• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNET BANKING (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 40/PDT.G/2015/PN.Mad)

B. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bersifat Preventif dan Represif

Praktek perbankan juga menempatkan konsumen dalam posisi yang semakin lemah. Bank dilindungi dengan perjanjian standar perbankan dalam

151

Yurisal Aesong, “Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Bank” diakses dari

tanggal 14 Agustus 2017 jam 15.45 Wib

bentuk berbagai klausula sepihak yang dibuat oleh pihak bank. Nasabah dipaksa tunduk terhadap segala petunjuk dan peraturan bank, baik yang sudah berlaku maupun yang akan diberlakukan kemudian tanpa mempersoalkan setuju tidaknya nasabah terhadap ketentuan-ketentuan yang ada.153

Keadaan yang demikian menuntut adanya perlindungan hukum bagi nasabah bank syariah. Hukum seharusnya memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena pada prinsipnya setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Dalam perwujudannya, negara wajib memberikan perlindungan hukum secara nyata kepada setiap warga negaranya tanpa terkecuali yang pelaksanaannya dirumuskan dalam bentuk peraturan perundang-undangan.154

Perlindungan hukum tidak memiliki pengertian yang secara khusus diatur di dalam perundang-undangan. Namun, secara umum pengertian perlindungan hukum dapat dijumpai dari pernyataan Satjipto Rahardjo yang menyatakan bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan terhadap hal dan kepentingan pribadi setiap pihak berdasarkan hukum yang berlaku.155

Menurut Sulistyandari, yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah sebagai hal yang berkaitan bagaimana hukum memberikan keadilan, yaitu memberikan atau mengatur hak dan kewajiban subyek hukum, selain itu juga

153

Ahmad Jahri, “Perlindungan Nasabah Debitur Terhadap Perjanjian Baku Yang Mengandung Klausula Eksonerasi Pada Bank Umum Di Bandar Lampung”,Fiat Justisia Journal of LawVolume 10 Issue 2, April-June 2016.

154

Yurisal Aesong, op.cit diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 jam 16.00 Wib

155

berkaitan bagaimana hukum memberikan keadilan terhadap subyek hukum yang dilanggar haknya untuk mempertahankan haknya tersebut.156

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepasian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.157

Perlindungan hukum bagi rakyat dibedakan atas dua macam, yaitu sebagai berikut:158

1. Perlindungan hukum yang preventif

Perlindungan hukum yang preventif kepada rakyat yaitu dilakukan melalui upaya peran serta (inspraak) ataupun dengar pendapat sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Perlindungan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.

2. Perlindungan hukum yang represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum represif dilakukan antara lain melalui peradilan umum dan peradilan administrasi negara.

156

Sulistyandari, Hukum Perbankan: Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Melalui Perngawasan Perbankan di Indonesia, ( Sidoarjo: Laros, 2012), hlm. 283.

157

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta :Grasindo, 2000), hlm. 16.

158

Bank Indonesia diberi wewenang dan kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap bank dengan menempuh upaya-upaya baik yang bersifat Preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan petunjuk, nasihat, bimbingan dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan.159 Perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking dapat dilakukan dalam wujud perlindungan hukum preventif yaitu dengan self regulation dan government regulation.160 Perlindungan hukum preventif dengan pendekatan self regulation

pada dasarnya dilihat dari aspek pendekatan pengaturan hukum secara internal dari penyelenggara layanan internet banking itu sendiri.161 Perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking dengan pendekatan goverment regulation menitikberatkan pada sekumpulan peraturan yang dibentuk oleh pihak pemerintah yang memiliki otoritas untuk membentuk peraturan tersebut.162

Instrumen perlindungan atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan

internet banking haruslah ketentuan yang mempunyai hubungan erat dengan masalah perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang dalam hal ini yaitu UU Perbankan. Beberapa ketentuan yang ada di dalam UU Perbankan sekiranya mampu di pergunakan untuk menetapkan dan memberikan perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking dapat dicermati pada dua ketentuan, yakni Pasal 29 ayat (4) yang menyatakan bahwa:

159

Budi Agus Riswandi I, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 219.

160

Budi Agus Riswandi, op.cit,hlm.140.

161

Budi Fitriadi, Teknologi Informatika dalam Perbankan, (Bandung :Alumni, 2000), hal.20.

162

“Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang di lakukan melalui bank”. Kemudian Pasal 40 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa (1) Bank wajib merahasikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.163

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi. Dalam penjelasan ketentuan Pasal 29 ayat (4) dikatakan bahwa penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian nasabah dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparasi dalam dunia perbankan. Hubungannya dengan kerahasiaan bank maka dalam Pasal 40 ayat (1) diberikan penjelasan bahwa yang wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan hal-hal lain dari orang, dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya.164

Adapun perlindungan hukum yang bersifat represif jika data pribadi nasabah internet banking tidak terlindungi adalah yang Pertama dengan mengajukan pengaduan yang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/7/PBI/2005 jo Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Adapun mekanisme pengaduan dapat

163

Jabalnur, “Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Eloktronik”, Jurnal Kajion Sosial Vol.3 No.4 Tahun 2011, hlm.l 74.

164

Gusti Ayu Putu Wulan Pradnyasari dan Made Maharta Yasa, “Perlindungan hukum terhadap data pribadiNasabah dalam layanan internet banking”, Jurnal Hukum Vo.2 No.3 thn 2012

dilakukan secara lisan, tertulis maupun secara perwakilan nasabah. Selain itu dapat dilakukan dengan cara mediasi antara nasabah dengan pihak perbankan dengan kesepakatan bersama, yang diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/5/PBI/2006 jo PBI Nomor 10/1/PBI/2008 Tentang Mediasi Perbankan. Dalam hubungannya dengan transaksi internet banking maka data pribadi nasabah telah diatur dalam Pasal 21 ayat (2)A,(2)B, (2)C, (3), (4), (5) dan Pasal 26 ayat (1) dan (2) UU ITE.165

Tindakan hukum guna melindungi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking adalah suatu bentuk tindakan preventif dari pihak perbankan yaitudengan bank memberikan pemberitahuan atas transaksi yang telah dilakukan olehnasabah, memberikan edukasi dan sosialisasi kepada nasabah yang akanmenggunakan layanan internet banking, dengan tujuan untuk menghindaripermasalahan dan agar tidak terdapat pihak yang dirugikan. Untuk mengatasiadanya kemungkinan pembobolan rekening dalam layanan sms banking makapihak bank juga melakukan suatu tindak represif baik secara litigasi dalamgugatan perdata atau pidana maupun secara non litigasi, apabila terbukti pihak bank melakukan kelalaian yang menyebabkan nasabah mengalami kerugian,pihak bank harus memberikan ganti rugi kepada nasabah itu. Upaya untukmeningkatkan layanan kepada nasabah, dibutuhkan kepastian hukum daripemerintah untuk menjamin keamanan dalam layanan internet banking

danmemberikan sanksi yang sesuai bagi pihak yang melakukan pelanggaran,

165

sepertiyang terdapat dalam UU ITE dalam Pasal 40 angka (2) tentang peran serta pemerintahguna melindungi nasabah dalam layanan internet banking.166

C. Analisis Yuridis terhadap Putusan Nomor 40/PDT.G/2015/PN.Mad