• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

6. Pengelolaan Sampah

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 “tentang pengelolaan sampah bahwa prinsip dalam mengelola sampah adalah reduse, reuse, dan recycle

yang dikenal sebagai 3R atau mengurangi, menggunakan kembali, dan mengolah”.14

Jadi pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transpor, pengolahan, dan pembuangan akhir. Ada beberapa tahapan didalam pengelolaan sampah yang baik diantaranya :

a. Pengumpulan Sampah

Proses pengumpulan sampah harusnya dilakukan dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya. Pengumpulan sampah yang tidak sesuai dengan tempatnya merupakan salah satu masalah dar pencemaran lingkungan. Menurut Adrian Nugraha “pengumpulan sampah yang ialah pengumpulan sampah dari bak-bak sampah yang ada di rumah-rumah, kantor, pasar dan sebagainya”.15

Pengumpulan sampah yang ditentukan pada suatu lokasi akan mempermudah proses pengangkutan dan proses pengelolaan sampah berikutnya.

13

Kodoati. Robert J. pengeloaan sumber daya air terpadu. ( yogyakarta, Andi yogyakarta 2008.) h, 205

14

Fathiras. Nasya, “Analisis pengelolaan sampah ditempat pembuangan akhir pasir

sembung Kabupaten Cianjur”, (Skripsi pada Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2011), h. 14, tidak dipublikasikan

15

Adrian R Nugraha, Menyelamatkan Lingkungan dengan Pengelolaan Sampah. (Jakarta : PT. Cahaya Pustaka Raga, 2010), h.23.

b. Pengangkutan

Pengangkutan sampah sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli dibawah pengawasan Dinas Kebersihan. Pengangkutan sampah dalam sekala rumah tangga biasanya menggunakan gerobak untuk mengangkut sampah untuk kemudian dikumpulkan di tempat pembuangan sementara. Dalam skala yang lebih besar maka pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk atau kontainer dalam proses pengangkutan ke tempat pembuangan akhir.

Untuk masukan kepada pemerintah yang berkaitan dengan masalah sampah dalam hal ini Dinas Kebersihan sebaiknya pengangkutan menggunakan truk atau kendaraan bak tertutup, karena sampai saat ini sebagian besar di berbagai wilayah pengangkutan masih menggunakan truk dengan bak terbuka sehingga menimbulkan berbagai hal yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan salah satunya timbulnya bau tidak sedap saat melewati jalan.

c. Pembuangan

Sampah yang sudah terkumpul harus ketempat pembuangan

sampah. Menurut Adrian R Nugraha “maksud tempat buangan sampah

adalah tempat pembuangan sampah terakhir setelah dikumpulkannya dari tempat-tempat pengumpulan”.16

Seharusnya tempat pembuangan sampah seharusnya dekat dengan sumber sampah agar proses pengelolaanya lebih cepat dan meminimalisir biaya pengangkutan. d. Penimbunan

Terdapat beberapa cara dalam penimbunan sampah diantaranya adalah open dumping, dumping at sea dan sanitary landfill.

1) Open dumping

Open dumping atau penimbunan terbuka yaitu dengan cara membuang dan menumpuk sampah di tempat terbuka. Penimbunan terbuka merupakan cara yang sederhana dalam penanganan sampah. Namun terdapat keuntungan dan

16

kerugiannya.

Menurut Yul Harry Bahar, Keuntungannya adalah biaya penanganan relatif murah, dapat menampung berbagi jenis sampah, memanfaatkan lahan yang tidak digunakan dalam waktu lama dapat menyuburkan lahan tersebut. Sedangkan kerugiannya adalah mudahnya berkembang hama tikus insekta, mikroorganisme, pencemaran air dan penurunan nilai estetika lingkungan.17

Penimbunan sampah dengan penimbunan terbuka biasanya dijumpai di wilayah pemukiman khusunya pedesaan. karena masih mudah dijumpai banyak lahan kosong.

2). Dumping at sea

Dumping at sea adalah penimbunan yang dilakukan di pantai. Penimbunan di pantai ini dilakukan dengan cara membuat tanggul-tanggul pemisah untuk menghalangi sampah agar tidak terbawa ombak. Setelah dibuat tanggul maka sampah ditimbun dan jika sudah penuh maka diratakan dengan pasir, lama kelamaan tempat ini akan menjadi subur dan dapat ditanami pepohonan dan dijadikan pemukiman. Penimbunan ini memiliki keuntungan dan kerugian.

Yul Harry Bahar dalam bukunya mengatakan bahwa keuntungan menerapkan dumping at sea adalah dapat menimbun berbagai jenis sampah dalm jumlah yang banyak. Sedangkan kerugiannya adalah biaya pembuatan tanggul dan pengangkutan sampah cukup besar dapat mencemari air laut, dan biota lautnya di dalamnya.18

Oleh karena itu cara menimbun sampah di pantai ini harus benar-benar direncanakan secara matang untuk meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkan.

17

Yul Harry Bahar, Teknologi Penangan dan Pemanfaatan Sampah (Jakarta : PT. Wacana Utama Pramesti, 1986), h. 16.

18

3). Sanitary Landfill

Sanitary landfill adalah menimbun sampah di dalam tanah.

Menurut Soekmana Soma, “secara definisi sanitary landfill adalah suatu kegiatan membuang sampah setiap hari ke suatu tempat

kemudian dilakukan penutupan pada akhir pembuangan”.19

Menimbun sampah di dalam tanah yaitu dengan cara menggali tanah dengan kedalaman tertentu lalu sampah dimasukan kedalam lubang dan setelah sampah dimasukan ke dalam lubang kemudian dipadatkan hal yang dilakukan adalah menimbun sampah dengan tanah. Penimbunan jenis ini tentunya memiliki keuntungan diantaranya menimbun berbagai jenis sampah dengan jumlah besar dan juga biaya yang relatif kecil.

e. Insinerasi

Insinerasi adalah kegiatan pembakaran sampah disuatu tempat tertutup dengan menggunakan alat yang memiliki temperatur yang sangat tinggi.

Menurut Soekmana Soma dalam bukunya menjelaskan, pada dasaranya, insinerasi merupakan perubahan bahan-bahan sampah padat menjadi panas, emisi gas dan residu berupa abu. Insinerasi merupakan salah satu cara dalam mengelola sampah yang sangat efisien, kegiatan ini dapat menurunkan volumenya 80-90%, menurunkan beratnya 98-99%. Maka dengan cara ini jumlah sampah berkurang dan dapat mengatasi permasalahan sampah.20

Indonesia dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak seharusnya dapat menerapkan sistem pengelolaan sampah melalui insinerasi. Menurut Isti Surjandari “cara ini mampu mengurangi

timbunan sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 62,6%. Metode ini dapat dilakukan hanya sampah yang habis ketika dibakar, hal ini harus dilakukan berjauhan dengan pemukiman untuk menghindari

19

Soekmana Soma, Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri : Pengelolaan Sampah Lingkungan (Bogor : IPB Press, 2010), h. 18.

20

pencemaran (asap dan bau) dan kebakaran”.21

Setiap kegiatan pasti memiliki dampak baik maupun buruk, tidak halnya dengan kegiatan membakar sampah dengan metode insinerasi ini.

Menurut Soekma Soma, panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut dapat dijadikan sumber listrik (waste to energy). Masalah yang ditimbulkan dari proses pembakaran ini adalah gas yang ditimbulkan seperti dioxin, furan, logam berat, CO, HCI, NO, dan SO2. Jika emisi gas-gas tersebut yang dikeluarkan melalui cerobong tidak disaring terlebih dahulu, maka akan menimbulkan pencemaran udara.22

Pada dasarnya setiap hal yang akan kita lakukan harus diketahui dampaknya terlebih dahulu apakah lebih banyak dampak baik ataukah dampak buruk, jika dampak buruk yang akan lebih banyak terjadi maka lebih baik kita tidak usah melakukannya, tak terkecuali dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga, bagaimana dampaknya terhadap lingkungan sekitar kita sebagai tempat tinggal apabila metode tersebut diterapkan.

Dokumen terkait