• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Penanggulangan Kasus Terorisme di Sulawesi Selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Bentuk Penanggulangan Kasus Terorisme di Sulawesi Selatan

Dalam upaya pencegahan Tindak Pidana Terorisme, pemerintah melakukan langkah antisipasi secara terus menerus yang dilandasi dengan prinsip perlindungan hak asasi manusia dan prinsip kehati-hatian.

Penceghan tersebut dilaksanakan melalui:

1. Kesiapsiagaan nasional

Kesiapsiagaan nasional merupakan suatu kondisi siap siaga untuk mengantisipasi terjadinya Tindak Pidana Terorisme melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur,dan

perlindungan sarana dan prasarana, pengembangan kajian terorisme, serta pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.

Penanggulangan kasus terorisme oleh pemerintah, terkhusus di Sulawesi Selatan dalam hal ini berhubungan dengan penanganan kasus terorisme di pengadilan. Pemberian sanksi atau hukuman dari pengadilan diharapkan mampu menjadi efek jera. Sanksi dalam suatu aturan hukum merupakan komponen pemaksa yang tidak hanya ditujukan pada masyarakat umumnya dan pelaku tindak pidana terorisme. Pengaturan sanksi dalam Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme bertujuan agar masyarakat takut untuk terlibat dalam jaringan terorisme sebab pidana yang dijatuhkan cukup berat.

Dari data yang didapat dari Panitera Pengadilan Negeri Makassar, aksi teror dengan peledakan bom yang terjadi di Makassar sangat meresahkan. Berikut ini data nama-nama pelaku Tindak Pidana Terorisme yang telah di jatuhi hukuman yaitu :

1. Agung Hamid, tuntutan Hukuman mati dan vonis penjara seumur hidup.

2. Muh. Tang, tuntutan 8 tahun dan vonis 7 tahun.

3. Haerul, tuntutan 10 tahun dan vonis 7 tahun.

4. Imal Hamid, tuntutan 10 tahun dan vonis 6 tahun.

5. Anton Labesse , tuntutan 20 tahun dan vonis penjara 8 tahun.

6. Kaharuddin M, tuntutan 5 tahun dan vonis bebas.

7. M. Amir, tuntutan 7 tahun dan vonis 3,5 tahun.

8. Syaifullah, tuntutan 7 tahun dan vonis 3,5 tahun.

9. Muchtar Dg.Lau, tuntutan 10 tahun dan vonis penjara 7 tahun.

10. Suryadi Mas‟ud, tuntutan 17 tahun danvonis 8 tahun.

11. Suryadi S.Pd, tuntutan 10 tahun dan vonis 8 tahun.

12. Lukman, tuntutan 10 tahun dan vonis 7 tahun.

13. Usman, tuntutan 15 tahun dan vonis 8 tahun.

14. Ilham Riyadi, tuntutan 12 tahun dan vonis 8 tahun.

15. H. Hamid Rasyad, tuntutan 5 tahun dan vonis 2 tahun.

16. Masnur Bin Abd. Latif, tuntutan 20 tahun dan vonis 12 tahun.

Adapun pelaku teror bom di wilayah Sulawesi Selatan yang di sidangkan di Jakarta yaitu :

1. Jodi alias Umail, terlibat dalam pelatihan merakit Bom di Kabupaten Enrekang bersama dengan Abu Uswah.

2. Syarifuddin,terlibat dalam pelatihan merakit Bom di Enrekang bersama Abu Uswah dan menyimpan bahan peledak.

3. Fadli, terlibat dalam pelatihan merakit Bom di Kabupaten Enrekang serta ikut menyembunyikan pelaku teror bom Abu Uswah.

4. Andika, terlibat kasus pelemparan bom terhadap Gubernur Sulawesi selatan.

5. Arbain Yusuf, terlibat dalam upaya menyembunyikan Abu Uswah.

Penanganan terorisme pada proses hukum, penulis akan kemukakan berdasarkan kasus peledakan bom yang terjadi pada

tanggal 5 desember di dua tempat yaitu Mc. Donald Mall Ratu Indah Makassar dan Show Room NV. Hadji Kalla. Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa:

1. Nama : Masnur Bin Abd. Latif 2. Tempat Lahir : Kolaka

3. Tanngal Lahir : 1 Februari 1961 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Kebangsaan : Indonesia 6. Agama : Islam

7. Pekerjaan : Wiraswasta 8. Pendidikan : Sarjana

9. Alamat : Jalan Muh. Jufri No. 1 Makassar Terdakwa telah menjalani penahanan:

1. Penyidik sejak tanggal 11 Desember 2002 sampai 7 April 2003.

2. Penuntut Umum sejak tanggal 8 April 2003 sampai 28 Mei 2003.

3. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 29 Mei 2003 sampai 16 Oktober 2003.

Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa yang dipandang telah memenuhi rasa keadilan masyarakat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Hal yang memberatkan yaitu terdakwa melakukan tindak pidana sangat meresahkan masyarakat dan pemerintah sedang berupaya memberantas tindak pidana terorisme.

2. Hal yang meringankan yaitu terdakwa bersikap sopan di persidangan, terdakwa mempunyai tanggungan keluarga, dan terdakwa belum pernah dihukum.

Penanggulangan terorisme yang dikemukakan oleh Mansyur yaitu penerapan hukuman mati. Penerapan hukuman mati ini diharapkan menjadi efek jera bagi anggota teroris lainnya.

Menurut penulis, hukuman mati bagi para pelaku teroris justru tidak membuat mereka takut, justru itulah yang mereka inginkan. Mati adalah salah satu dari tujuan mereka untuk mendapatkan surga yang dijanjikan oleh Allah azza wa jallah. Bimbingan keimanan, akhlak, bimbingan baca Al Qur‟an disetiap keluarga harus dilakukan sejak dini, dan perbaikan ekonomi di setiap daerah harus segera dilakukan.

Penanggulangan yang tepat dan cepat harus segera dilakukan.

Penegak hukum harus lebih tegas lagi dalam pemberantasan tindak pidana terorisme. Dalam perumusan undang-undang sebaiknya memasukkan kaidah agama untuk lebih mempertegas sanksi yang diterapakan kepada para pelaku kejahatan.

Teori yang dikemukakan oleh Paul Bohannan mengenai pelembagaan ganda merupakan masukan kepada pemerintah khususnya pembuat undang-undang. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum semakin nampak jelas dengan dimasukkannya pengaturan tentang Perkawinan, Peradian Agama, Pengelolaan Zakat, Perwakafan Tanah Milik, dan Kompilasi Hukum

Islam. Hal ini dapat kita lihat dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1988 Tentang Peradilan Agama, 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan

Zakat,

4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik,dan

5. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.

2. Kontra radikalisasi

Kontra radikalisasi merupakan suatu proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan yang dilaksanakan terhadap orang atau kelompok orang yang rentang terpapar paham radikal terorisme yang dimaksudkan untuk menghentikan penyebaran paham radikal terorisme.

Kontra radikalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dikoordinasikan oleh badan yang menyelenggarakan urusan dibidang penanggulangan terorisme dengan melibatkan kementerian atau lembaga terkait.

Kontra radikalisasi dilakukan secara langsung atau tidak langsung melalui kontra narasi, kontra propaganda, atau kontra ideologi.

Menurut Najamuddin, salah satu bentuk penanggulangan terorisme yaitu penanam ideologi Pancasila sejak dini harus diterapkan. Kalau kita menengok kembali sejarah khusus di dunia pendidikan, dahulu di Sekolah Dasar (SD) siswa diajarkan tentang Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang disandingkan dengan Pendidikan Dasar Agama Islam (PENDAIS), juga diajarkan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Hal inilah yang dipandang oleh beliau perlu dipertimbangkan oleh pemerintah. Oleh karena itu Pendidikan Moral Pancasila dipandang perlu untuk diajarkan kembali di SD. Kemudian terhadap pelaku teror sebaiknya jangan di hukum mati, karena hukuman itu tidak membuat jera malah akan menimbulkan rasa dendam dari anggota lainnya.

Menurut penulis, manusia mempunyai posisi yang baik di dunia harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan profesinya masing-masing. Eksistensi beragama dapat dipertahankan bilamana anggota masyarakat tersebut mempunyai pengetahuan dan nilai-nilai budaya, yang didasarkan kepada agama. Pengetahuan dan nilai-nilai budaya baru dapat dimiliki jika setiap warga masyarakat mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan pendidikan itulah masyarakat mempertahankan eksistensinya, sebagai warga negara yang baik dan dapat mempertahankan hidupnya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jaman.

Allah Azza wa Jallah menegaskan dalam Al Qur‟an tentang pentingnya menuntut ilmu, yang artinya: “Janganlah engkau berhenti (tidak menuntut ilmu) apa saja yang belum engkau miliki”. (Al Isra:36).

Ayat tersebut merupakan dorongan bagi umat Islam agar berusaha keras untuk menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan dan imanlah seseorang akan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah.

Di ayat yang lain Allah berfirman yang artinya: “Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan.”(Al Mujadilah:11)

Demikianlah pentingnya pendidikan itu supaya setiap masyarakat menjadi warga negara yang cakap dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan serta mampu memahami bahwa ideologi Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara berarti Pancasila merupakan suatu hasil pemikiran konsep, gagasan suatu teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya, atau tersusun secara sistematis dan dicita-citakan yang digali dan diambil dari nilai-nilai luhur budaya masyarakat Indonesia.

Pancasila merupakan sumber nilai bagi bangsa dan negara Indonesia karena proses terbentuknya sejalan dengan proses peradaban manusia Indonesia. Nilai-nilai itu tidak cukup hanya diakui

ketinggiannya, tetapi terus dipelihara dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Deradikalisasi

Deradikalisasi merupakan suatu proses yang terencana yang dilaksanakan untuk menghilangkan dan membalikkan pemahaman radikal terorisme yang telah terjadi. Deradikalisasi dilakukan kepada:

tersangka, terdakwa, terpidana, narapidana, mantan narapidana terorisme, atau orang atau kelompok orang yang sudah terpapar paham radikal terorime.

Deradikalisasi terhadap orang atau kelompok orang dapat dilakukan melalui:

a. Pembinaan wawasan kebangsaan, b. Pembianaan wawasan keagamaan, dan c. Kewirausahaan.

Menurut Muhammad Rizal, salah satu bentuk penanggulangan terorisme yang harus dilakukan adalah pembinaan iman (aqidah).

Iman yang benar akan melahirkan sikap kepatuhan pada ajaran dan norma-norma yang telah digariskan dalam hukum, dan pelaksanaan norma dan hukum tersebut yang didasari oleh aqidah yang benar akan melahirkan perilaku zhahiriyah dan bathiniyah yang sesuai dengan kaidah dan norma moralitas (akhlak).

Di antara bermacam-macam kotoran bathin atau kotoran hati adalah terjerumusnya hati ke lembah perbudakan hawa nafsu serta

menjadi abdinya. Sedangkan kotoran akal pikiran adalah terjerumusnya akal itu di bawah kekuasaan keragu-raguan dan syakwa sangka. Dengan begitu seluruh kehidupannnya dalam segala tindakan senantiasa diselimuti dengan perasaan serba ragu.

Kebodohan, kemiskinan, hidup dalam tekanan adalah merupakan kotoran sosial. Suatu kehidupan masyarakat yang sudah dijangkiti penyakit kebodohan dan kemiskinan, merupakan suatu tanda akan dekatnya masa kehancuran dari masyarakat tersebut.

Manakala amar ma‟ruf nahi munkar telah suram dan bahkan padam sama sekali, alamat kebodohan dan kejahilan hidup dengan suburnya.

Selanjutnya kata beliau, perbaikan ekonomi harus pula dilakukan. Karena kemiskinan dekat dengan kekufuran. Orang yang miskin terkadang luluh ketika dijanjikan harta, dan uang.

Allah Azza wa Jallah berfirman dalam Al Qur‟an yang artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah sesuatu bangsa (menjadi maju/terkebelakang) sehingga bangsa itu yang mengubahnya sendiri.”(Ar Raad:11)

Rasulullah juga telah mengisyaratkan bahwa kemakmuran itu tidak akan datang dengan sendirinya kecuali harus dicapai melalui kerja keras. Dalam masalah lapangan kerja, Rasulullah menerangkan bahwa pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan atau usaha yang diciptakan sendiri. Rasululah pernah ditanya oleh salah seorang sahabat: “ Pekerjaan mencari nafkah yang bagaimana yang paling baik

wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab :”Pekerjaan seseorang atas usaha tangannya sendiri”.

Adapun bentuk penanggulangan menurut Arfah Emba yaitu:

bimbingan keimanan, pendidikan akhlak sejak kecil, mengajarkan Al Qur‟an, dan sosialisasi bahaya terorisme melalui ceramah.

Hal yang senada di kemukakan oleh Najamuddin, salah satu bentuk penanggulangan terorisme yaitu dengan menanamkan aqidah yang benar kepada anak-anak sejak mereka masih kecil. Selanjutnya kata beliau, pemerintah harus memperhatikan nasib para pengangguran dengan cara memberikan modal usaha kepada mereka.

Menurut penulis, pemerintah telah melakukan berbagai macam program dalam mengatasi masalah tersebut. Program tersebut antara lain:

1. Pemberantasan baca tulis Al Qur‟an

Menurut Umar Bani, pendidikan baca tulis Al Qur‟an sejak dini perlu diterapkan, karena ini adalah modal dasar untuk memahami ajaran agama. Beliau mengapresiasi langkah pemerintah, terkhusus pemerintah Kabupaten Gowa yang telah mengeluarkan aturan bahwa setiap murid lulusan SD harus memiliki ijazah atau sertifikat lulus baca Al Qur‟an (Ijazah TK-TPA).

2. Pemberian modal bergulir (PNPM Mandiri) 3. Program belajar 9 (sembilan) tahun

Umar Bani mengemukakan bahwa bentuk penanggulangan terorisme yang tepat adalah pencegahan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan warga masyarakat memantau pendatang (tetangga baru), silaturahmi kepada mereka, mengundang untuk datang di pengajian rutin pengurus masjid, dan sosialisasi bahaya terorisme.

Menurut penulis, program pemerintah ini harus mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Anak yang fasih membaca Al Qur‟an, memahami arti dan maksudnya, maka akan mampu mengamalkan serta mampu memfilter ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan aturan yang ada di negara kita tercinta.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Bertolak dari rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengajukan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pandangan hukum Islam terhadap terorisme adalah perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam, karena sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan perdamaian, keselamatan, kesejahteraan, serta kepatuhan kepada hukum Allah azza wajallah.

2. Adapun bentuk penanggulangan terorisme di Sulawesi Selatan yaitu:

a. pembinaan wawasan keimanan (aqidah), b. pembinaan wawasan kebangsaan,

c. pemerataan ekonomi masyarakat melalui pemberian modal bergulir, d sosialisasi bahaya terorisme melalui ceramah dan pengajian rutin,dan e. pemberiaan sanksi yang berat kepada pelaku teror.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka adapun saran- saran dari penulis : 1. Aparat penegak hukum harus lebih tegas bertindak dalam

menyelesaikan masalah tindak pidana terorisme.

2. Hakim harus menjatuhkan hukuman yang berat kepada para pelaku kejahatan terorisme.

3. Diharapkan peran serta masyarakat, tokoh agama, berupa dukungan dan bantuan, serta sosialisasi bahaya terorisme dalam rangka penanganan kejahatan terorisme.

DAFTAR PUSTAKA

A.C., Manullang, 2006. Terorisme & Perang Intelijen Dugaan Tanpa Bukti, Manna Zaitun, Jakarta.

Agus SB, 2014. Darurat Terorisme Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Daulat Press, Jakarta.

Arief, Barda Nawawi. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Adami, Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1. PT Raja Grafindo, Jakarta.

Andi, Hamzah. 1986. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta.

---. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta.

Fajar Purwawidada, 2014, Jaringan Baru Teroris Solo, GramediaJakarta : Gramedia, Jakarta.

Kanter E.Y & S.R. Sianturi. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya. Storia Grafika, Jakarta.

Lamintang, P.A.F,1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bakti, Bandung

Mardenis, 2010. Pemberantasan Terorisme: Politik Internasional dan Politik Hukum Nasional Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Marwan Mas, 2014. Pengantar Ilmu Hukum.Ghalia Indonesia, Bogor

M. Riza Sihbudi, 2000 Dimensi Internasional Terorisme, Spektrum, Jakarta.

Moeljatno.1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana. Bina Aksara, Jakarta.

Prasetyo, Teguh. 2010. Kriminalisasi dalam Hukum Pidana. Nusa Media, Bandung.

Prasetyo, Teguh dan Barkatullah. 2005. Politik Hukum Pidana. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Prodjodikoro,Wirjono. 1980. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, P.T Eresco, Jakarta.

---,2003. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung.

Dokumen terkait