• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Implementasi Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk

BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

D. Bentuk Implementasi Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk

Di dalam komunitas akan di temukan kekompakan di antara anggota komunitas, kekompakan komunitas adalah inti kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota komunitas terhadap komunitasnya. Kekompakan yang terbentuk menjadi sebuah solidaritas sosial. Hal ini merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif sama pula. Oleh karena itu, individualitas tidak berkembang, individualitas itu terus menerus dilumpuhkan akibat tekanan untuk konformitas yang besar sekali.Seperti yang diungkapkan oleh informan, M.A (lk, 28 tahun) sebagai berikut:

“Kita semua saling men-support lah, misalnya aja musik. Kegiatan-kegiatan kita kan jalur bawah tanah, jadi cara penyebarannya dengan cara saling mendukung antara punk sini dengan punk sana”

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan, R.D (lk, 22 tahun) sebagai berikut: “Komunitas ini persaudaraannya kuat, misalnya ada yang udah punya usaha sendiri, kawan punk lain dikasih kerjaan sama dia. Biar sama-sama bisa menikmati”

Selain itu diungkapkan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut: “Kalau kami semua punk di tiap scene di Medan, misalnya kalau ada anak punk yang sakit nanti semua patungan bantuin yang sakit itu”

Individualitas yang rendah dalam komunitas punk membangun suatu kesaamaan. Pada umumnya struktur dalam suatu komunitas akan menentukan peran individu di dalamnya. Di dalam komunitas punk tidak memiliki struktur atau posisi yang membedakan antara punker yang satu dengan punker lainnya. Hal ini memiliki tujuan untuk menghilangkan adanya kesenjangan di antara individu yang ada di dalam. Hal ini diungkapkan oleh informan, C.S(lk, 21 tahun) sebagai berikut:

“Nggak ada perbedaan, saling menghargai”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut: “Hubungan punk yang lama sama punk yang baru saling menghargai..Kita saling menghargai semua”

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, J.O (lk, 30 tahun) sebagai berikut:

“Kalau di sini ke arah misinya punk, menghancurkan segala bentuk yang membuat perbedaan. Kita di sini semua sama, enggak ada yang menindas dan ditindas”

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut:

“Kalau di punk nggak ada yang paling jago nggak ada yang paling hebat semuanya setara cuma Tuhan yang gitu, ilmu padi yang diajarkan. Karena itu bisa buat rasisme, perbedaan, kelas perang kelas”

Sejalan dengan yang diutarakan oleh informan, C.S(lk, 21 tahun) sebagai berikut: “Beda lah, kalo di tempat lain ada yang mengetuai ada yang diketuai kalo disini dituai karena memang umur ya kan.

Demikian juga yang diungkapkan oleh informan, M.A (lk, 23 tahun) sebagai berikut:

“Sebenarnya bukannya kurang suka atau apa, tapi dikawankawan se punk itu nggak ada yang namanya senior yang namanya junior itu. Ya memang walaupun dalam pengaplikasiannya ada juga yang sok senior gitu. Ya ini kan sebenarnya masalah proses dalam mengenal punk itu sendiri, siapa duluan dan siapa belakangan”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam komunitas punk terdapat individualitas yang rendah. Individualitas yang rendah membentuk suatu kesamaan, di mana setiap punker memiliki posisi yang sama dalam komunitas punk tersebut. Hal ini menyebutkan bahwa di dalam komunitas

punk tidak terdapat seorang ketua atau pemimpin yang biasa ada dalam komunitas.

2) Keterlibatan Komunitas dalam Menghukum Anggota Menyimpang Pada sebuah komunitas terdapat aturan-aturan atau nilai-nilai yang dapat menunjukkan keanggotaan individu terhadap komunitas tersebut. Aturan-aturan atau nilai-nilai di dalam komunitas tidak tertulis, dapat berupa persamaan moral dan ideologi. Setiap anggota komunitas yang tidak menjalankan aturan atau nilai yang ada di dalam komunitas merupakan anggota yang melakukan penyimpangan dan setiap penyimpangan yang dilakukan akan mendapatkan hukuman terhadap anggota tersebut. Hal ini diungkapkan oleh informan, J.O (lk,25 tahun) sebagai berikut:

“Kalo di punk itu memang gitu kejujuran harus ditonjolkan kali jadi misalnya kau di punk ini mau kayak mana pun tapi kalo nggak jujur pasti akan tersisihkan. Terus dia lebih membuktikannya dengan apa yang dikatakan, nggak banyak neko-neko ya kan terus jiwa kebersamaan. Mau dari sudut mana punk kita jumpa gak pernah ketemu tapi kalo memang jiwa nya punk ya tetap dianggap keluarga. Hal lain diungkapkan oleh informan R.D (lk, 22 tahun) sebagai berkut:

“Misalnya ada anak punk liat cewek sikit langsung sok cool dia, kalo itu kami bilang losser. Pake atribut punk supaya di bilang gimana gitu, dibilang keren, gampang cari cewek”

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut:

Kalo ada orang yang berpikiran seperti punk berarti dia bukan pecundang tapi kalo tidak ada perlawanan dia untuk perubahan, revolusi di masa yang akan datang berarti dia pecundang, fuck off.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu komunitas akan memiliki aturan atau nilai yang dapat membedakan antara komunitas yang satu dengan komunitas yang lain. Sama halnya pada komunitas punk, yaitu nggota yang melakukan penyimpangan akan mendapat hukuman pengucilan dan tidak dianggap sebagai anggota komunitas punk.

3) Konsensus Terhadap Pola-Pola Normatif Penting a. Ideologi yang Sama

Di dalam sebuah komunitas terdapat suatu ideologi atau pemikiran yang sama sehingga menciptakan solidaritas di antara anggota kelompoknya. Anarkisme merupakan ideologi yang ada dalam komunitas punk.

Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis. Para anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerja sama saling membangun antara satu dengan yang lainnya (id.m.wikipedia.org/wiki/anarkisme).

Ideologi anarkis yang ada dalam komunitas punk memiliki arti bahwa tidak adanya suatu kesenjangan sosial diantara individu. Di dalam hal ini, komunitas punk melakukan suatu perlawanan yang bertujuan untuk

menghilangkan kesenjangan sosial tersebut dan menciptakan kebebasan dan kebersamaan diantara individu.

Keterlibatan komunitas punk dalam ideologi anarkis memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ciri khas tersendiri dalam gerakannya (id.m.wikipedia.org/wiki/Punk). Komunitas punk melakukan perlawanan terhadap sistem yang dibuat oleh pemerintah melalui pergerakan yang berasal dari ideologi anarkis, dalam hal ini lebih mengarah pada bentuk seni

Ideologi anarki yang dianut pada komunitas punk diekspresikan dalam bentuk hasil karya musik. Aksi yang dilakukan komunitas punk adalah dengan menyampaikan suatu kritik atau protes melalui lirik-lirik lagu. Hal ini diutarakan informan,R.D (lk, 22 tahun) sebagai berikut:

“Punk ini aksi perlawanan tapi nggak langsung berbenturan, tapi lebih ke seni, musik. Perlawanan dari punk bisa dari lirik-lirik lagu yang kami buat.Kalau anak punk ya gini lah perlawanannya, buat-buat kaset dari musik kayak lirikliriknya, misalnya ada kasetnya” Hal ini juga diutarakan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut:

“Kalau di sini bentuk perlawanan itu ditunjukkan dari musik. Dari lirik-liriknya.

Hal serupa diutarakan oleh informan, E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut: “Perlawanan yang di punk dibuat dari musik. Kami menyampaikan kritikan, protes kami lewat lagu, lirik-lirik lagu”

“Menolak sistem pemerintah yang salah, yang tidak berpihak sama rakyat kecil. Tapi perlawanan yang ditunjukkan punk itu dari seni” Hal yang sama diungkapkan oleh informan, J.O (lk, 30 tahun)sebagai berikut:

“Protes atau bentuk perlawanan dibuat jadi lagu. Misalnya kayak judul lagu di bandku,”satpol pp bangsat” . Jadi udah nggak langsung melakukan perlawanan fisik”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada awalnya komunitas punk merupakan wadah bagi kaum yang tertindas yang mempunyai tujuan untuk bebas dari keterpurukan. Komunitas punk melakukan pergerakan melalui pemberontakan terhadap sistem pemerintahan atau kelompok penguasa yang bertindak tidak adil terhadap masyarakat kelas bawah. Pada saat ini terdapat juga pergerakan yang demikian dari komunitas punk. Namun, pada saat ini komunitas punk mengalihkan aksi pemberontakan dari bentuk kekerasan menjadi suatu karya seni musik. Melalui musik komunitas punk menciptakan lirik, lagu dan musik dalam menyuarakan aspirasi perlawanan yang didasari oleh ideologi anarki tersebut.

b. Persamaan moral

Moral merupakan nilai yang dijadikan standar perilaku individu. Nilai-nilai dan norma-norma dalam suatu kelompokakan menunjukkan satu ciri dari solidaritas sosial kelompok tersebut. Anggota dari suatu kelompok biasanya menunjukkan keanggotaan mereka dengan gaya hidup atau simbol-simbol tertentu (pakaian, musik dan perilaku angggota).

yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat.

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya.

Komunitas punk memiliki persamaan moral yang ditunjukkkan dalam perilaku punker, dalam hal ini juga dapat dilihat pada penampilan punker yang disebut sebagai style ala punk. Pada umumnya komunitas punk dapat dikenali dengan penampilan yang ditunjukkan. Simbol-simbol yang terdapat pada setiap benda yang digunakan memiliki suatu makna, seperti pakaian berwarna hitam, jeans ketat, sepatu boots beserta berbagai aksesori. Pada awalnya, bagi komunitas punk, hal ini merupakan cara untuk menunjukkan solidaritas terhadap kaum yang masih tertindas di atas bumi. Penampilan yang ditunjukkan adalah simbol keberpihakan pada kaum yang tertindas. Sepatu boot militer yang merupakan simbol dari arogansi militer yang harus dilawan dengan kekuatan yang sama. Celana jeans ketat adalah simbol dari nasib kaum minoritas yang selalu terjepit. Rantai dan gembok adalah simbol kekuatan persatuan kaum punk. Namun pada saat ini penampilan ala punk telah menjadi suatu gaya yang digunakan oleh masyarakat umum, sehingga hal ini bukan merupakan satu ciri yang menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan penampilan ala punk merupakan seorang punker.

perilaku, hal ini berkaitan dengan prinsip kebebasan yang dianut dalam komunitas tersebut. Di dalam bermusik, komunitas punk memiliki persamaan nilai, yaitu lirik-lirik lagu yang menyangkut dalam bidang sosial. Hal ini diungkapkan oleh informan, M.A (lk, 23 tahun) sebagai berikut:

”Lirik-lirik lagu punk ini sendiri lebih ke sosial, sehari-hari”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut: “Punk ini cirinya ke sehari-harinya kita, bukan soal percintaan atau apa. Ini yang menandakan lagu punk”

Selain memiliki nilai yang sama dalam bidang musik, komunitas punk memiliki perilaku atau kebiasaan yang sama, seperti hidup di jalan. Hal ini diungkapkan oleh informan, C.S (lk, 21 tahun) sebagai berikut:

“Kami ini kayak street punk dibilang ya kami ini kayak gitu yang ada ya memang itu yang dijalani, langsung terjun ke jalanan. Tapi jalanan yang gimana ya itulah punk dan punk yang gimana street punk... bukan untuk memisahkan diri, tapi kan manusia itu punya perasaan, punya kesukaan ya kalo gini hati awak ya gini lah. Suka-suka awak ya kan”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, J.O (lk, 30 tahun) sebagai berikut: “ketemunya di jalan dibilanglah itu street punk. Yang penting punk lah, punk itu bukan mesti dijalan. Tapi memang kami lebih banyak ngabisin waktu dijalan juga”

“Kami bukan tinggal di jalan, tapi banyak hidup di jalan jadi dibilang lah street punk”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan moral dalam komunitas punk merupakan bentuk persamaan dalam berpenampilan dan perperilaku. Adanya nilai-nilai pada masing-masing hal yang ada dalam komunitas menciptakan kesamaan. Setiap anggota dalam komunitas punk menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna yang sama, hal ini membuat solidaritas sosial dalam komunitas tersebut. Komunitas punk menunjukkan keanggotaan dengan pakaian berwarna hitam, jeans ketat, sepatu boots beserta berbagai aksesori. Hal ini menunjukkan kepada hal perlawanan sesuai dengan ideologi yang dianut komunitas punk.

c. Pembagian Kerja Rendah

Adanya ikatan pada anggota dalam komunitas yang didasarkan dengan rasa kesetiakawanan, di mana dalam komunitas punk tidak terdapat pembagian kerja, artinya setiap individu di dalamnya berhak atas dirinya dan kehidupannya dalam komunitas tersebut. Sebagian besar punker memiliki pekerjaan yang dilakukan dalam komunitas, seperti menyablon, menerima jasa pembuatan pierching dan tattoo. Melalui pekerjaan tersebut para punker dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam hal ini para punker tetap memiliki kebebasan, yang memiliki arti bahwa para punker tidak terikat pada pekerjaan atau punker lain yang menyediakan pekerjaan tersebut. Hal ini diungkapkan oleh informan C.S (lk, 21 tahun) sebagai berikut:

“Cari skill, itulah kalo sekarang orang cari skill di punk, main musik. Jadi di jalanan itu dia nggak hanya cari makan, nongkrong tapi berkreativitas juga. Dari skill yang kita punya kita bisa survive”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, J.O (lk, 30 tahun) sebagai berikut: “Kita juga di sini nyari uang sendiri, sama kawan-kawan ini. Ada yang bisanya gambar, dia buka jasa tattoo. Di situ kan keliahatan etos Do It Yourself nya”

Demikian yang diungkapkan oleh informan, M.A (lk, 23 tahun) sebagaiberikut: “Punk itu lebih kepada mainset. Pola pikir dalam memandang bagaimana menjalani hidup, apa yang mau kita perbuat. Apakah kita hanya menunggu atau mencoba hal yang baru dengan pemikiran kita”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut: “...Manusia kan punya talenta masing-masing. Ada juga yang dulu kegiatannya nyablon, sekarang udah kerja di bank dia”

Sejalan dengan yang diutarakan oleh informan, I.C (llk, 29 tahun) sebagai berikut: “...Kita buat sendiri, kita kerja sendiri, kek lagu aja buat sendiri. Merekam sendiri kan terserah kita, cara kita”

Hak bebas yang dimiliki para punker menjadi sebuah sifat yang menunjukkan bahwa punker tidak memiliki rasa ketergantungan dalam menjalani hidup, hal ini berkaitan pada ideologi komunitas punk. Di dalam komunitas punk, anarkisme dimaknai sebagai kehidupan yang bebas, tanpa aturan yang mengekang dalam masyarakat. Ideologi anarkisme berkaitan dengan etika Do It Yourself atau

disingkat dengan D.I.Y, di mana Do It Yourself adalah etika yang dipakai komunitas punk untuk menjadi seorang yang bebas atau independent. Di dalam merealisasikan etika tersebut, komunitas punk dituntut untuk memiliki kreativitas dalam dirinya. Hal ini disebabkan agar seorang punker dapat bertanggung jawab dengan hidupnya yang memiliki ideologi anarkis tersebut. Hal ini diungkapkan oleh informan, I.C (lk, 29 tahun) sebagai berikut:

“D.I.Y itu masih juga dijalankan maksudnya dijalankan langsung. Artinya kita buat sendiri kita kerja sendiri, kayak lagu aja buat sendiri, ngerekam sendiri, produksi sendiri kan terserah kita, cara kita”

Hal ini diperkuat oleh informan, M.A (lk, 23 tahun) sebagai berikut:

“...ya etosnya itulah D.I.Y ya dalam jalani itu ka nggak bisa sendiri ya itu lah kita sosialisasi”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan J.O (lk, 25 tahun) sebagaiberikut: “Kalau pemikirannya sih lebih ke kemandirian, mengembangkan kemandirian dalam dirinya, manusiamanusia yang nggak mau berpangku tangan”

Sejalan dengan yang diungkapkan informan, F.H (pr, 20 tahun) sebagai berikut: “Kalau di sini udah nyaman kayak keluarga terus mandiri karena jauh dari keluarga:

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan, E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut:

Demikian yang diungkapkan oleh informan, S.C (lk, 21 tahun) sebagai berikut: “Iya, punk ini misinya berkaitan sama D.I.Y itu tadi, menciptakan manusia yang mandiri”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam komunitas punk tidak ada pembagian kerja, dari kegiatan-kegiatan yang ada para punker dapat menjadikannya sebuah keahlian. Dalam hal ini setiap punker yang telah memiliki skill masing-masing diberikan kebebasan dalam mengembangkan kemampuan tersebut dalam menjalani hidup. Seorang punker merupakan bagian dari komunitas namun memiliki kebebasan terhadap kemampuan yang ia miliki. Keterikatan yang dibentuk dalam komunitas punk tidak mengikat kebebasan pada seorang punker. Pembagian kerja rendah menuju pada tidak tergantungnya seorang punker. Hal ini juga didasari oleh etika kerja Do It Yourself, yaitu suatu tindakan yang dilakukan dari diri sendiri sehingga menciptakan ketidak tergantungan pada individu tersebut.

d. Kesadaran Kolektif Kuat

Perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang; bukan tindakan individu semata-mata. Perilaku kolektif merupakan aturan-aturan yang menjadi batasan dalam suatu kelompok. Dalam hal ini, batasan tersebut meciptakan sikap yang sama.

Perilaku kolektif dipicu oleh suatu rangsangan yang sama. Rangsangan ini, menurut Light, Keller dan Calhoun, dapat terdiri atas suatu peristiwa, benda atau ide. Istilah perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang yang muncul secara spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap kejadian

tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa, sehingga perilaku dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan (Sunarto, 2004; 187-188).

Perilaku kolektif dalam komunitas punk merupakan suatu bentuk tindakan untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk-bentuk kolektivitas yang ada dalam komunitas ini dapat berupa materi maupun moral. Bentuk materi yang dimaksud ialah dana, makanan, tempat dan peralatan yang dibutuhkan, sedangkan kolektivitas dalam bentuk moral ialah berupa dukungan dan partisipasi para punker dalam suatu kegiatan komunitas. Hal ini diungkapkan oleh informan, J.O (lk, 30 tahun) sebagai berikut:

“Kalau mau buat acara kita kolektivan, ngumpulin dananya sendiri. Nggak dari kawan-kawan yang di sini aja, kawankawan yang dari luar pun kadang ikut juga kolektivan”

Demikian juga yang dikemukakan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut:

“Biasannya kami kolektivan, ngumpulin dana untuk acara yang mau dibuat”

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan, R.D (lk, 22 tahun) sebagai berikut: “Nanti kami ngumpulin dananya dari kolektivan. Ada juga acara tahunan biasa di pendopo. Kalau itu event, acara non sponsor, acara kolektivan lah”

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, M.A (lk, 23 tahun) sebagai berikut:

“Acara kita kolektif, artinya kita pake dana masing-masing. Dana band no sponsor lah. Memang kadang ada juga yang acara itu di sponsorin, tapi kalau kita mencoba lah acara itu independen dari kita sendiri biar nggak dikokang sama pihak sponsor itu”

Hal lain diungkapkan oleh informan E.W (lk, 25 tahun) sebagai berikut: “Kemarin pernah juga ada rumah sakit mau digusur di Siantar jadi kami di hubungi sama kawan-kawan disana “datang lah di sini ada rumah sakit yang mau digusur” jadi datanglah kami ke sana kan. Jadinya rumah sakit itu nggak jadi digusur”

Selain lain itu, kesadaran kolektif diungkapkan oleh informan N.S (pr 26 tahun) sebagai berikut:

“Di sini juga saling peduli. Kalau ada kawan yang sakit, udah nggak ada orangtuanya, kita kolektivan untuk bayar rumah sakitnya”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, K.N (lk, 27 tahun) sebagai berikut: “Kalau kami semua punk di tiap scene di Medan, misalnya kalau ada anak punk yang sakit nanti semua patungan bantuin yang sakit itu”

Selain itu, kesadaran kolektif terbentuk pada saat terjadinya tekanan terhadap komunitas punk yang diungkapkan oleh informan, E.W (lk, 25tahun) sebagai berikut:

“Kemarin pernah juga ada rumah sakit mau digusur di Siantar jadi kami di hubungi sama kawan-kawan disana “datang lah di sini ada

rumah sakit yang mau digusur” jadi datanglah kami ke sana kan. Jadinya rumah sakit itu nggak jadi digusur”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, perilaku kolektif terbentuk karena adanya persamaan perasaan pada setiap anggota komunitas. Dalam hal ini kegiatan dalam komunitas punk dibentuk dengan adanya bentuk kolektivitas. Melalui perilaku kolektif komunitas punk dapat mengadakan kegiatan dengan etika Do It Yourself. Etika Do It Yourself merupakan pedoman bagi para punker dalam melakukan suatu hal, hal ini bertujuan untuk menciptakan individu yang mandiri. Setiap anggota komunitas punk merasa bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti acara musik, penanggungan dana anggota punk serta memperkuat hubungan kesetiakawanan, seperti pada saat menerima tekanan.

e. Hukum represif

Hukum represif merupakan suatu hukum yang bersifat menekan, mngekang dan memaksa. Hukum ini berlaku pada suatu komunitas yang memiliki ideologi dan misi yang sama. Di dalam komunitas punk terdapat hukum represif yang bertujuan untuk tetap menyatukan misi komunitas. Hal ini terjadi ketika seorang yang mengaku punker namun tidak memiliki pemikiran punk sehingga menunjukkan perilaku yang tidak umum dalam komunitas punk. Punker tersebut telah melakukan perilaku yang menyimpang di dalam ketentuan atau perilaku punk sehingga punker tersebut mendapat hukuman represif berupa pengucilan dan tidak dianggap sebagai anggota komunitas. Seperti yang diungkapkan oleh informan J.O (lk, 30 tahun) sebagai berikut:

“Kalo di punk itu memang gitu kejujuran harus ditonjolkan kali jadi

Dokumen terkait