• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETAN

5.4 Bentuk-bentuk Strategi Nafkah pada Rumahtangga Petani Kentang

Pertanian merupakan sektor utama matapencaharian rumahtangga masyarakat desa Karangtengah. Kegiatan pertanian utama yang dilakukan adalah pertanian kentang yang dikelola secara komersial. Hanya sebagian kecil kentang yang dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga, itu pun yang kualitasnya jelek, sedangkan kentang yang kualitasnya bagus akan dijual kepada pedagang pengumpul yang siap mendatangi petani ketika panen tiba.

Strategi nafkah pertanian terdiri dari sektor on farm dan off farm. Ellis (2000) menjelaskan bahwa sektor on farm merujuk pada nafkah yang bersumber dari hasil pertanian dalam arti luas (pertanian perkebunan, peternakan, perikanan, dll). Hasil pertanian tersebut berasal dari lahan milik yang digarap secara pribadi, lahan sewaan atau pun bentuk bagi hasil. Di Desa Karangtengah, lahan yang dimiliki oleh penduduk kebanyakan diperuntukkan sebagai lahan pertanian kentang. Adapun pertanian komoditas lain dianggap sebagai pertanian sampingan yang tidak diprioritaskan.

Selain kentang, ada juga petani yang menanam komoditas lain seperti kobis, koncang (bawang daun), cabe bandung, dan sebagian ada yang menanam

kacang dieng. Namun komoditas tersebut bisa dikatakan „anak tiri‟ yang tidak

dirawat sepenuhnya. Biasanya tanaman tersebut disandingkan dengan tanaman kentang (sebagai tumpangsari) dan tidak selalu ditanam tiap musim.

“Nandur seliyane kentang ora mesti untung, dadi ditunutaken maring kentang. Nek urip ya sukur bisa nggo mangan, barang ora urip ya ora apa-apa wong obate be nunut.” (RYT, 45 tahun).

(Menanam selain kentang tidak menjanjikan keuntungan, jadi diikutkan saja dengan tanaman kentang. Kalau hidup ya syukur bisa buat makan, kalau mati juga tidak apa-apa karena obatnya juga secara tidak langsung mengambil dari semprotan untuk tanaman kentang.)

43

Penuturan salah satu petani (RYT, 45 tahun) tersebut menggambarkan bahwa komoditas lain yang ditanam oleh petani tidak sepenuhnya dirawat, hanya sebagai selingan saja. Jika tanaman tersebut tumbuh dan menghasilkan maka disyukuri oleh petani, jika tidak tumbuh pun petani tidak merasa rugi. Kentang merupakan tanaman primadona yang menjadi tumpuan bertahan hidup petani. Selain merupakan tanaman yang bisa tumbuh di semua musim, umur panennya pendek, komoditas ini juga dihargai cukup mahal. Pada saat penelitian dilakukan, harga kentang berkisar antara Rp 4.000,- hingga Rp 7.500,- tergantung kualitas dan ukuran kentang. Sayangnya, menurut petani harga kentang yang tinggi tersebut tidak diikuti dengan produksi yang tinggi. Seringkali petani menghadapi kerugian saat harga kentang rendah, atau pun ketika harga tinggi namun produksinya sedang rendah.

Bagi petani yang kebetulan hasil panennya dihargai tinggi, maka penghasilannya bisa menutupi biaya produksi dan masih bisa mengambil keuntungan juga. Sebaliknya, ada juga petani yang merugi meskipun harga kentangnya cukup tinggi, sebab kentangnya terserang hama sehingga panen tidak maksimal. Seperti Bapak SYA (40 tahun) yang mengaku tidak mendapatkan hasil untuk panen musim ini sebab kentang yang ditanamnya terserang hama kuuk, hama ini biasanya menyerang umbi kentang yang sudah tua sehingga ketika kentang dipanen sudah berlubang dan kondisinya sudah tidak layak jual.

“Kulo ngrugi wonten musim niki mbak, kentange dipangani engkuk6. Mbuh pripun, sampun meh setahun engkuke malah tambah kathah. Napa malih kentang sing ditanem teng Pawuhan, paling angsal kesele nggarap thok. Mboten angsal bathi.”

(Saya merugi musim ini mbak, kentangnya dimakan hama kuuk. Entah kenapa, hampir satu tahun hama itu bertambah banyak. Apalagi kentang yang ditanam di dusun Pawuhan, hanya memperoleh capeknya menggarap lahan. Tidak mendapatkan untung.)

Selain sektor on farm, sebagian petani juga menambah penghasilannya dari sektor off farm. Masih merujuk Pada Ellis (2000), bentuk strategi nafkah off farm ini masih tergolong pada sektor pertanian, hanya saja pendapatan yang

6

Engkuk adalah hama kentang yang berbentuk seperti ulat, hama ini memakan umbi kentang, membuatnya busuk dan tidak layak jual.

diperoleh berasal dari upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil, kontak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain. Dari 31 responden, terdapat dua orang dari rumahtangga yang berbeda memiliki pekerjaan di sektor off farm yaitu sebagai buruh tani (buruh cangkul dan buruh pikul).

Pekerjaan menjadi buruh cangkul tidak dijalani setiap hari melainkan hanya di waktu-waktu tertentu ketika ada petani yang membutuhkan tenaganya, demikian juga untuk buruh pikul yang biasanya dibutuhkan pada saat panen. Masyarakat yang menjadi buruh cangkul rata-rata bekerja dari pukul 08.00 WIB sampai 14.00 WIB dengan upah Rp 15.000,- – Rp 17.000,- per hari. Sedangkan untuk buruh pikul tenaganya dihargai per pikul tergantung jarak lahan dengan lokasi penimbangan, per pikul biasanya dihargai Rp 1.500,- hingga Rp 5.000,-. Menurut responden yang bersangkutan, dalam satu bulan tenaganya dibutuhkan sekitar sembilan hingga sepuluh hari.

5.4.2 Strategi Mendiversifikasi Sumber Nafkah ( On Farm dan Non Farm) Terdapat sembilan rumahtangga dari total 31 rumahtangga reponden yang memiliki strategi nafkah di sektor non farm. Pilihan nafkah di sektor non pertanian ini dilakukan sebagai cara memperoleh penghasilan tambahan di luar usahatani kentang. Adapun karakteristik sembilan responden yang melakukan strategi nafkah non farm ini tersaji pada Gambar 5.

Rata-rata lahan garapan dari sembilan responden yang memiliki strategi nafkah ganda adalah 0,261 ha. Status penguasaan lahan merupakan lahan milik untuk delapan responden serta satu responden termasuk milik + sewa. Strategi nafkah yang diandalkan adalah sebagai pedagang pulsa, pedagang makanan, pedagang pakaian, kusir dokar, menjadi makelar kentang dan pedagang sayur borongan, serta membuka warung untuk kebutuhan sehari-hari.

Strategi nafkah non farm dilakukan baik oleh anggota rumahtangga laki- laki maupun perempuan yaitu suami atau istri. Pada penelitian ini tidak ditemukan rumahtangga yang anggota keluarganya memilih strategi nafkah non pertanian berupa migrasi. Kondisi ini disebabkan nilai-nilai budaya pertanian diterapkan sejak kecil dan generasi berikutnya mendapat bukti bahwa orang tua mereka bisa berjaya melalui pertanian. Sedangkan migrasi yang dilakukan biasanya hanya

45

karena kepentingan sekolah di luar desa atau pun pindahnya seorang penduduk karena mengikuti pasangannya setelah menikah.

No Karakteristik

Rumahtangga Petani

Keterangan

1 Jumlah tanggungan

rumahtangga

 Tanggungan 2 orang: 2 responden  Tanggungan 3 orang: 5 responden  Tanggungan 5 orang: 2 responden

2 Tingkat Pendidikan  SD tapi tidak lulus :3

 Lulus SD: 5 responden

 Lulus SMP: 1 responden

3 Pengalaman bertani  Pengalaman 1 tahun: 1 responden

 Pengalaman 3 tahun: 1 responden  Pengalaman 4 tahun: 1 responden  Pengalaman 10 tahun: 1 responden  Pengalaman 15 tahun: 4 responden  Pengalaman 20 tahun: 1 responden

4 Rata-rata lahan garapan  0,261 ha

5 Status penguasaan lahan  Status milik: 8 responden

 Status milik + sewa: 1 responden

6 Strategi nafkah non

pertanian

 Pedagang pulsa: 1 responden

 pedagang makanan: 1 responden

 Kusir dokar: 1 responden

 Pedagang sayur borongan: 1 responden  Makelar kentang dan pedagang makanan: 1

responden

 Penjahit + pedagang pakaian: 1 responden  Buruh tani + buruh ngebor: 1 responden  Buruh tani + warung : 1 responden

 Membuka warung kebutuhan sehari-hari: 1 responden.

Sumber: Analisis Data Primer, 2011

Gambar 5. Karakteristik Rumahtangga Petani yang Memiliki Strategi Nafkah Ganda di Sektor Non Pertanian

Sesuai dengan Gambar 5. di atas, karakteristik petani cenderung bermacam-macam. Tidak ada kekhususan yang menyebabkan mereka menerapkan strategi nafkah. Justru yang terlihat adalah, rata-rata luas lahan garapan yang relatif sempit yaitu 0,261 ha dengan delapan orang responden berstatus pemilik lahan dan satu responden menjadi pemilik sekaligus penyewa. Macam strategi nafkah yang diterapkan juga berbeda tergantung dengan kesempatan yang dimiliki. Beberapa rumahtangga memilih untuk menjadi

pedagang, meliputi pedagang pulsa, pedagang pakaian, pedagang sayur borongan, pedagang makanan, maupun membuka warung yang menjual kebutuhan sehari- hari.

Pilihan strategi nafkah menjadi pedagang merupakan hal yang cukup menguntungkan mengingat lokasi Desa Karangtengah yang cukup jauh dari pasar dan kota kabupaten. Dengan adanya pedagang yang menjual kebutuhan sehari- hari hingga kebutuhan sandang dan pulsa, masyarakat tidak perlu jauh untuk membeli kebutuhannya. Selain itu, untuk pedagangnya juga bisa mendapat keuntungan yang lebih sebab harga yang diperuntukkan biasanya relatif lebih tinggi.

Keuntungan yang tinggi didapatkan oleh pedagang pulsa. Berkembangnya teknologi komunikasi dalam bentuk telepon seluler menyebabkan penduduk Desa Karangtengah menjadikannya sebagai salah satu benda utama yang dibutuhkan. Telepon seluler sangat membantu mereka untuk berkomunikasi jarak jauh atau pun menghubungi makelar kentang yang akan membeli hasil panennya. Oleh karena itu pulsa juga menjadi kebutuhan utama bagi pemilik telepon genggam dan di desa ini belum banyak yang menjadi pedagang pulsa.

Jenis pedagang lain adalah makelar kentang dan pedagang sayur borongan yang dalam penelitian ini dilakukan oleh masing-masing satu responden. Pekerjaan ini tidak hanya dilakukan di dalam desa tetapi juga di luar desa. Untuk pedagang sayur borongan pekerjaannya adalah membeli sayur dari petani yang kemudian di jual lagi kepada juragan sayur. Jenis sayur yang sering dibeli dan dijual adalah kobis dan bawang daun. Sedangkan makelar kentang berjual-beli hasil panen petani untuk dijual lagi kepada juragan Kentang. Tidak jarang pula makelar kentang memperoleh modal dari juragan besar yang berdomisili di luar kota.

Pekerjaan lain yang dilakukan oleh responden selain bertani kentang adalah menjadi kusir dokar, terdapat satu responden yang melakukan pekerjaan ini. Menjadi kusir dokar dilakukan di lokasi wisata Telaga Warna yang letaknya dekat dengan Desa Karangtengah. Biasanya pekerjaan ini dilakukan pada hari minggu atau hari libur karena lokasi wisata akan lebih ramai dibandingkan hari

47

biasa. Terdapat pula responden yang menjadi penjahit, pekerjaan ini dirangkap dengan menjadi pedagang pakaian.

Rumahtangga yang menerapkan berbagai strategi nafkah sebagaimana yang telah dijelaskan, melakukan kegiatannya di luar jam bertani kentang. Hal tersebut dilakukan karena menjadi petani kentang harus merawat tanaman kentang dengan sangat hati-hati. Pendapatan yang diperoleh untuk sektor non pertanian kentang ini mencapai Rp 150.000,- hingga Rp 1.000.000,- per bulan. Berdasarkan keterangan responden, pendapatan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan misalnnya untuk membeli bahan masakan atau pun uang saku anak sekolah.

Kegiatan mendiversifikasi nafkah ini merupakan bentuk perjuangan rumahtangga petani dalam menghadapi berbagai situasi. Berbagai aktifitas nafkah yang telah dijelaskan di atas umumnya dilakukan petani sebagai aktifitas sampingan selain pertanian yang bisa menghasilkan pendapatan tambahan di luar usahatani kentang. Usahatani masih tetap menjadi andalan nafkah utama yang terus dilakukan oleh petani guna menopang kebutuhan ekonomi. Pada saat krisis dimana usahatani harus terus dilakukan, beberapa rumahtangga petani kentang akan melakukan hutang untuk modal pertanian dari petani kaya, kerabat dekat atau juragan kentang. Aktifitas hutang ini didasarkan pada hubungan kepercayaan dan akan dibayarkan pada saat petani panen dengan jumlah bunga tertentu yang sudah disepakati.

Dokumen terkait