BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA
C. Struktur Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
2. Berakhirnya Kontrak/Perjanjian Barang dan Jasa
Mengenai berakhirnya suatu kontrak/perjanjian diatur dalam buku III KUHPerdata . Selanjutnya berakhirnya suatu kontrak atau perjanjian itu “hapusnya suatu kesepakatan yang diperjanjikan kedua belah pihak”.
Berakhirnya suatu perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata yaitu :
1. Karena pembayaran
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. Karena pembaharuan utang
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi 5. Karena percampuran utang
6. Karena pembebasan utang
7. Karena musnahnya barang yang berutang 8. Karena kebatalan atau pembatalan
9. Karena berlakunya suatu syarat pembatalan.19
Selanjutnya ada berbagai cara berakhirnya hubungan kerja yang terjadi karena perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 1603e yaitu hubungan kerja berkhir demi hukum, jika habis waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian atau dalam peraturan undang-undangan atau, jika semuanya itu tidak ada, menurut kebiasaan. Pemberitahuan tentang pemutusan hubungan kerja dalam hal ini hanya diperlukan :
1. Jika hal itu dijanjikan dalam surat perjanjian atau dalam reglemen 2. Jika menurut peraturan undang-undang atau menurut kebiasaan,
juga dalam hal lamanya hubungan kerja ditetapkan sebelumnya, diharuskan adanya pemberitahuan tentang pemutusan itu, dan kedua belah pihak, dalam hal yang diperbolehkan, tidak mengadakan penyimpangan dengan perjanjian tertulis atau dengan reglemen.20
Berakhirnya suatu kontrak pengadaan barang dan jasa diatur dalam Pasal 93 Perpres No. 70/2012 antara lain :
1. PPK dapat memutuskan Kontrak secara seppihak, apabila:
19
KUHPerdata, pasal 1381
a. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak;
1) berdasarkan penelitian PPK, Pennyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirna pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan.
b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang ditetapkan
c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang dipuuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggaaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
2. Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa :
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan
c. Penyedia Barang/Jasa Membayar denda keterlambatan; dan d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.21
21 Republik Indonesia, Perpres No. 70 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Barang/Jasa
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
A. Pengertian dan Pengaturan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Badan
Usaha Milik Negara(BUMN) Menurut Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Presiden No.70 tahun 2012 Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Adanya Peraturan Presiden No.70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa menimbang beberapa hal yaitu :
1. Percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan pelaksanaan belanja,
2. Percepatan pelaksanaan belanja Negara perlu percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
3. Percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
4. Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Selanjutnya dalam Perpres No. 70 tahun 2012 menjelaskan beberapa hal tentang Pengadaan Barang dan Jasa antara lain :
1. Pengguna Barang dan Jasa
Adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I misalnya Lembaga Kebijakan Pengadan barang dan jasa pemerintah, Pemerintah Daerah.
2. Penyedia Pengadaan Barang dan Jasa yaitu : a. Pengguna Anggaran (PA)
Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran K/L/D/I pengguna APBN/APBD
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
d. Unit Layanan Pengadaan (ULP)
Unit organisasi K/L/D/I yang berfungsi permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
e. Pejabat Pengadaan
Personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung.
f. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan
g. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau Pengawas Intern (APIP)
Aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
3. Sertifikat
a. Penyedia Barang/Jasa
Badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultasi/Jasa Lainnya. b. Pakta Integritas
Surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan KKN dalam Pengadaan Barang dan Jasa
c. Barang
Benda baik berwujud maupun tidak berwujjud, bergerak maupun tidak bergerak , yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.
d. Pekerjaan Konstruksi
Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
e. Jasa Konsultasi
Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)
f. Jasa Lainnya
Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyesuaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultasi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan barang.
g. Industri Kreatif
Industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, gagasan orisinal, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya reasi dan daya cipta.
4. Pemilihan Pengadaan Barang dan Jasa
a. Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang dan jasa
Tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa b. Swakelola
Pengadaan barang dan jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri K/L/D/I
sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
c. Dokumen pengadaan
Dokumen yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja ULP/ Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa.
d. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
Yang disebut kontrak merupakan perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia barang dan Jasa atau pelaksana Swakelola.
e. Pelelangan Umum
Merupakan metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.
f. Pelelangan Terbatas
Merupakan metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
g. Pelelangan Sederhana
Merupakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
5. Usaha dalam Pengadaan Barang dan Jasa a. Pemilihan Langsung
Merupakan metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang benilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
b. Seleksi Umum
Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa konsultasi yang memenuhi syarat.
c. Seleksi Sederhana
Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi untuk jasa Konsultasi paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
d. Sayembara
Metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat di tetapkan berdasarkan Harga Satuan.
e. Kontes
Metode pemilihan Penyedua Barang yang memperlombakan barang/bend tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
f. Penunjukan Langsung
Metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
g. Pengadaan Langsung
Pengadaan Barang/Jasa tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/ Penunjukan langsung.
h. Usaha Mikro
Usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
i. Usaha kecil
Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki.
6. E-Tendering
Adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan
cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang ditentukan.
a. Surat jaminan
Jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjamin/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa.
b. Pekerjaan kompleks
Pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
c. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement
Pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
d. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa secara elektronik.