sebagai wajah yang cantik dan perilaku yang baik pula.
Apabila kata uli(BBT) diganti dengan kata bagak(BBT) maka kalimat tersebut terlihat seperti ini.
(40) Tung mansai bagak
‘Sungguh sangat
do nian rupami da ito, gabe targoda ahu. (BBT)
cantiklah
Dan kata mberruh (BP) diganti dengan kata bagak (BP) terlihat seperti ini: wajahmu gadis, jadi tergoda aku’.
‘Sungguh sangat cantiklah
Kalimat di atas hanya memuji kecantikan dalam fisik pada gadis tersebut dan tidak melihat dari perilakunya. kalimat tersebut terjadi pada saat seorang lelaki menggoda gadis pada pandangan pertamanya karena biasanya kita menilai seseorang itu dari tampang dan penampilannya.
wajahmu gadis, jadi tergoda aku’.
4.1.4.2 Eufemisme Berbentuk Frasa
Eufemisme berbentuk frasa dapat ditemukan dalam bentuk kalimat pada bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak dalam tindak tutur ekspresif. Bentuk frasa tersebut dapat kita lihat dari contoh sebagai berikut :
(42) Hata patujolo sian hami i ma siala haroro muna tu bagas na badia on
‘Pertama sekali kami ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian ke
mangadopi pamasumasu on ni anak dohot parumaen nami di tingki on. (BBT)
rumah yang kudus
(43) Parjolo-jolo kami mendekken muliate atas rohna mi i
ini untuk menghadiri acara pemberkatan anak dan menantu perempuan kami di hari ini’.
bagasen jarroh debatanta en imo na lako acara pemasumasun anak dekket permaen. (BP)
‘Pertama sekali kami ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian ke rumah yang kudus
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur berterimah kasih. Berterimah kasih adalah mengucap syukur atau melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan (KBBI, 2005:1183). Tindak tutur berterimah kasih adalah tindak tutur yang disampaikan oleh penutur untuk mengucap syukur atau melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan dari seseorang. Tuturan di atas tindak tutur berterimah kasih kepada tamu yang hadir di acara pemberkatan pernikahan anaknya di gereja. Tuturan ini biasanya disampaikan oleh pihak dari mempelai laki-laki sebelum acara pemberkatan dimulai sesuai dengan susunan acara. Pihak mempelai laki-laki mengucapkan rasa terima kasih kepada para undangan sebagai penghormatan dan rasa bahagianya atas kehadiran para undangan.
ini untuk menghadiri acara pemberkatan anak dan menantu perempuan kami di hari ini’.
Kalimat di atas mengandung data eufemisme dalam bahasa Batak Toba berupa frasa yaitu bagas na badia on (BBT) yang mempunyai arti gereja atau tempat ibadah. Frasa bagas na badia on (BBT) memiliki makna lebih halus daripada joro ni Tuhan (BBT). Sedangkan pada bahasa Pakpak, data eufemisme pada kalimat diatas yaitu bagasen jarroh debatanta(BP) yang juga mempunyai arti sama yaitu tempat ibadah atau gereja. Bagasen jarroh debatanta(BP) memiliki makna lebih halus daripada gereja (BP).
Apabila frasa bagas na badia on(BBT) diganti dengan joro ni Tuhan(BBT) maka kalimat tersebut terlihat seperti ini.
(44) Hata patujolo sian hami i ma siala haroro muna tu joro ni Tuhan
‘Pertama sekali kami ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian ke
mangadopi pamasumasu on ni anak dohot parumaen nami di tikki on. (BBT)
rumah yang kudus
Sedangkan dalam bahasa Pakpak kalimat tersebut terlihat seperti berikut:
ini untuk menghadiri acara pemberkatan anak dan menantu perempuan kami di hari ini’
(45) Parjolo-jolo kami mendekken muliate atas rohna mi igerejanta
‘Pertama sekali kami ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian ke
en imo na lako acara pemasumasun anak dekket permaen.(BP)
rumah yang kudus ini untuk menghadiri acara pemberkatan anak dan menantu perempuan kami di hari ini’.
4.1.4.3 Eufemisme Berbentuk Klausa
Eufemisme berbentuk klausa dapat ditemukan dalam bentuk kalimat pada bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak. Bentuk klausa tersebut dapat kita lihat dari contoh sebagai berikut :
(46) Tongtong ma hita marsiaminaminan songon lampak ni gaol jala marsitungkoltungkolan songon suhat di robean manang didia pe hita maringanan.(BBT)
‘hendaklah kita saling tolong-menolong dimanapun kita berada’.
(47) Dak tong mo kita bage laklak galuh
‘hendaklah kita saling tolong-menolong dimanapun kita berada’.
marang idike pe kita merbekkas. (BP)
Tuturan di atas dalam bahasa Batak Toba tersebut merupakan perumpamaan yang digunakan pada masyarakat Batak Toba dalam upacara adat. Dalam penyampaian ini, penutur menyampaikan keinginannya agar orang-orang Batak Toba memiliki rasa saling mendukung satu sama lain. Ungkapan ini merupakan kata-kata bijak dari nenek moyang orang Batak Toba yang mewarisi kepada keturunannya sampai sekarang supaya dalam kehidupan masyarakat Batak Toba saling tolong menolong.
Pada masyarakat Batak Toba lambang dari gotong-royong orang Batak Toba disebut tumpak (BBT). Adat Batak Toba, saling tolong menolong adalah esensi kebudayaan mereka. Aplikasi sikap tolong-menolong itu diwujudkan ketika dalam musyawarah yang disebut tonggo raja atau marria raja (BBT) yang dihadiri oleh struktur dalihan na tolu (BBT).
Tuturan di atas dalam bahasa pakpak juga memiliki perumpamaan yang memiliki makna sama dengan bahasa Batak Toba yaitu tentang saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. klausa bage laklak galuh (BP) memiliki arti jadilah kita seperti pisang. Pelepah pisang bila dipisah satu sama lain akan sangat lembek dan lemah, tapi bila mereka menyatu satu sama lain akan sangat kuat. Perumpamaan ini mengajarkan agar masyarakat Pakpak selalu satu hati dan
saling mendukung sesama sehingga mudah untuk mencapai setiap tujuan yang diinginkan.
Kalimat di atas dalam bahasa Batak Toba mengandung data eufemisme berupa klausa yaitu marsiaminaminan songon lampak ni gaol jala marsitungkoltungkolan songon suhat di robean(BBT) yang mempunyai makna saling tolong menolong dan gotong royong. Klausa marsiaminaminan songon lampak ni gaol jala marsitungkoltungkolan songon suhat di robean(BBT) memiliki makna lebih halus daripada marsianjuan, marsiurupan. Dapat dilihat dalam kalimat apabila diganti sebagai berikut.
(48) Tongtong ma hita marsianjuan, marsiurupan
‘hendaklah kita saling tolong-menolong dimanapun kita berada’.
didia pe hita maringanan.
Dalam bahasa Pakpak, tuturan di atas mengandung data eufemisme berupa klausayaitu bage laklak galuh (BP) yang memiliki makna lebih halus daripada mengurupi atau urup-urup(BP). Dapat kita lihat dalam kalimat apabila diganti seperti berikut.
(49) Dak tong mo kita mengurupi
‘hendaklah kita saling tolong-menolong dimanapun kita berada’. marang idike pe kita merbekkas. (BP)
4.1.5 Bentuk Eufemisme pada Tindak Tutur Deklaratif dalam Bahasa Batak