• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Deskripsi Sistem Kemitraan pada Dinkes Kab.Aceh Utara

4.2.3. Bentuk Sistem Kemitraan

Bentuk kemitraan yang terbangun antara institusi publik dan swasta lebih dikenal dengan Public Private Partnership (PPP) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. Konteks kemitraaan yang selama ini dijalankan adalah dalam bentuk program-program pemberdayaan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat, seperti program peternakan (bagi peternak lembu dan kambing), pertanian (petani coklat), perikanan (nelayan), penguatan skill dan ketrampilan masyarakat khususnya ibu-ibu dalam pengembangan industri rumah tangga (home industry) serta tidak kalah pentingnya adalah program-program dibidang pendidikan untuk memberikan penambahan kemampuan dibidang ilmu pengetahuan khususnya bagi para guru dan para siswa.

PT. Exxon Mobil Indonesia (EMOI) telah membangun sarana pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat seperti klinik khusus penyakit paru, klinik jiwa bagi pasien gangguan mental dan pembangunan sarana air bersih (pembangunan sumur bor) melalui program sanitasi berbasis masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak juga dilakukan melalui program desa siaga dan ini merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan menjalin kerja sama lintas sektor yaitu swasta, pemerintah daerah dan masyarakat yang di wakili oleh LSM lokal yang ada di Aceh Utara..

Berikut petikan wawancara dengan informan dalam bentuk matriks dibawah ini : Tabel 3. Matriks Wawancara tentang Bentuk Sistem Kemitraan

Sumber : Hasil Penelitian (2014)

Informan Pernyataan

Kepala Dinas Kesehatan

I.1 “..selain itu pertemuan rutin untuk kordinasi sering dilakukan, baik undangan dari kita maupun dari mereka..”

“..memang ada kerjasama dengan kita, kerjasama tentang bantuan dalam bentuk obat-obatan dan dana, salah satu misalnya bantuan di klinik paru dan jiwa,...exxon mobil menanggung termasuk biaya perawatan, dana kontrak orang yang dipekerjakan disitu/satpam, namun sejak tahun 2013 kita menanggung sebagian dan sebagian lagi mereka..”

Triangulasi dari sumber yang lain Sekretaris

Daerah

I.10 “..Bupati dan Sekda hanya sekedar tandatangan dan paraf aja pada MoU yang berkaitan dengan kegiatan mereka..selain itu MoU nya juga ada dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan dan dipatuhi..”

“..Bagi pihak-pihak yang bekerjasama dengan Pemerintah, Pemda selalu mengingatkan terutama lingkungan harus dijaga, kondisi ekonomi masyarakat harus ditingkatkan..”

Kabid Humas Aceh Utara

I.11 “..koordinasi ada....tapi mereka lebih bersifat koordinasi ke pusat...kita tidak punya wewenang mengintervensi kebijakan mereka, tapi kalau mereka melakukan kegiatan, mereka tetap berkoordinasi dengan kita..”

“..Selain itu biasanya kita hanya kasi rekom aja apa kebutuhan kita, terus mereka yang melakukan pemetaan sendiri dan menentukan kegiatannya..”

“..Mereka tidak memberikan uang, tapi apa yang dibutuhkan mereka fasilitasi. Contohnya mereka mengirimkan staf untuk ikut pelatihan ke jakarta..”

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan

I.9 “..Setiap mereka ada kegiatan, mereka berkordinasi dengan dinkes,nanti dinkes yg memberikan org sebagai narasumber terkait dengan materinya..koordinasi ada dilakukan, dikatakan rutin sih tidak tapi setiap 3 bulan ada dilakukan..”

Kepala Bidang P2PL

I.8 “..ada juga kegiatan yang sharing antara dana mereka dengan dana dari kita dalam APBD..seperti kegiatan desa siaga sehat jiwa dan program penanggulangan Tb Paru..”

Hubungan kemitraan antara Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dengan PT. EMOI bersifat sangat terpusat, artinya setiap kebijakan maupun keputusan yang diambil dibicarakan dengan melibatkan pihak-pihak yang diberikan kepercayaan serta memiliki jabatan tinggi dalam struktur organisasi tersebut. Pada tingkat kabupaten, unsur pemerintah diwakili oleh Bupati, Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas untuk menandatangani sebuah perjanjian kerjasama, sedangkan perusahaan diwakili oleh Public Relation (PR) atau Government Relation (GR) dan Community Relation (CR).

Pelaksanaan kemitraan yang telah berjalan selama ini tentunya sangat positif sekali apabila dapat terus dilakukan secara berkesinambungan tidak hanya dengan PT.EMOI tetapi juga dengan pihak swasta lainnya. Pada satu sisi bagi pihak swasta tentunya mereka sudah memiliki konsep secara sistematis, jelas dan terukur tentang implementasi sistem kemitraan yang optimal. Pada sisi yang lainnya pihak pemerintah belum memiliki suatu kerangka konseptual atau model kemitraan yang jelas dan terdokumentasi secara baik.

Dinas Kesehatan Aceh Utara secara internal kesulitan menjalankan sistem kemitraan yang menyeluruh (komprehensif) dan terintegrasi oleh karena belum memiliki suatu acuan dasar dalam bentuk kerangka konseptual atau model kemitraan yang sistematis untuk dapat diimplementasikan. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dinilai tidak memiliki konsep yang konkrit dan mekanisme yang jelas dalam membangun hubungan dengan pihak luar, lebih bersifat possesif dan hanya mengikuti saja konsep yang ditawarkan, artinya tidak proaktif memberikan masukan dan

menawarkan ide-ide yang sesuai dengan karakteristik masyarakat yang ada di daerah. Pendapat dan masukan yang diberikan oleh pemerintah kepada mitra lebih bersifat saran dan bukan suatu konsep yang sistematis.

Peneliti berasumsi bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Utara saat ini belum dapat menentukan model sistem kemitraan yang tepat untuk diterapkan sebagai bahan pertimbangan dalam membangun hubungan dengan pihak luar. Dinas Kesehatan Aceh Utara selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam menjalankan salah satu fungsinya apabila kondisi tersebut terus berlangsung. Kemitraan dalam konteks melakukan koordinasi dan kerjasama lintas program secara teknis memang dilakukan, namun yang menjadi perhatian adalah tidak adanya suatu model sistem kemitraan sebagai acuan dan dasar bagi para staf dalam menjalankan fungsi Dinas Kesehatan Aceh Utara untuk membangun hubungan dengan berbagai pihak.

Bentuk kemitraan lainnya juga dilakukan melalui mekanisme berbagi anggaran, artinya sebagian dana dialokasikan oleh Dinas Kesehatan Aceh Utara dan sebagian lagi oleh mitra. Kemitraan ini biasanya dalam bentuk program kegiatan yang sifatnya teknis, seperti program Desa Siaga, program kesehatan jiwa dan program penanggulangan TB Paru. Begitu pula dengan bantuan yang sifatnya fisik seperti klinik, awalnya mereka membantu semua biaya operasionalnya, namun sejak dialih fungsikan kepada Pemkab maka tanggung jawab biaya operasional mulai dibebankan dalam Anggaran Pengeluaran Belanja Kabupaten (APBK).

Berdasarkan Tabel.3 Matriks hasil wawancara dengan informan 1.11 mengindikasikan bahwa kemitraan yang dijalankan tersebut berupaya untuk melakukan penyesuaian kebutuhan dan manfaat diantara kedua belah pihak yang bermitra. Proses tersebut dilaksanakan dengan saling mengisi keterbatasan yang ada serta memanfaatkan segala kemampuan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Adanya perbedaan sistem yang diterapkan baik antara institusi publik dan swasta memberikan makna bahwa sistem kemitraan suatu institusi yang terbentuk secara konseptual dan sistematis dalam wujud kerangka model perlu diimplementasikan demi terlaksananya fungsi organisasi Dinas Kesehatan Aceh Utara.

Kemitraan bidang kesehatan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, LSM dan PT.EMOI selama ini salah satu tujuannya adalah untuk membangun kemitraan sinergis yang bersifat permanen dan berkelanjutan dalam bentuk program kesehatan. Pada awalnya sistem kemitraan dibidang kesehatan tersebut dijalin melalui upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana klinik Pusat Pelayanan Paru Masyarakat (PKPM) dan Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat (PKJM) yang dibangun dan didanai sepenuhnya oleh PT.EMOI sejak tahun 2006.

PKPM dan PKJM merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat Aceh Utara yang dialih fungsikan oleh PT. EMOI kepada Dinas Kesehatan Aceh Utara untuk dikelola. Klinik ini merupakan salah satu unit pelayanan tekhnis Dinas Kesehatan Aceh Utara dalam menangani penyakit paru dan jiwa. Pelaksanaan kegiatan tersebut mulai didanai oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui

Dinas Kesehatan sejak tahun 2010 sampai dengan saat ini. Kendati demikian sampai saat ini setiap kegiatan masih tetap dilaporkan dan dikoordinasikan kepada PT.EMOI.

Proses sistem kemitraan dalam upaya menjalankan klinik tersebut awalnya dilakukan oleh lembaga Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC). Lembaga ini dianggap kompeten berdasarkan pengalaman lembaganya dan ditunjuk langsung oleh PT.EMOI. Lembaga LKC memberikan pendampingan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dengan pemantauan langsung oleh PT.EMOI. Kemitraan tiga sektor ini dilakukan dalam bentuk perjanjian kemitraan yang dievaluasi setiap tahunnya.

Beberapa kegiatan yang disepakati untuk dilakukan dalam membangun kemitraan tersebut antara lain pihak PT.EMOI dan LKC memastikan penyusunan rencana kegiatan program pelayanan penyakit Paru dan jiwa, proses pelaksanaannya dan monitoring evaluasi serta pembiayaan kegiatannya. Pihak Dinas Kesehatan Aceh Utara memastikan kegiatan pelayanan tersebut tetap berjalan, melakukan sosialisasi kepada institusi pemerintah Aceh Utara, LSM dan masyarakat. Dinas Kesehatan Aceh Utara juga bersedia menyediakan tenaga pelaksana untuk ditempatkan khusus di klinik tersebut, serta membuat komitmen agar setelah perjanjian kemitraan selesai maka pendanaan operasional kedua klinik tersebut akan dialokasikan dari dana APBK Kabupaten Aceh Utara.

Dokumen terkait