• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Pada PT.Pemuda Simalungun Abadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Pada PT.Pemuda Simalungun Abadi"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN

JASA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PADA

PT.PEMUDA SIMALUNGUN ABADI

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Putra Kelana Sinulingga

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Nim : 100200352

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (BW)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PADA

PT.PEMUDA SIMALUNGUN ABADI

OLEH

100200352

PUTRA KELANA SINULINGGA

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata (BW)

Disetujui oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Dr.H.Hasim Purba,SH.,M.Hum NIP.196603031985081001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.OK.Saidin.,SH.,M.Hum

NIP. 196202131990031002 NIP.196012251987032001

Maria Kaban.,SH.,M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMETERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul “ ANALISIS HUKUM KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA BADAN USAHA MILIK NEGARA

(BUMN) PADA PT.PEMUDA SIMALUNGUN ABADI”.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, wawasan serta bahan-bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis ini mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Prof. Dr. Runtung., SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting., SH., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan., SH., M.Hum., selaku WakilDekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin., SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing I Penulis yang memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Hasim Purba., SH., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Maria Kaban., SH., M.Hum., selaku dosen pembimbing II Penulis yang memberikan bimbingan dalam penyususan skripsi ini.

7. Ibu Erna Herlinda., SH., M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik Penulis selama mengikuti masa perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntunn dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya dan membantu penulis seama menjalani perkuliahan.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua Penulis, Ayahanda Dame Pusuh Sinulingga., SE., dan Ibunda Boneta Ginting., S.Pd., yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang yang tak hentinya memberikan motivasi, semangat dan do’anya kepada Penulis. 11. Teristimewa juga kepada Bapak Tengah sebagai orang tua dan sahabat

Penulis, Bapak Drs. Pengarapen Sinulingga.,MM., yang tak hentinya

(5)

memberikan kasih sayang, dorongan motivasi sebagai pemimpin kepada Penulis sehingga berguna bagi bangsa dan negara kelak.

12. Adik-adik Penulis Boda Sri Handayani Sinulingga dan Edikin Raja Sinulingga, yang selalu sayang dan memberikan semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Abanganda Adi Suari Guna Sinulingga., S.Kom., dan Mehaga Bastanta Sinulingga., SH., yang tak henti-hentinya memberikan pelajaran yang berarti dalam hidup dan motivasi kepada Penulis.

14. Abanganda Elbarino Shah., SH., selaku Direktur Utama di PT.Pemuda Simalungun Abadi, tempat Penulis melakukan penelitian skripsi ini.

15. Seluruh rekan-rekan stambuk 2010 yang terkhusus di grup F.

16. Seluruh rekan-rekan kader SAPMA PEMUDA PANCASILA dan semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu namanya.

Penulis telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.

Medan, September 2015

Penulis,

Putra Kelana Sinulingga

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Sistematika Penelitian...12

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia 1. Pengertian Kontrak secara umum ... 13

2. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata ... 14

B. Dasar Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ... 18

C. Struktur Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa 1. Syarat Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ... 20

2. Berakhirnya Kontrak/Perjanjian Barang dan Jasa ... 24

(7)

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KONTRAK PENGADAAN

BARANG DAN JASA PADA BADAN USAHA MILIK

NEGARA (BUMN)

A. Pengertian dan Pengaturan mengenai Pengadaan barang dan Jasa pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut Peraturan

Presiden No.70 tahun 2012 ... 28

B. Jenis Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ... 35

C. Subjek Dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ... 40

D. Isi Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ... 45

E. Prosedur Kontrak/perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan oleh Bada Usaha Milik Negara (BUMN) ... 46

BAB IV ANALISIS TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN PT. PEMUDA SIMALUNGUN ABADI A. Sekilas Tentang PT. Pemuda Simalungun Abadi ... 49

B. Prosedur pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan PT. Pemuda Simalungun Abadi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 . ... 52

C. Jenis Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang Dikerjakan PT. Pemuda Simalungun Abadi dengan Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) a. Cara Pembayaran ... 69

(8)

b. Pembebanan Tahun Anggaran ... 73 c. Sumber Pendanaan ... 74 d. Jenis Pekerjaan ... 75 D. Penyelesaian Perselisihan Atas Kontrak Pengadaan Barang dan

Jasa yang dilakukan PT. Pemuda Simalungun Abadi dengan Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN

(9)

ABSTRAK

*) PUTRA KELANA SINULINGGA **) Dr. OK. Saidin., SH., M. Hum

***) Maria Kaban., SH., M. Hum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemborongan yang dilakukan oleh PT.Pemuda Simalungun Abadi dalam kontrak/perjanjian pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengadaan barang dan jasa sangat diperlukan oleh semua instansi atau lembaga di Indonesia dalam rangka mensukseskan pembangunan di segala bidang. Pengadaan barang dan jasa dimulai sejak perencanaan kebutuhan, penyusunan rencana pelaksanaan pengadaan, pemilihan penyedia, penandatanganan kontrak, pelaksanaan dan pengendalian kontrak, hingga diterimanya barang dan jasa. Dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak seperti pemborong, pemberi tugas, arsitek, dan sebagainya. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa memerlukan kontrak untuk mengikatkan dirinya. Kontrak dan proses pelaksanaannya harus sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa. Permasalahan penelitian ini adalah Apakah kontrak pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada PT. Pemuda Simalungun Abadi telah memenuhi Perpres nomor 70 Tahun 2012 ? Apa jenis kontrak pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan? Bagaimana cara penyelesaian apabila terjadi perselisihan atas kontrak antara Badan Usaha Milik Negara dengan PT. Pemuda Simalungun Abadi?

Penelititian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder (secondary data) yang digunakan dalam penelitian. Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data melalui wawancara ataupun tanya jawab dan menggunakan

Library research (penelitian kepustakaan).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrak pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada PT. Pemuda Simalungun Abadi dalam segi bentuk dan jenis kontrak serta proses pelaksanaannya telah sesuai dengan Perpres nomor 70 tahun 2012 dan KUHPerdata.

Kata kunci : Analisis hukum, kontrak pengadaan barang dan jasa, BUMN. *) Mahasiswa

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengadaan barang dan jasa merupakan suatu kegiatan dalam rancangan kerja untuk memenuhi kebutuhan bagi pengguna barang maupun jasa atau yang memberi pekerjaan. Barang yang dimaksud adalah setiap benda berwujud maupun tidak berwujud, bergerah maupun tidak bergerak yang merupakan kebutuhan pengguna barang tersebut. Sedangkan jasa yang dimaksud terdiri dari input, proses, dan/atau output. Jasa juga dapat diartikan sebagai yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan sesuai dengan kepentingan bagi pengguna barang dan jasa itu sendiri.

Dalam buku Ramli Samsul, Pengadaan barang dan jasa dimulai sejak perencanaan kebutuhan, penyusunan rencana pelaksanaan pengadaan, pemilihan penyedia, penandatanganan kontrak, pelaksanaan dan pengendalian kontrak, hingga diterimanya barang dan jasa.1

Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan barang atau benda. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh pengguna barang. Jasa Terdiri dari Input, proses, dan/atau output.2

Dalam penulisan ini pengadaan barang dan jasa di pemerintah. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi.

1

Ramli, Samsul, Buku Bacaan Wajib Sertifikasi Ahli Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah. Samsul Ramli;Penyunting, Zulfa Simatur, Cet. 1.Jakarta: Visimedia,2-14. Hal 2

2

Ibid hal 6

(11)

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.3

Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan pengembangan usaha kecil atau koperasu. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi. Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi.4

Mengoptimalkan peran BUMN dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, maka BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN harus dilakukan melalui langkah-langkah restrukturisasi dan privatisasi.5

3

Mulhadi,”Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia. Ghalia

Indonesia”. Hal. 142 4Ibid

5

(12)

Dalam catatan sejarah yang berasal dari Babilonia, Kitab undang-undang tertua disebut dengan Code Hammurabi.Sudah diatur tentangkontrak pemborongan dan konstruksi, dari contoh kesembilan belas Code Hammarabi yang menjelaskan bahwa, jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang, dan tidak membangun dengan benar, dan rumah yang dibangun jatuh dan membunuh pemiliknya, maka pembangun harus di hukum mati. Dengan demikian hukum pemborongan dan konstruksi ini sebenarnya sudah tua, yakni setua peradaban manusia.6

Untuk mencapai kesejahteraan di Indonesia salah satu bentuk yang dilakukan ialah pembangunan nasional. Karena kesejahteraan masyarakat itu

Dalam setiap usaha yang dilakukan masyarakat Indonesia demi memajukan Negara di dalam setiap bidang maupun itu di bidang sosial, ekonomi, politik, perkembangan teknonologi, dan budaya, juga tidak kalah pentingnya dengan pembangunan dalam bidang hukum , untuk mewujudkan cita- cita perjuangan dalam hukum untuk menjadi supermacy of law.

Pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. Dalam sektor-sektor usaha yang dilakukan seperti dalam sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, maufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan, serta konstruksi. Dalam pelaksanaanya tentunya memperhatikan perkembangan pembangunan disekelilingnya sehingga kegiatan tersebut dapat berjalannya dengan baik.

6

(13)

sangat erat sekali dengan masalah pembangunan. Disamping meningkatkan pendapatan nasional pelaksanaan pembangunan yang dilakukan di Indonesia ini haruslah juga menjamin pembagian pendapatan merata bagi seluruh rakyat sesuai rasa keadilan, sehingga di satu pihak pembangunan itu tidak harus mementingkan hasil produksi mereka, melainkan sekaligus dapat mencegah terjadinya kesenjangan sosial di seluruh lapisan masyrakat.

Proses pembangunan perlu adanya partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat agar terciptanya tujuan dari pembangunan nasional. Pengadaan barang dan jasa sangat diperlukan oleh suatu instansi atau lembaga di indonesia sehingga dapat mensukseskan pembangunan di segala bidang pembangunan.

Pembangunan Nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunanyaitu pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana umum.Sebagai contoh pembangunan jalan-jalan, jembatan, perkantoran, pembangunan perumahan rakyat, dan masih banyak lagi.

Pembangunan Nasional tidak terlepas dari berbagai lapisan seperti pemborong, pemberi tuga, arsiter, dan sebagainya. Dan juga prlu juga diperhatikan peralatan-peralatan yang canggih yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

(14)

Perpres No.70 tahun 2012 Pasal 1. Memberi definisi tentang Pengadaan Barang/jasa yaitu kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.7

Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian antara pihak yang memborongkan pekerjaan dengan pihak yang menerima pekerjaan, dimana pihak pertama menghendaki sesuatu hasil pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atas pembayaran suatu jumlah uang sebagai harga pemborongan.

Dalam kegiatan barang dan jasa setiap pihak-pihak yang melaksanakan pembangunan ini memerlukan adanya suatu Kontrak/Perjanian, salah satu bentuk perjanjian itu adalah perjanjian/kontrak pengadaan barang dan jasa. Kontrak/Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian pemborongan yang diatur dalam KUHPerdata pasal 1601. Pasal 1601b dan Pasal 1604 dan sampai dengan Pasal 1616 agar pelaksanaan barang /jasa pemerintah dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adi dan layak bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan.

8

Kenyataan yang sering terjadi dalam pelaksanaan Kontrak pengadaan barang/jasa sering bertentangan dengan pasal 1616 karena pelaksanaannya tidak

7

Republik Indonesia, Perpres No. 70 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah,Jakarta:Fokusmedia,2010,hal2

8 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti,

(15)

efektif, tidak sesuai dengan prinsip persaingan sehat, dan tidak transparan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Analisis Hukum Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)Pada PT. Pemuda Simalungun Abadi”. Sehingga dapat menjelaskan kontrak pengadaan barang dan jasa yang sesuai dengan UU nomor 70 tahun 2012 dan KUHPerdata.

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kontrak pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada PT. Pemuda Simalungun Abadi telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012?

2. Apa jenis kontrak pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan ? 3. Bagaimana cara penyelesaian apabila terjadi perselisihan atas kontrak

antara Badan Usaha Milik Negara dengan PT. Pemuda Simalungun Abadi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

(16)

a. Untuk mengetahui apakah proses pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada PT. Pemuda Simalungun Abadi telah memenuhi Perpres No. 70 Tahun 2012.

b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk proses pelaksanaan kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan oleh PT. Pemuda Simalungun Abadi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

c. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian apabila terjadi perselisihan atas kontrak antara Badan Usaha Milik Negara dengan PT. Pemuda Simalungun Abadi.

2. Manfaat Penulisan

Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan kajian tentang segi-segi hukum keperdataan khususnya yang berkaitan kontrak/perjanjian pengadaan barang dan jasa.

Secara praktis adalah memberikan sumbangan pemikiran tentang pelaksanaan kontrak/perjanjian pengadaan barang dan jasa di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Maupun tata cara untuk mengikuti pelaksanaan yang ada dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.

D. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian harus dipergunakan metode sesuai dengan bidang yang diteliti. Agar dapat mencapai hasil yang optimal dalam pembahasan digunakan metode penelitian yaitu :9

9 Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum, Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1990,hal.3.

(17)

1. Metode Pendekatan Normatif Doktrinal

Yaitu bertujuan untuk menemukan azas-azas hukum positif dan doktrin hukum positif.

2. Metode Pendekatan Normatif Non Doktrinal

Yaitu bertujuan menemukan azas-azas hukum tetapi tidak dari hukum positif atau disebut juga dengan istilah socio-Legal Research.

Sedangkan sumber data dan teknik pengumulan data dapat dilakukan dengan data sekunder (secondary data). Adapun data sekunder tersebut antara lain:

1) Bahan hukumprimer, yang merupakan bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat dan terkait dengan kontrak/perjanjian pengadaan barang dan jasa, yaitu : Kitab Undang-Undan Hukum Perdata (KUHPerdata) dan peraturanperundang-undangan.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa bahan hukum primer yaitu : Buku-buku ilmiah, Makalah-makalah, Hasil-hasil penelitian dan wawancara.

3) Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan untukmelengkapi data dalam penelitian ini, yaitu seperti Kamus Umum.

4) Teknik pengumpulan data

(18)

a. Field research (penelitian lapangan)

Sehubungan dengan pengumpulan data atau bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, juga dilakukan studi lapangan yaitu pengumpulan data-data mengenai objek yang di teliti dalam hal ini dilakukan melalui wawancara pada PT. Pemuda Simalungun Abadi . wawancara tersebut dilakukan dengan Abanganda Elbarino Shah selaku direktur PT. Pemuda Simalungun Abadi.

b. Library research (penelitian kepustakaan)

Yakni mengumpulkan bahan-bahan penulisan melalui bacaan-bacaan seperti buku, majalah ilmiah, hasil-hasil seminar, surat kabar, pendapat sarjana dan bahan-bahan bacaan yang relevan sebagai dasar pengembangan uraian teoritis penulisan ini.

5) Analisis Data

(19)

E. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Analisis Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pada PT. Pemuda Simalungun Abadi”.

Sejauh pengamatan dan sepengetahuan Penulis, materi yang dibahas dalam skripsi ini belum pernah dijadikan judul maupun pembahasan dalam skripsi yang ada terdahulu, sehingga penulis tertarik mengangkat judul di atas serta

permasalahannya sebagai judul dan pembahasan dalam skripsi ini.

F. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam kegiatan penelitian tentang Analisis Hukum Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada PT.Pemuda Simalungun Abadi adalah, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan membahas Latar belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Keaslian Penulisan.

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA

Pada bagian ini akan membahas mengenai Pegertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia, Dasar Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa, Struktur Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa. BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KONTRAK PENGADAAN

BARANG DAN JASA PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

(20)

Negara 9BUMN) menurut Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012, Jenis kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Subjek dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa, Isi Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa, Prosedur Kontrak/Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BAB IV ANALISIS TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG

DAN JASA BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN PT.PEMUDA SIMALUNGUN ABADI

Bab ini menguraikan Sekilas tentang PT.Pemuda Simalungun Abadi, Prosedur Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan PT.Pemuda Simalungun Abadi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Perpres No. 70 tahun 2012, Jenis Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang dikerjakan PT.Pemuda Simalungun Abadi dengan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Penyelesaian Perselisihan atas Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan PT. Pemuda

Simalungun Abadi dengan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB II

KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia

1. Pengertian Kontrak Secara Umum

Berdasarkan definisinya, kontrak dapat diartikan sebagai perjanjian (secara tertulis antara 2 (dua) pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa, dan sebagainya.Menurut Henry (dalam Sukarmi :2008 ) kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) diantara 2 (dua) atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum.10

2. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata

Dari pengertian singkat diatas dapat diartikan pengertian kontrak merupakan suatu hubungan yang mengikat antara pihak satu dan pihak lainnya berdasarkan kesepakatan yang diperjanjiakan kedua belah pihak. Istilah kontrak merupakan kesepadanan dari istilah contract dalam bahasa inggris, namun bukan merupakan istilah yang asing. Misalnya, dalam hukum kita sudah lama mengenal istilah “Kebebasan Berkontrak”,bukan kebebasan “berperjanjian”, “berperhutangan”, atau “berperikatan”. Oleh karena itu dalam konteks tulisan ini tidak membedakan antara kontrak dan perjanjian, keduanya mengandung pengertian yang sama.

Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

10

Sukarmi,cyber law : Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang Pelaku Usaha, Pustaka

Sutra, hal. 26.

(22)

Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.

Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (1313)KUHPerdata. Definisi perjanjian yang terdapat diatas adalah tidak lengkap, dan pula terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Terlalu luas karena dapat mencapkup hal-hal yang mengenai janji kawin, yaitu perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga yang menimbulkan perjanjian juga, namun istimewa sifatnya karena dikuasai oleh ketentuan-ketentuan terrsendiri sehingga Buku ke III KUHPerdata secara langsung tidak berlaku terhadapnya juga mencakup perbuatan melawan hukum, sedang di dalam perbuatan melawan hukum ini tidak ada unsur persetujuan. Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan.11

1. Menyerahkan suatu barang;

Adapun yang dimaksud dengan “perikatan” oleh buku III B.W itu, ialah : Suatu hubungan hukum (mengenai harta benda) antara dua orang, yang memberi hak yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini di wajibkan memenuhi kewajiban itu. Adapun sesuatu yang dapat di tuntut yang dinamakan “prestasi”,yang menurut undang-undang dapat berupa :

11

ELIPS,1998, Program Kerjasama:Proyek ELIPS & Fakultas Hukum Universitas

(23)

2. Melakukan suatu perbuatan

3. Tidak melakukan suatu perbuatan.12

Mengenai sumber-sumber perikatan, oleh undang-undang diterangkan, bahwa suatu perikatan dapat lahir dari suatu persetujuan (perjanjian) atau dari undang-undang. Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat dibagi lagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari undang saja dan lahir dari undang-undang karena suatu perbuatan orang.

Dalam pasal 1338 B.W, menetapkan bahwa segala perjanjian yang dibuat

secara sah “berlaku sebagai undang-undang”untuk mereka yang membuatnya.

Kalimat itu dimaaksudkan, tidak lain, bahwaa suatu perjanjian yang dibuat secara sah – artinya tidak bertentangan dengan undang-undang yang mengikat kedua belah pihak. Dalam suatu kontrak/perjanjian pada umumnya tidak dapat ditarik kembali, kecuali dengan persetujuan kedua belah pihak atau berdasarkan alasan-alasan yang ditetapkan oleh undang-undang. Selanjutnya pada pasal 1338 ini ditetapkan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Maksudnya, bahwa cara menjalankan suatu perjanjian tidak boleh bertentangan

dengan kepatutan dan keadilan. 13

12

Subekti, pokok-pokok hukum perdata, cetakan XXXII, penerbit PT. Intermasa, hal 122-123.

13

Ibid hal 139

(24)

Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian/kontrak dapat di kemukakan sebagai berikut :

a. Adanya kaidah hukum

Kaidah hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurispudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukumyang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti : jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.

b. Subjek hukum

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum dalam huum kontrak adalah kreditur dan debitur.

c. Adanya Prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: memberikan sesuatu:berbuat sesuatu:tidak berbuat sesuatu.

d. Kata Sepakat

(25)

e. Akibat Hukum

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pengertian perjanjian sebagai kesepakatan yang dibuat oleh para pihak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.14

Dalam setiap perjanjian/kontrak perlu diperhatikan pengaturan tentang objek objek perjanjian, pada ketentuan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa barang yang menjadi objek perjanjian, paling tidak harus dapat ditentukan jenisnya. Mengenai jumlahnya tidak perlu sudah pasti pada saat kontrak dibuat, tetapi yang penting dapat dihitung kemudian. Karena jumlah barang dalam out put contract dan requirment contract dapat dihitung kemudian

pada saat pelaksanaan perjanjian, maka legalitas out put contract dan requirment

contract dapat diterima berdasarkan ketentuan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Namun demikian asas itikad baik selalu harus diperhatikan juga dalam pelaksanaan perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata.15

Pengaturan tentang kontrak pengadaan barang dan jasa juga diatur mulai dari pasal 1601 KUHPerdata sampai dengan pasal 1614 KUHPerdata. Orang yang melakukan kontrak pengadaan barang dan jasa dapat di sebut juga sebagai pemborongan kerja, jadi dalam melakukan kontrak/perjanjian kontrak pengadaan barang dan jasa terdapat perjanjian pemborongan kerja. Perjanjian permborong kerja ialah (Pasal 1601b) Suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu

14

Salim, H.S, “Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak,” Cet. II, (Jakarta:Sinar Grafika, 2004), hal. 4

15

(26)

pemborong, mengikat diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak lain,

yaitu pemberi tugas, dengan harga yang telah ditentukan.16

B. Dasar Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia

Dasar hukum pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat dilihat dalam pengaturan perundang-undangan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat

4. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor33 tahun 2003 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

6. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN

7. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan

8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

9. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN

10. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

16

(27)

11. Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003

12. Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003

13. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003

14. Peraturan Presiden Nomor 79 tahun 2006 tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003

15.

Peraturan Presiden Nomor 85 tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003.17

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pasal 1 disebutkan bahwa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Yang selanjut disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

C. Struktur Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

1. Syarat Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Sebagaimana dimaksud dalam pengertian kontrak merupakan suatu hubungan yang mengikat antara pihak satu dan pihak lainnya berdasarkan

17

(28)

kesepakatan yang diperjanjiakan kedua belah pihak. Kontrak pengadaan barang dapat diartikan sebagai hubungan yang mengikat antara pihak yang memberi borongan pengadaan barang dan jasa dengan pihak yang menyediakan borongan pengadaan barang dan jasa sehingga tercapainya sesuatu hal yang ingin diadakan dalam bentuk barang dan jasa.

Selanjutnya syarat sahnya suatu kontrak pada umum ditentukan dalam pasal 1320 KUHPerdata, antara lain sebagai berikut :

a. Adanya sepakat para pihak yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal

Syarat-syarat kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui Peraturan Presiden yang telah ada, merupakan ketentuan umum pada suatu kontrak pengadaan barang dan jasa. Sehingga menjadi tujuan untuk memberikan pengertian, pedoman dan batasan-batasan bagi pengguna maupun penyedia barang dan jasa dari suatu kontrak pengadaan barang dan jasa. Adapun syarat yang harus dicermati dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa ini, yaitu :

1. Syarat umum

Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) antara lain menjelaskan : a. Keetentuan umum

b. Pelaksanaan, penyelesaian, Amandemen, dan Pemutusan Kontrak c. Kewajiban Penyedia Jasa

(29)

e. Kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen f. Pembayaran kepada Penyedia Jasa g. Pengawasan Mutu

h. Penyelesaian Perselisihan

2. Syarat Khusus

Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) berisikan tentang perubahan dan penambahan ketentuan pasal-pasal Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK).18

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha;

Selanjutnya bagi penyedia barang dan jasa dalam pelaksanaan wajib memenuhi persyaratan kualifikasi berdasarkan Pasal 19 Perpres No. 70/2012 sebagai berikut :

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang dan jasa;

c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia barang dan jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia barang dan jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain

yang diperlukan dalam pengadaan barang dan jasa;

18

(30)

f. Dalam hal penyedia barang dan jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang dan jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat presentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi Kecil serta kemampuan pada sub bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;

h. Memiliki kemampuan dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk pengadaan barang dan jasa konsultasi;

i. Khusus untuk pelelangan dan pemilihan langsung pengadaan pekerjaan konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank;

j. Khusus untuk pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut : SKP = KP – P

KP = nilai kemampuan paket, denga ketentuan :

a) Untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan

b) Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.

P = jumlah paket yang sedang dikerjakan

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

(31)

nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang dan jasa ;

l. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/ Pasal 29 dan PPN (bagi pengusaha kena pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan;

m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak;

n. Tida masuk dalam Daftar Hitam;

o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan

p. Menandatangani Pakta Integritas

2. Berakhirnya Kontrak/Perjanjian Barang dan Jasa

Mengenai berakhirnya suatu kontrak/perjanjian diatur dalam buku III KUHPerdata . Selanjutnya berakhirnya suatu kontrak atau perjanjian itu “hapusnya suatu kesepakatan yang diperjanjikan kedua belah pihak”.

Berakhirnya suatu perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata yaitu :

1. Karena pembayaran

(32)

3. Karena pembaharuan utang

4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi 5. Karena percampuran utang

6. Karena pembebasan utang

7. Karena musnahnya barang yang berutang 8. Karena kebatalan atau pembatalan

9. Karena berlakunya suatu syarat pembatalan.19

Selanjutnya ada berbagai cara berakhirnya hubungan kerja yang terjadi karena perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 1603e yaitu hubungan kerja berkhir demi hukum, jika habis waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian atau dalam peraturan undang-undangan atau, jika semuanya itu tidak ada, menurut kebiasaan. Pemberitahuan tentang pemutusan hubungan kerja dalam hal ini hanya diperlukan :

1. Jika hal itu dijanjikan dalam surat perjanjian atau dalam reglemen 2. Jika menurut peraturan undang-undang atau menurut kebiasaan,

juga dalam hal lamanya hubungan kerja ditetapkan sebelumnya, diharuskan adanya pemberitahuan tentang pemutusan itu, dan kedua belah pihak, dalam hal yang diperbolehkan, tidak mengadakan penyimpangan dengan perjanjian tertulis atau dengan reglemen.20

Berakhirnya suatu kontrak pengadaan barang dan jasa diatur dalam Pasal 93 Perpres No. 70/2012 antara lain :

1. PPK dapat memutuskan Kontrak secara seppihak, apabila:

19

KUHPerdata, pasal 1381

(33)

a. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak;

1) berdasarkan penelitian PPK, Pennyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirna pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan.

b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang ditetapkan

c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang dipuuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau

d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggaaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.

2. Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa :

(34)

b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan

c. Penyedia Barang/Jasa Membayar denda keterlambatan; dan d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.21

21 Republik Indonesia, Perpres No. 70 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Barang/Jasa

(35)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI KONTRAK PENGADAAN BARANG

DAN JASA PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

A. Pengertian dan Pengaturan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Badan

Usaha Milik Negara(BUMN) Menurut Peraturan Presiden No. 70

tahun 2012

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Presiden No.70 tahun 2012 Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

Adanya Peraturan Presiden No.70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa menimbang beberapa hal yaitu :

1. Percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan pelaksanaan belanja,

2. Percepatan pelaksanaan belanja Negara perlu percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

3. Percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

4. Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Selanjutnya dalam Perpres No. 70 tahun 2012 menjelaskan beberapa hal tentang Pengadaan Barang dan Jasa antara lain :

(36)

1. Pengguna Barang dan Jasa

Adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I misalnya Lembaga Kebijakan Pengadan barang dan jasa pemerintah, Pemerintah Daerah.

2. Penyedia Pengadaan Barang dan Jasa yaitu : a. Pengguna Anggaran (PA)

Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran K/L/D/I pengguna APBN/APBD

b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD

c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

d. Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Unit organisasi K/L/D/I yang berfungsi permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

e. Pejabat Pengadaan

(37)

f. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan

g. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau Pengawas Intern (APIP)

Aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

3. Sertifikat

a. Penyedia Barang/Jasa

Badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultasi/Jasa Lainnya. b. Pakta Integritas

Surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan KKN dalam Pengadaan Barang dan Jasa

c. Barang

Benda baik berwujud maupun tidak berwujjud, bergerak maupun tidak bergerak , yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.

d. Pekerjaan Konstruksi

(38)

e. Jasa Konsultasi

Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)

f. Jasa Lainnya

Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyesuaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultasi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan barang.

g. Industri Kreatif

Industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, gagasan orisinal, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya reasi dan daya cipta.

4. Pemilihan Pengadaan Barang dan Jasa

a. Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang dan jasa

Tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa b. Swakelola

(39)

sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

c. Dokumen pengadaan

Dokumen yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja ULP/ Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa.

d. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Yang disebut kontrak merupakan perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia barang dan Jasa atau pelaksana Swakelola.

e. Pelelangan Umum

Merupakan metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.

f. Pelelangan Terbatas

(40)

g. Pelelangan Sederhana

Merupakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

5. Usaha dalam Pengadaan Barang dan Jasa a. Pemilihan Langsung

Merupakan metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang benilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

b. Seleksi Umum

Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa konsultasi yang memenuhi syarat.

c. Seleksi Sederhana

Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi untuk jasa Konsultasi paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

d. Sayembara

(41)

e. Kontes

Metode pemilihan Penyedua Barang yang memperlombakan barang/bend tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.

f. Penunjukan Langsung

Metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

g. Pengadaan Langsung

Pengadaan Barang/Jasa tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/ Penunjukan langsung.

h. Usaha Mikro

Usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

i. Usaha kecil

Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki.

6. E-Tendering

(42)

cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang ditentukan.

a. Surat jaminan

Jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjamin/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa.

b. Pekerjaan kompleks

Pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)

c. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement

Pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

d. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

(43)

B. Jenis Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Ada berbagai macam jenis kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam rancangan kontak sebagimana diatur dalam Perpres No. 70 tahun 2012 yaitu :

1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran

Kontrak pengadaan barang dan jasa berdasarkan cara pembayaran terdiri atas : a. Kontrak Lump Sum

Kontrak Lum Sum diuraikan dalam pasal 51 ayat (1) Perpres 70 yaitu kontrak pengaadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga

b) Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa

c) Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak

d) Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based) e) Total harga penawaran bersifat mengikat

f) Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang b. Kontrak Harga Satuan

(44)

a) Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu

b) Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada kontrak ditandatangani

c) Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa

d) Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

c. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan

Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan diuraikan dalam pasal 51 ayat (3) Perpres 70 yaitu kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.

d. Kontrak Persentase

Kontrak presentase diuraikan dalam pasal 51 ayat (4) Perpres 70 yaitu merupakan kontrak pengadaan konsultasi/jasa lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Penyedia jasa konsultasi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan presentase dari nilai pekerjaan tertentu

b) Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak

e. kontrak terima jadi

(45)

atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut :

a) jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan

b) pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukan bahwaa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang ditetapkan.

2. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran Kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis kontrak yaitu : a. Kontrak tahun tunggal

Kontrak tahun tunggal diuraikan dalam pasal 52 ayat (1) Perpres 70 yaitu merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaan mengikat dana anggaran selama 1 (satu)tahun anggaran

b. Kontrak tahun jamak

Sebagaimana diuraikan dalam pasal 52 ayat (2) Perpres 70 merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapat persetujuan :

a) Menteri keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah)

(46)

pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan jasa cleaning service.

Khusus untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah menurut pasal 52 ayat (3) harus disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan

Kontrak digolongkan dalam 3 (tiga) jenis kontrak yaitu : a. Kontrak pengadaan tunggal

Sebagaimana diuraikan dalam pasal 53 ayat (1) Perpres 70 merupakan kontrak antara beberapa PPK dengan 1(satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

b. Kontrak pengadaan bersama,dan

Sebgaimana diuraikan dalam pasal 53 ayat (2) Perpres 70 yaitu menurapakan kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani kontrak.

c. Kontrak payung (Framework contract)

Sebagaimana diuraikan dalam pasal 53 ayat (3) Perpres 70 merupakan harga satuan antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi dengan ketentuan sebagai berikut:

(47)

berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat kontrak ditandatangani, dan

b) Pembayaran dilakukan oleh setiap PPK/satuan kerja yang didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa secara nyata.

4. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan

Kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis kontrak yaitu : a. Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal

Sebagaimana diuraikan dalam pasal 54 ayat (1) Perpres 70 yaitu kontrak pengadaan barang dan jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan.

b. Kontrak pengadaan pekerjaan terintegritas.

Sebagaimana diuraikan dalam pasal 54 ayat (2) Perpres 70 merupakan kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.

C. Subjek dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Ada dua macam subjek hukum yang dikenal dalam ilmu hukum yaitu : a. Natuurlijke Persoon (natural person), yaitu manusia pribadi (Pasal

(48)

b. Rechtpersoon (legal entity), yaitu badan atau perkumpulan yang

didirikan dengan sah yang berkuasa melakukan perbuatan-perbuatan perdata (Pasal 1654 KUHPerdata).22

Manusia pribadi adalah subjek hukum atau pendukung hak dan kewajiban. Setiap manusia adalah pembawa hak (subjek hukum) dan mampu melakukan perbuatan hukum atau mengadakan hubungan hukum yang harus diikuti dengan adanya kecakapan hukum (rechtsbekwaamheid) dan kewenangan hukum(rechtsbevoedgheid).23

Menurut R. Subekti dalm buku Mulhadi badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim.24

a. Perkumpulan orang atau perkumpulan modal (organisasi).

Secara garis besar pengertian badan hukum sebagai subjek hukum,yang telah mencakup unsur atau kriteria (materil) dikatakan sebagai berikut :

b. Dapat melakukan perbuatan hukum (rehtshandeling) dalam hubungan hukum (rechtsbetrekking).

c. Mempunyai harta kekayaan sendiri. d. Mempunyai pengurus.

e. Mempunyai hak dan kewajiban.

f. Dapat digugat atau menggugat didepan pengadilan.25

22 Mulhadi, opcit. Hal. 73

23 Ibid

24 Ibid Hal. 74

(49)

Selanjutnya disampin unsur-unsur materil ada juga unsur formil. Bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai badan hukum apabila memenuhi unsur-unsur atau kriteria (formil) sebagai berikut :

a. Dinyatakan secara tegas dalam peraturan atau undang-undang yang mengaturnya.

b. Dinyatakan secara tegas di dalam akta pendiriannya.

c. Dalam prosedur pendiriannya diperlukan campur tanggan pemerintah seperti kewajiban adanya pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

d. Di dalam praktek kebiasaan diakui sebagai badan hukum. e. Ditegaskan dalam yurisprudensi.26

Selanjutnya ditinjau dari perundang-undangan pengadaan barang dan jasa tentunya diadakan dan diputuskan dari yang menggunakan sehingga dapat mengadakan barang dan jasa itu. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 70 tahun 2012 yaitu Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan

penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing

K/L/D/I.

Pejabat yang ikut dalam melaksanakan dan/atau turut serta pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan Undang-Undang Nomor 70 tahun 2012 antara lain :

a. lembaga Pemerintahan yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/jasa (LKPP) (sebagaimana pada Pasal 4),

(50)

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Barang/Jasa(Pasal 1 ayat 7),

c. Unit layanan pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi Kementerian Daerah/Intstitusi yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri atau melekat pada unit yang sudah ada (Pasal 1 ayat 8),

d. Pejabat Pengadaan yaitu bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung(Pasal 1 ayat 9), Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (pasal 1 ayat 10),

e. Aparat Pengawas Inter Pemerintah (APIP) adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi (Pasal 1 ayat 11)

Penyedia pengadaan barang dan jasa berdasarkan Undang-Undang Nomor 70 tahun 2012 yaitu :

1. Badan Usaha; atau

2. Orang perseorangan, yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konstultasi/Jasa Lainnya.

Dalam hal melukukan suatu perbuatan hukum (dalam hal ini mengikuti tender pengadaan barang/jasa pemerintah), suatu badan usah diwakili oleh orang yang berwenang mewakili badan usaha tersebut. Pada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) (baik terbuka maupun tertutup), dan pada commanditaire

(51)

Selanjutnya telah disebutkan Persyaratan Penyedia Barang/Jasa dalam Pasal 11 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan Penyedia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa;

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa;

c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertndak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;

d. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;

e. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasil (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;

f. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir memperoleh pekerjaan menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

g. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;

h. Tidak masuk daftar hitam;

(52)

j. Khusus untuk penyedia barang/jasa orang perseorangan persyaratannya sama dengan diatas kecuali huruf f.

D. Isi Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Berdasarkan Pasal 29 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut :

1. Para pihak yang menandatangani kontrak meliputi nama, jabatan, dan alamat;

2. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan;

3. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat didalam perjanjian; 4. Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran; 5. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;

6. Tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian/penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya;

7. Jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelaikan;

8. Ketentuan mengenai cara janji dan saksi dalam para pihak tidak memenuhi kewajibannya;

9. Ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak; 10. Ketentuan mengenai keadaan memaksa;

(53)

12. Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja;

13. Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan;

14. Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.27

E. Prosedur Kontrak/Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa yang di

lakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Dalam pelaksanaan Pengadaan barang dan jasa selalu dilakukan pemilihan penyedia. Dengan demikian penting pula mengetahui metode pemilihan pengadaan barang atau jasa pemerintah sesuai Perpres 54/2010 sebagaimana telah diubah dengan Perpres 70/2012. Adapun metode pemilihan tersebut terdiri atas beberapa cara, yaitu :

a. Pelelangan Umum

Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media masa, media cetak, dan pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat memenuhinya.28

b. Pelelangan Terbatas

Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh sekurang-kurangnya lima rekanan yang tercantum dalam daftar rekanan terseleksi (DRT) yang dipilih diantara rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya, dengan pengumuman secara luas, melalui media

27 Kepres No 80 tahun 2003, tentang pedoman pelaksanaan barang dan jasa

pemerintah.

(54)

masa, media cetak, dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha dapat mengetahuinya.29

c. Pelelangan Sederhana

Selain prinsip dalam metode pemilihan, juga dikenal kebijakan. Kebijakan ini merujuk pada kebijakan penyederhanaan aturan dan tata cara yang berorientasi pada pencapaian prinsip efisien dan efektif. Pelelangan sederrhana adalah salah satu kebijakan tersebut.

1. Pelelangan Sederhana dan Pemilihan Langsung

Kriteria pelelangan sederhana adalahmetode pemilihan penyedia barang/jasa liannya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)

2. Seleksi Sederhana

Seleksi sederhana dapat dilakukan untuk pengadaan jasa konsultasi yang antara lain :

i. Bersifat sederhana; dan

ii. Bernilai paling tinggi Rp. 2.00.000.000 (dua ratus juta rupiah)30 d. Pemilihan Langsung

Merupakan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawaran dan melakukan negosiasi, baik teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dari rekan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).

29Ibid 161

(55)

e. Pengadaan Langsung

Pengadaan langsung dapat dilakukan terhadap pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan memenuhi salah satu atau lebih daari kriteria dibawah ini.

a. Kebutuhan operasional K/L/D/I b. Teknologi sederhana

c. Risiko kecil

d. Dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang-perseorangan dan/atau badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaanyang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi kecil.31

Merupakan metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan gagasan orisinal, kreativitas, dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

f. Sayembara/Kontes

32

31 Fahrurrazi, Samsul Ramli, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah,hal.33

(56)

BAB IV

ANALISIS TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA

BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN PT. PEMUDA

SIMALUNGUN ABADI

A. SEKILAS TENTANG PT. PEMUDA SIMALUNGUN ABADI

PT. Pemuda Simalungun Abadi yang berdasarkan Akta Pendiriannya didirikan pada 15 Maret 2012. Berdasarkan anggaran dasarnya Perseroan Terbatas ini didirikan oleh Elbarino Shah dan Fatimah Azlina, yang berkedudukan di Kota Pematang Siantar. Perseroan ini dapat membuka cabang atau perwakilan di tempat lain, baik didalam maupun diluar Wilayah Republik Indonesia. Dan Perseroan yang didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Adapun maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT. Pemuda Simalungun Abadi yang bergerak di bidang usaha Perdagangan, Pengangkutan Darat, Perindustrian, Pembangunan, Pertanian dan Jasa. Untuk mencapai maksud dan tujuan diatas PT. Pemuda Simalungun Abadi melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Menjalankan usaha-usaha di bidang Perdagangan antara lain :

a. Distributor, agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan;

b. Ekspor dan Import; c. Perdagangan Besar Lokal;

d. Ekspor-import dan perdagangan hasil pertanian; e. Grossier, Supplier, Leveransir dan Commision House; f. Ekspor-import dan perdagangan hasil perkebunan;

(57)

g. Ekspor-import dan perdagangan hasil Bumi, Hutan; h. Ekspor-import dan perdagangan hasil industri;

2. Menjalankan usaha-usaha dibidang Pengangkutan Darat, antara lain : a. Angkutan Darat (pipa/pipanasi);

b. Ekspedisi dan pergudangan;

c. Menjalankan usaha-usaha dibidang transportasi; d. Transportasi Pengangkutan;

e. Transportasi Penumpang.

3. Menjalankan usaha-usaha dibidang Perindustrian, antara lain : a. Industri Wood Working dan Furniture (meubel);

b. Industri daur ulang;

c. Industri Karet Mentah/Alam;

d. Industri Peralatan Pengolahan Air Bersih dan Limbah; e. Industri Pengolahan Kayu dan Tripleks.

4. Menjalankan usaha-usaha dibidang Pembangunan, antara lain : a. Bertindak sebagai pengembang;

b. Pemborongan pada umumnya (General Contractor); c. Pemasangan komponen bangunan;

d. Pembangunan konstruksi gedung, jembatan, jalan bandara dan dermaga;

(58)

5. Menjalankan usaha-usaha dibidang Pertanian, antara lain : a. Agroindustri;

b. Industri Pertanian; c. Peternakan;

d. Perikanan darat/laut dan pertambangan; e. Menjalankan usaha-usaha dibidang Pertanian; f. Kehutanan;

g. Agrobisnis.

6. Menjalankan usaha-usaha dibidang jasa, antara lain : a. Jasa Rekruting dan Penyaluran Tenaga Kerja; b. Jasa Konsultasi menejemen dan administrasi; c. Jasa Persewaan Kendaraan Bermotor;

d. Jasa Periklanan;

e. Jasa Hiburan, Promosi, Agency, Manajemen serta Produksi; f. Jasa Penunjang Kegiatan Angkutan dan Perjalanan;

g. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatannya; h. Jasa Komputer dan kegiatan terkait; i. Jasa kebersihan;

j. Jasa Konsultasi Arsitek, Design dan Interior, Konsultasi Teknik Engineering;

k. Jasa Telekomunikasi Umum; l. Jasa Kesenian dan Pameran;

(59)

o. Jasa Teknologi Informasi; p. Jasa Pengolahan Data;

q. Menjalankan usaha-usaha dibidang jasa kecuali dalam bidang hukum dan pajak.

Dapat dilihat dari PT. Pemuda Simalungun Abadi ini sudah mendapatkan izin dan atau pendukung yang sah untuk menjalankan Perseroan Terbatas dari pihak yang berwenang antara lain adanya Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas (PT), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Pengesahan Badan Hukum Perseroan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Surat Keterangan Domisili Usaha, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Kartu Tanda Anggota Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia, Sertifikat Kompetensi dan Kualifikasi Perusahaan, Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi, Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi, Izin dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, adanya Angka Pengenal Importir-Umum dari Kementerian Perdagangan, Sertifikat Daftar Rekanan Terseleksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), dan adanya Daftar Pengalaman Kerja PT. Pemuda Simalungun Abadi.

B. Prosedur Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa yang

dilakukan PT. Pemuda Simalungun Abadi dengan Badan Usaha milik

Negara (BUMN) berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012

(60)

PT.Pemuda Simalungun Abadi sebagai pihak pemborong telah memenuhi beberapa fase kualifikasi yaitu pascakualifikasi dan prakualifikasi dalam pelelangan pekerjaan peningkatan/pengerasan jalan produksi dengan batu pitrun ukuran (7000 x 3) M di Afdeling II, blok 03 H,I,J,K,L,M,N dan O Unit Usaha Dolok Sinumbah yang merupakan salah satu dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Perkebunan Nusantara IV sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Undang-Undang No. 70 tahun 2012 dalam menentukan penyedia barang dan jasa.33

1. Barang/jasa apa yang dibutuhkan (jumlah, jenis, dan spesifikasi lainnya);

Identifikasi kebutuhan barang/jasa dibangun dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam formulasi 4 W + 1 H yaitu What (apa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Dengan demikian identifikasi harus dapat dijawab oleh hal-hal sebagai berikut :

2. Dimana dibutuhkan; 3. Kapan dibutuhkan;

4. Berapa biaya yang dibutuhkan;

5. Unit mana yang mengurus dan unit mana yang menggunakan;

6. Mengapa pengadaan tersebut dilakukan (alasan-alasan terkait kebutuhan); dan

7. Bagaimana cara pengadaan dan kebijakan umum pengadaan dilakukan.34

33

Wawancara dengan Bapak Elbarino Shah Direktur PT.Pemuda Simalungun Abadi, tanggal 20 Maret 2015.

Referensi

Dokumen terkait

PERPANJANGAN KONTRAK PEMENANG TENDER PADA BUMN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN MENTERI BUMN NO.05/MBU/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH.. BADAN

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ini mengatur tentang ketentuan-ketentuan yang mengikat dalam kontrak kerja konstruksi antara Pengguna Jasa dan

Kontrak Pengadaan Bersama merupakan Kontrak antara beberapa PPK dengan 1 beberapa PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu.. (satu)

pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang menggunakan bukti pembelian dan kuitansi, serta Pengadaan Pekerjaan

Tesis ini membahas tentang “Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah” yang terdiri dari 5 (lima) bab dan masing-masing bab

(4) Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kontrak Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan harga satuan yang tetap untuk

(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk serah

Rangkaian Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jika dilakukan dengan baik sesuai tahapan-tahapan penjelasan sebelumnya maka risiko permasalahan Kontrak