• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah RW 04

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Bentuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah RW 04

Dari hasil penelitian di Kelurahan Kayumanis untuk lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R baru hanya terdapat di wilayah RW 04. TPS RW 04 ini berdiri sejak bulan April 2012, dan mulai beroperasi sejak awal Januari 2013. Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu ini sebagian besar hasil bantuan dana dari Pemenrintah Provinsi Jawa Barat, dari mulai penyediaan lahan, material untuk mendirikan bangunan, dan mesin-mesin untuk pengelolaan sampah.

Petugas di TPS RW 04 terdiri dari 5 orang petugas dan di Kepalai oleh Bapak Mahmud dan sebagai pengawas yaitu Bapak Zainudin selaku Ketua RW 04. Berikut hasil wawancara langsung dengan Bapak Mahmud terkait pengelolaan sampah rumah tangga di RW 04, wawancara ini dilakukan di salah satu ruangan yang berada di dalam tempat pengelolaan sampah RW 04, pertanyaan pertama yang diberikan adalah sejak kapan tempat pengelolaan ini didirikan? Berikut jawabannya :

“iya kang, tempat ini mulai operasi bulan Januari 2013,

mulai dibangunnya mah dari April 2012,ini teh semua dari hasil bantuan Provinsi Jabar, sama mesin-mesin juga yang ada di sini, dari mulai mesin penghancur yah, itu yang ijo, terus mesin pengayak dan juga mesin pengepres, Cuma kalau mesin pres yah, itu dari awal sampai sekarang belum pernah dipake sekali juga, karena listrik kita gak kuat, itu

mesin harus pake listrik 3000 wat, sedangkan ditempat ini

listriknya cuma 2000 wat”.6

Lalu diberikan pertanyaan berikutnya yaitu, bagaimana bentuk pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan di RW 04 ? berikut jawabannya:

“emm, artinya begini yah, jadi intinya sampah dari

masyarakat kita ambil dan kita olah di tempat pengelolaan ini, sampah yang ada kita olah, untuk sampah basah kaya sisa sayuran kita bikin kompos pake mesin ijo itu, terus untuk sampah kering dan plastik kita bersihkan kemudian kita jual kepada pengepul, untuk saat ini sih masih sampah dari rw empat yang kita layani, kita si pengennya dari semua rw. Tapi memang masih banyak kekurangan, jadi kita masih fokus terhadap sampah dilingkungan kita sendiri”.

Lebih lanjut peneliti menanyakan terkait biaya produksi, dana yang didapatkan berasal dari mana? Berikut jawabannya :

“yah, dari iuran masyarakat, jadi setiap bulannya kita

kumpul per kepala keluarga ini sepuluh ribu, jadi kan untuk timbal balik juga, kemudian juga karena kita bekerja sama adengan dinas kebersihan, jadi kita masih dibantu, jadi sumber biaya itu, berasal dari tadi iuran, terus penjualan sama bantuan dari DKP Kota Bogor, itu aja sih”.

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang, apa saja kesulitan atau masalah yang dihadapi dalam mengelola tempat pengelolaan sampah ini? Berikut jawabannya:

“yah setiap daerah pasti punya masalah-masalahnya sendiri yah, kalau di tempat ini kita masih kesulitan dari segi alat, kita kan masih menggunakan mesin itu yang ijo, jadi itu gak bisa dimasukan sampah yang basah, harus nunggu kering dulu baru kita bisa oprasikan, yah seperti yang saya bilang kita punya alat pres yang sampai saat ini belum dipergunakan, karena dayanya yang tidak kuat, itu kan mesin 3000 lebih lah, sedangkan kita cuma punya listrik 1300, meskipun tambah daya, pasti biaya oprasional pasti

nambah, jadi kita biarkan saja, untuk ngpres manual saja”. Terakhir peneliti menanyakan tentang, bagaimana partisipasi masyarakat

6

Hasil wawancara dengan Bapak Mahmud (Kepala Tempat Pengelolaan Sampah RW 04), 2 Desember 2014.

di wialayah ini dalam mengelola sampah?, berikut jawabannya:

“saya rasa kalau semua sama kalau diperkampungan, belum

terlalu mengenal pengelolaan sampah, karena tadi kita berdiri sejak 2012, itu kan baru, jadi awal berdiri kita mensosialisasikan kepada warga tentang pengelolaan sampah seperti apah, tapi untuk saat ini alhamdulillah warga cukup sadar dalam menjaga lingkungan, khususnya

dalam hal sampah”.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Mahmud selaku ketua Petugas TPS RW 04 merupakan bantuan langsung dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, bantuan tersebut berupa bangunan, alat angkut, dan juga mesin-mesin pendukung pengelolaan sampah seperti mesin penghancur sampah organik, mesin pengayak, dan juga mesin pres. Tetapi untuk mesin pres yang ada di TPS RW 04 tidak pernah digunakan dari sejak diberikan, ini disebabkan karena listrik yang dibutuhkan untuk menghidupkannya mencapai 3000 watt. Tetapi kapasitas yang terdapat di TPS RW 04 hanya mencapai 2000 watt, itu penyebab utama mesin tidak pernah digunakan.

Gambar 4.3

Mesin Pengayak Bantuan dari Pemerintah Provinsi

Untuk tahapan-tahapan di TPS RW 04 sendiri yaitu, Pertama setiap hari sampah-sampah warga di angkut oleh petugas TPS. Selanjutnya sampah yang terkumpul dipisahkan yakni sampah organik dan nonorganik. Untuk sampah organik seperti sisa sayuran dan dedaunan, akan dijadikan pupuk organik dengan menggunakan mesin. Hal ini dilakukan dengan mengeringkan sampah yang basah. Karena menurut Bapak Mahmud dari hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa sampah yang basah harus dikeringkan terlebih dahulu, ini dikerenakan apabila sampah basah tetap dimasukan kedalam mesin penghancur, mesin akan tiba-tiba mati, oleh karena itu sampah harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Setelah sampah organik dihancurkan tahap selajutnya sampah di saring dengan mesin pengayak, ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pupuk organik yang halus, dan untuk memisahkan dari benda-benda lain yang tercampur.

Untuk sampah non-organik seperti gelas plastik, kaleng, kertas, kardus dan lain-lain petugas hanya memilah dan membersihkan untuk kemudian dijual ketempat rongsokan, harapan dari pengelola TPS RW 04 adalah adanya bantuan untuk membeli alat penghancur plastik, menurut Bapak Zainudin

(Ketua RW 04) “jika ada mesin penghancur plastik, nilai jual olahan sampah

plastik akan semakin tinggi, tidak seperti sekarang sampah plastik hanya

dirapihkan dan dibersihkan”.7

seperti pada gambar 4.4 berikut: Gambar 4.4

Kegiatan Petugas di Tempat Pengelolaan Sampah

Sumber : Dokumentasi Penelitian Tahun 2014

7

Hasil wawancara dengan Bapak Zainudin (Ketua RW 04), 2 Desember 2014. Di Rumah Bapak Zainudin.

Untuk perihal pembiayaan di TPS RW 04 ini bersumber dari iuran warga setipa bulannya, dimana setiap kepala keluarga RW 04 wajib membayar iuran sampah sebesar sepuluh ribu rupiah setiap bulannya, biaya ini untuk biaya oprasional dan pengangkutan sampah. Seperti hasil wawancara yang dilakukan kepada Ketua RW 04 berikut :

“untuk biaya memang kita sangat membutuhkannya yah, selain dari hasil penjualan pupuk kompos dan juga sampah non-organik. Kita juga mewajibkan warga untuk mebayar iuran untuk setiap bulannya warga diwajibkan membayar sepuluh ribu gitu yah, itu juga untuk ongkos angkut sampah lah ibaratnya. Karena sampah warga kita angkut setiap harinya, dan juga untuk membeli pulsa listrik, karen

mesin-mesin disni kan pake listrik semua, jadi gitu”.8

Dari keterangan yang dijelaskan oleh Bapak Zainudin di atas tentang sumber biaya yang berasal dari warga, dibenarkan oleh beberapa masayarakat yang telah diwawancarai terkait iuran sampah yang harus dibayarkan warga setiap bulannya, di antaranya dari hasil wawancara terhadap Bapak Dedi warga RW 04 berikut:

“kalau pengelolaan sampah rumah tangga ya mas, yah

kebetulan disini kita punya tempat pengelolaan sampah, yang dibawah sana, kalau mau nanti kesana, jadi sampah yang ada dimasyarakat dikumpulkan kemudian setiap hari diangkut menggunakan gerobak sama petugas, kemudian sampah yang sudah kumpul itu, diolah di tempat pengelolaan sama petugas, biasanya jadi pupuk gitu mas, nanti setiap bulannya kita harus bayar mas sepuluh ribu, buat uang kebersihan dan juga sebagai upah aja karena sampah kita ada yang angkut. jadi gitu ja sih yang saya tau,

tentang pengelolaan sampah”.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Bapak Dedi, Ibu Haniroh pun membenarkan tentang iuran sampah tersebut seperti hasil wawancara berikut:

8

“kalau setau saya sih pengelolaan sampah itu yang

mengolah sampah menjadi barang yang berguna, kaya ditempat pengelolaan sampah yang dibawah itu yah, kita warga ngumpulin sampah nanti petugas ngambil sampah terus diolah ditempat itu, terus setiap bulannya kita membayar uang sampa sepuluh ribu itu untuk timbal balik

karena sampah kita sudah diangkut”.

Jika dihubungkan dengan tahapan pengelolaan sampah yang baik dan benar, maka di wilayah RW 04 sudah melakukan pengelolaan sampah dengan baik dari mulai tahap pengumpulan, tahap pengakutan dan tahap pemusnahan, untuk tahap pemusnahan kegiatan yang dilakukan adalah

composting yakni pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau. Selanjutnya

reduction metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah kebentuk yang lebih kecil, penghancuran dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin hasil bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Secara keseluruhan dapat disimpulkan pengelolaan sampah yang dilakukan di RW 04 sudah termasuk terbaik pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Kayumanis.

3. Bentuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah RW 07-RW 12 ( Zona C )

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kayumanis diketahui jika di wilayah RW 07 sampai dengan RW 12 ini memiliki bentuk pengelolaan yang sama, hal ini disebabkan karena wilayah tersebut memiliki topografi dan keadaan lingkungan yang hampir sama, dimana ketika melakukan observasi peneliti melihat masih dengan mudah dijumpai lahan-lahan kosong disekeliling rumah warga, bentuk pemukimannya pun tidak saling berhimpitan, dan masih ditumbuhi pepohonan sehingga terasa asri dan sejuk.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap para Ketua RW dan beberapa masyarakat sekitar diperoleh informasi tentang bentuk pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan masyarakat, dimana sampah di wilayah ini tidak menjadi masalah yang terlalu dipikirkan masyarakat, karena di wilayah ini sampah yang dihasilkan dari rumah tangga tinggal dibuang saja ketempat sampah permanen yang berada di depan maupun di belakang rumah, seperti yang dijelaskan sebelumnya di wilayah ini masih dengan mudah di temui lahan-lahan atau tanah kosong di belakang rumah yang biasanya dijadikan tempat sampah seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5

Lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah

Sumber : Dokumentasi Penelitian tahun 2014.

Selain di biarkan begitu saja, biasanya warga membakar sampah kering seperti kertas, botol pelastik dan pelastik di tempat pembakaran yang biasanya warga sebut dengan tabunan, seperti pada wawancara yang

dilakukan terhadap Bapak Mas’ud Ketua RW 12 berikut :

“pengelolaan sampah ya sampah itu di olah jadi barang bermanfaat kan, kalau disini ya pengelolaannya masing-masing, karena disni masih luas lahannya, jadi kalau buang sampah di pelataran aja, langsung di bakar ja di tabunan

jadi warga disini gak terlalu musingin ibaratnya, buat ngelola sampah jadi sampah tinggal buang ja ke kebon”9

9

Penjelasan Ketua RW 12 juga di perkuat dengan pernyataan beberapa warga yang terlah di wawancarai diantaranya Bapak Latif Warga RW 12 Ketika ditanyakan bagaimana pengelolaan sampah di wilayahnya, jawabannya sebagai berikut:

“untuk pengelolaan sampah sendiri kalau di kita itu belum ada mas, memang si sangat bagus kalau memang program itu ada, buat menambah pemasukan juga yah, seperti di TPA galuga itu disana orang sengaja dateng buat beli sampah pelastik, buat diolah lagi, itu menguntungkan loh kalau untuk di sini sampah yah tinggal buang aja ke kebon kalau engga paling juga dibakar di tabunan”.

Tidak jauh berbeda penjelasan dari informan sebelumnya, Bapak Salam warga RW 12 pun menjelaskan pengelolaan sampah di wilayahnya sebagai berikut :

“pengelolaan sampah itu kegiatan pemanfaatan sampah, dari barang ngga berguna menjadi barang yang berguna, tapi kalu disini mah si, belum diterapin pengelolaan sampah itu, warga tinggal buang aja di belakang rumah terus kita bakar deh di tabunan”.

Apabila dihubungkan dengan tahapan pengelolaan sampah yang baik dan benar yakni dengan tahapan pengumpulan, tahapan pengangkutan dan tahapan pemusnahan, maka masayaraka di Zona C sudah melakukan pengelolaan sampah, namun apa yang dilakukan masyarakat belum maksimal terlihat pada tahapan pemusnahan warga tidak melakukan ricycle atau pengolah kembali sampai menjadi barang yang bermanfaat, tapi masyaraka lebih memilih tahapan pemusnahan dengan metode dumping yakni sampah dibuang atau diletakan begitu saja ditanah lapangan, jurang atau tempat sampah, kemudian warga juga menggunakan metode individual incenaration

yakni pembakaran sampah secara perseorangan ini biasanya dilakukan oleh penduduk terutama didaerah pedesaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan warga yang tinggal di Zona C masih kurang dalam hal kesadaran dalam mengelola sampah rumah tangga.

4. Bentuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kayumanis

Pengeloaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan, dan pembuangan akhir.10 Sedangkan menurut Bapak Dudum Dumiyati selaku Kepala Kelurahan Kayumanis menjelaskan tentang pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Kayumanis pada saat wawancara yang dilakukan di Ruangannya di Kantor Kelurahan Kayumanis seperti berikut:

“yang sementara ini pengelolaan sampah rumah tangga tuh kalau tidak salah kita melakukan kegiatan untuk menangani permasalahan sampah, minimal memisahkan sampah organik dan non organik, kalau disini itu baru di rw 04 aja yah ada bantuan alat dari gubernur kalau yang lain belum yah, saya mah sih berharap semua wilayah bisa melakukan

kegiatan pengelolaan sampah”.

Dari hasil wawancara terhadap Kepala Kelurahan yang mejelaskan bahwa di wilayahnya tempat pengelolaan sampah hanya terdapat di RW 04. Hal ini dibenarkan dari hasil wawancara terhadap Ketua RW 02 Bapak Maksum beliau menjelaskan sebagai berikut:

“harusnya kaya di rw 04 itu dia punya tempat khusus buat ngolah sampah karena memang di kelurahan ini baru disana ada tempat pengelolaan, harusnya seperti itu atau di kelurahan harus ada tempat pengelolaannya, jadi sampah satu kelurahan itu di kelola, lumayan kalau di kelola, sampah se kelurahan kan banyak itu, haha”.

Kemudian pendapat Ketua pengelola Tempat Pengelolaan RW 04 Bapak Mahmud menjadi pembuktian penjelasan yang di berikan Bapak Lurah, berikut penjelasan Bapak Mahmud:

“kalau untuk tempat pemgelolaan sampah sendiri

khususnya di kelurahan kayumanis yah baru ada di kita aja,

10

ini juga kita langsung mengajukan kepada pemerintah provinsi untuk meminta bantuan baik itu lahan dan juga mesih-mesin pendukungnya”.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Kelurahan diketahui Di Kelurahan Kayumanis tempat pengelolaan sampah hanya terdapat di RW 04, sementara di RW yang lain belum ada. Jadi pemahaman tentang pengelolaan sampah sebenarnya sudah dipahami oleh masyarakat yang tinggal di wilayah RW 04 saja. Dan untuk diwilayah lain hanya sebagian kecil yang memahami tentang pengelolaan sampah tersebut. Untuk wilayah RW 01-03 dan RW 05-06 melakukan pemusnahan sampah dengan metode dumping yakni Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau tempat sampah. Sementara di wilayah RW 07-12 masyarakat banyak sekali melakukan tahap pemusnahan dengan metode

individual incenaration, yakni melakukan pembakaran secara perseorangan. Sistem pengurangan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Kayumanis belum berjalan secara efektif, sampah rumah tangga yang dibuang oleh masyarakat yaitu berupa sisa sayuran, plastik, kaleng bekas, botol minuman, dan sisa makanan, sebagian masyarakat ada yang masih memanfaatkan sampah rumah tangga melalui penggunaan kembali ada juga masyarakat yang menjual botol-botol minuman, plastik, kaleng-kaleng bekas, kertas kepada penjual rongsokan. Namun ada juga masyarakat yang membuang semua sampah rumah tangga mereka tanpa melakukan pengurangan terhadap sampah rumah tangga. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kelurahan Kayumanis sebagian besar belum berperan aktif dalam mengelola sampah rumah tangga.

Dari hasil pembahasan hasil penelitian terdapat kemiripan hasil penelitian dengan Tesis milik Pada Yessi Theresia Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2009 melakukan penelitian tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui strategi pengeloaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh Berdasarkan

data dan hasil analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sidorame Timur belum berjalan dengan baik.

Hal ini dapat di lihat dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah pada tempat yang telah disediakan yang menyebabkan banyaknya sampah yang bertumpuk di parit (drainase) serta penanganan sampah yang dilakukan oleh pemerintah masih mengalami banyak hambatan terutama minimnya petugas sampah yang mengangkut sampah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa sampah mempunyai nilai ekonomis, menyadarkan masyarakat agar membuang sampah ke tempat yang telah disediakan, membuat bak kontainer di TPS agar sampah tidak berserakan, menambah jumlah petugas kebersihan dan mengubah sistem pembuangan akhir menggunakan metode pemisahan sampah sehingga sampah bernilai ekonomis dan tidak bertumpuk di atas lahan terbuka.

Persamaan penelitian ini ialah sama-sama membahas tentang analisis pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan masyarakat yang hasilnya sama-sama masih belum optimal, dikarenakan kurangnya kesadaran dan juga sosialisai tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

D. Hasil Temuan Penelitian

Dalam penelitian yang menitik beratkan pada bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga yang di lakukan masayarakat di Kelurahan Kayumanis, di dapatkan beberapa temuan-temuan terkait pengelolaan sampah. Yakni terdapat 3 metode penanganan sampah yang ada di Kelurahan Kayumanis yaitu:

1. Dumping yaitu sampah dibuang atau diletakan begitu saja di tanah lapangan, ini dilakukan di wilayah yang memiliki lahan kosong yang luas, untuk di Kelurahan Kayumanis metode ini banyak dilakukan di wilayah RW 01,02,03,05,06 wilayah ini termasuk menerapkan metode dumping karena sampah yang dihasilkan

tidak dikelola, hanya dikumpulkan kemudian di angkut dan kemudian di buang ke TPA Galuga Kabupaten Bogor, selanjutnya di wilayah RW 07-12 karena memang di wilayah ini banyak dijumpa lahan dan tanah kosong, sehingga masyarakat meletakan begitu saja sampah rumah tangga yang dihasilkan pada lahan-lahan kosong tersebut.

2. Individual incenaration yaitu melakukan pembakaran sampah secara perorangan biasanya dilakukan pada sekala rumah tangga dan sering di terapkan diwilayah perkampungan. Metode ini di lakukan di wilayah RW 07-12, banyak dijumpai selain dengan meletakan sampah begitu saja, sebagian masyarakat ada yang membakar pada tempat yang telah dibuat sebelumnya yakni dengan mmbuat lubang di tanah dengan ukuran 1x1 meter yang biasanya masayarakat sekitar menyebutnya dengan tabunan.

3. Reuse, reduse dan Recycle (3R), metode ini dilakukan dengan mengumpulkan, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan, untuk di Kelurahan Kayumanis metode ini diterapkan di wilayah RW 04 karena memang ditempat ini terdapat tempat pengelolaan sampah terpadu, hal yang dilakukan di tempat ini adalah dengan mengumpulkan sampah warga, kemudian memisahkan antara sampah basah dengan sampah kering, selanjutnya sampah basah dibuat menjadi pupuk kompos dengan menggunakan mesin-mesin yang ada dan menjual sampah-sampah kering kepada pengepul yang sebelumnya telah dibersihkan.

Bila kita berbicara tentang pengelolaan sampah, ini tidak bisa dilepaskan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang pengelolaan sampah, di dalam undang-undang dijelaskan ketentuan

umum, asas dan tujuan, tugas dan wewenang Pemerintah, hak dan kewajiban, perizinan, penyelenggaraan pengelolaan sampah, pembiayaan, kerjasama kemitraan, peran masayarakat, larangan, pengawasan, sanksi, penyelesaian sengketa, penyidikan, ketentuan pidana dan ketentuan peralihan. Undang-undang ini menjadi sebuah acuan dalam mengelola sampah, dalam Undang- undang-undang ini dijelaskan pengelolaan sampah dengan konsep 3R (reuse,reduce

dan recycle). Dari hasil temuan yang peneliti temukan di penelitian yang dilakukan terkait pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kayumanis. Hanya satu wilayah RW yang menerapkan konsep 3R yakni di RW 04.

Di wilayah ini terdapat tempat pengeloaan sampah terpadu, dan untuk wilayah RW yang lain baru pada tahap pengumpulan dan pembuangan, tetapi untuk tahap pengelolaan sampah menjadi barang yang bermanfaat belum ada. Jadi dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini diketahui bentuk pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kayumanis masih kurang baik. Dan perlu ditingkatkan lagi kesadaran masayarakat untuk menjaga kebersihan dengan adanya sosialisasi secara rutin yang dilakukan pemerintah khusunya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

75

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Analisis Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kayumanis Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor diketahui bentuk pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah yaitu :

1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Kayumanis, berbeda penanganannya setiap wilayahnya,

Dokumen terkait