• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.7. Berat Badan Rata-Rata Tikus Betina Wistar Sebelum,

OdorataSelama 6, 11 dan 16 Minggu

Perubahan berat badan rata-rata hewan coba sebelum, setelah induksi dengan DMBA dan setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata selama 6, 11 dan 16 minggu ditunjukkan pada Tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7. Rerata berat badan tikus betina Wistar sebelum, setelah induksi dengan DMBA dan setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena Odorata selama 6, 11 dan 16 minggu

Kelompok Berat badan tikus betina Wistar (g)

P-Value Sebelum

induksi Setelahinduksi Setelah 6 minggupemberian ekstrak uji Setelah 11 minggu pemberian ekstrak uji Setelah 16 minggu pemberian ekstrak uji Normal 130 ± 9 140 ± 9 185 ± 3 195 ± 3 210 ± 4 0,001 DMBA 20mg/kg BB 125 ± 7 132 ± 12 140 ± 1 155 ± 1 105 ± 1 0,001 DMBA+ Doxorubicin 120 ± 6 134 ± 3 144 ± 2 154 ± 2 165 ± 7 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 125 ± 1 136 ± 8 145 ± 1 150 ± 1 156 ± 8 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 120 ± 5 138 ± 12 140 ± 3 168 ± 1 175 ± 3 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 135 ± 2 146 ± 12 165 ± 2 180 ± 2 195 ± 2 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 125 ± 1 135 ± 18 165 ± 4 175 ± 4 210 ± 5 0,001

Hasil observasi terhadap berat badan hewan coba setelah pemberian ekstrak uji selama 6 minggu, pada hewan coba kelompok ekstrak uji dosis 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB menunjukkan ada kenaikan berat badan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang diberi doxorubicin (p < 0,001). Hal yang sama juga terjadi peningkatan berat badan yang signifikan setelah 11 minggu pemberian

ekstrak uji jika dibandingkan dengan kelompok doxorubicin (P < 0,001), kecuali kelompok ekstrak uji dosis 500 mg/kg BB (P = 0,0590). Setelah 16 minggu pemberian ekstrak uji yaitu pada akhir perlakuan, ternyata berat badan kelompok ekstrak uji dengan berbagai tingkatan dosis meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok doxorubicin, dimana p < 0,05 untuk kelompok ekstrak uji dosis 500 mg/kg BB dan1000 mg/kg BB. Sedangkan perbedaan berat badan yang sangat nyata (P < 0,001) untuk kelompok 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB. Peningkatan berat badan juga diamati diantara kelompok ekstrak etanol daun Chromolaena odorata dimana dengan peningkatan dosis, maka berat badan hewan coba pun meningkat secara signifikan, terutama setelah 11 minggu pemberian ekstrak uji (P < 0,05, di semua pebandingan) dan setelah 16 minggu pemberian ekstrak uji juga berbeda signifikan (P < 0,001, di semua perbandingan).

Induser kanker payudara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DMBA menyebabkan gangguan fungsi hati yang mempengaruhi proses metabolisme sehingga berpengaruh terhadap saluran cerna dan menurunnya nafsu makan. Diperkirakan senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak uji memiliki aktivitas hepatoprotektif yang dapat memperbaiki fungsi hati dan fungsi saluran cerna. Dengan demikian peningkatan berat badan terjadi karena kandungan yang terdapat pada ekstrak tersebut mampu memperbaiki berbagai hal yang berkaitan dengan gangguan saluran cerna dan gangguan metabolisme tubuh selama kanker.

5.8. Hasil Pengamatan Histopatologi Jaringan Payudara Hewan Coba

Pengamatan terhadap jaringan payudara dilakukan untuk melihat ada tidaknya perubahan morfologi sel-sel epitel kelenjar payudara tikus dan untuk maksud tersebut dilakukan pembedahan tikus dan diambil payudaranya dari masing-masing kelompok untuk dipreparasi jaringannya menggunakan metode paraffin beku dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Sebelum diproses, payudara tikus diambil secara hati-hati dan ditimbang beratnya. Pengamatan terhadap jaringan payudara dilakukan di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 400 kali untuk mengetahui tingkat keparahan kanker yang terjadi. Pembacaan dan analisa hasil dilakukan oleh seorang ahli patologi

anatomi.. Perubahan histopatologik epitel jaringan kanker payudara akibat paparan DMBA telah banyak dibuktikan dalam penelitian sebelumnya, yang mengakibatkan perubahan sel epitel jaringan payudara menjadi karsinoma in situ. Hasil analisa histopatologi terlihat bahwa hampir semua nodul kanker dari semua kelompok perlakuan sudah menunjukkan adanya karsinogenesis (Gambar 4), kecuali kelompok normal. Pada hewan coba kelompok DMBA terlihat dengan jelas terjadi proliferasi sel epitel dan hiperplasia yang sangat progresif jika dibandingkan dengan sel epitel pada hewan coba kelompok normal.

Normal DMBA Ekstrak 1000 mg/kgBB Ekstrak 2000 mg/kgBB 5.6. Proliferasi Sel Kanker Payudara Tikus Melalui Pemeriksaan AgNOR

Setelah

Pada kelompok hewan coba yang diberi ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata dosis 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB juga masih terlihat beberapa lapis

sel epitel, tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan hewan coba kelompok DMBA. Pengurangan progresivitas kanker dapat ditandai dari ketebalan lapisan sel epitel dan hiperplasia pada kelenjar payudara hewan coba. Terkait dengan waktu munculnya nodul kanker pada hewan coba berbeda dalam hitungan hari dan hal ini tidak dilakukan evaluasi secara rinci, namun tetap diperhitungkan kecukupan jadwal pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata. Pada hewan coba kelompok DMBA ditemukan perubahan jaringan hepar dan ginjal, namun hal ini tidak terlihat pada hewan coba kelompok perlakuan lain, baik perlakuan dengan doxorubicin, Gambar 4. Histopatologis jaringan kanker payudara tikus betina dengan pewarnaan

Hematoksilin – Eosin. Pada kelompok normal terdapat satu lapis sel epitel acini; kelompok DMBA ada beberapa lapis sel epitel acini yang berproliferasi secara progresif dan tampak ada hiperplasia; kelompok ekstrak 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB sel epitel acini berproliferasi lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok DMBA (Perbesaran 400 X)

maupun kelompok ekstrak uji. Pada kelompok perlakuan dengan ekstrak uji, hal ini tidak terjadi karena senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata menghambat perubahan-perubahan ke arah terjadinya

metastase. Beberapa senyawa yang telah dikaji dari ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata melalui pemeriksaan dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrophotometry (LCMS) diduga berperan dalam penghambatan perkembangan

pertumbuhan kanker payu dara diantaranya adalah terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil analisa LCMS-ESI terhadap komponen utama dari ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata

No Nama Senyawa Berat Molekul Formula RT

1 1-Carboethoxy-β-carboline 240,08 C14H12N2O2 4,31

2 3-Methylxanthin-2,6-dione 250,07 C15H10N2O2 6,88

3 5,7,8,3’,4’-Pentamethoxyflavonone 374,13 C20H22O7 4,07

4 Canthin-6-one 220,06 C14H8N2O 6,76

5 Candidate C18H16O 248,12 C18H16O 4,70

Adapun struktur dari senyawa-senyawa tersebut adalah sebagai berikut:

1-Carboethoxy-β-carboline 3-Methylcanthin-2,6-dione

Senyawa-senyawa ini yaitu 1-Carboethoxy-β-carboline, 3-Methylcanthin-2,6-dione, 5,7,8,3’,4’-Pentamethoxyflavonone dan senyawa Canthine-6-one diduga berperan penting dalam menghambat secara sinergis pertumbuhan kanker payudara hewan coba, selain itu peran senyawa kandidat yang belum ditentukan strukturnya yaitu C18H16O. Untuk mengetahui secara pasti senyawa yang berperan penting diperlukan kajian lebih lanjut terhadap senyawa-senyawa yang terdapat di dalam fraksi aktif. Untuk tujuan tersebut pada penelitian yang akan datang akan dilakukan fraksinasi untuk mendapatkan fraksi teraktif dan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang kemungkinan berpotensi kuat sebagai antikanker.

5.9. Hasil Pengamatan Titik AgNOR Pada Jaringan Payudara Tikus

Aktivitas proliferasi sel kanker dapat dievaluasi melalui pengamatan jumlah titik AgNOR (Argyrophilic Nuclear Organizer Region). Nuclear Organizer Region

(NOR) adalah rangkaian DNA lengan pendek pada kromosom akrosentrik yang terkait aktivitas gen ribosomal RNA, sintesa protein dan proliferasi sel. Pada pewarnaan dengan perak (Argentum, Ag), NOR akan terlihat sebagai titik hitam atau coklat tua yang disebut dengan agregat NOR atau AgNOR (Gambar 5). Perubahan histopatologik epitel jaringan kanker payudara akibat paparan DMBA telah banyak dibuktikan dalam penelitian sebelumnya, yang mengakibatkan perubahan sel epitel jaringan payudara menjadi karsinoma in situ.

Parameter yang diukur adalah aktivitas proliferasi dengan menghitung nilai mean AgNOR yaitu rata-rata jumlah titik hitam AgNOR pada setiap sel yang diamati lakukan dengan membagi semua jumlah titik hitam dalam sel yang teramati dengan semua jumlah sel yang teramati. Gambar dan jumlah rata-rata titik AgNOR kelompok tikus normal, perlakuan DMBA dan tikus perlakuan dengan ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata pada masing-masing dosis ditunjukkan dalam Tabel 7. Hasil

Normal DMBA Ekstrak 1000 mg/kgBB Ekstrak 2000 mg/kgBB Gambar 5. Titik Hitam AgNOR Pada Sel Kanker Payudara Tikus

Tabel 7. Jumlah rata-rata titik AgNOR pada sel kanker payudara di akhir perlakuan Kelompok Rata-rata titik AgNOR ±

SD dari tiap sel

Nomal 0,75 ± 0,10 DMBA 20mg/kg BB 3,05 ± 0,10 DMBA+ Doxorubicin 1,55 ± 0,15 DMBA+ECO 500mg/kg BB 2,55 ± 0,20 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 1,90 ± 0,30 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 1,50 ± 0,10 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 1,65 ± 0,35

Melalui pengamatan titik AgNOR pada jaringan kanker payudara tikus, maka dapat diketahui telah terjadi peningkatan ataupun penurunan aktivitas proliferasi sel pada kelompok hewan uji. Pada Tabel 7 dan Gambar 5, terlihat kelompok perlakuan dengan DMBA (induser kanker) memiliki nilai mAgNOR paling tinggi (3,05 ± 0,10). Hal ini menjelaskan bahwa pada kelompok DMBA telah terjadi peningkatan aktivitas proliferasi sel epitel kelenjar payudara tikus paling progressif dibandingkan dengan kelompok normal dan kelompok lain (P < 0,001). Penurunan jumlah titik AgNOR, secara signifikan juga terjadi pada sel kanker payudara semua kelompok

perlakuan baik dengan doxorubicin dan ekstrak uji jika dibandingkan dengan kelompok DMBA. Bila dibandingkan antara kelompok perlakuan dengan ekstrak uji, maka perbedaan jumlah titik AgNOR pada kelompok ekstrak uji dosis 1000 mg/kg BB; 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok ekstrak uji dosis 500 mg/kgBB (P < 0,001). Jumlah titik AgNOR pada sel kanker kelompok ekstrak uji dosis 4000 mg/kg BB menurun, namun tidak signifikan secara statistik jika dibandingkan dengan kelompok ekstrak uji dosis 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB.

Sel epitel kelenjar payudara tikus kelompok normal dan kelompok ekstrak uji dosis 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kgBB terlihat berproliferasi mendekati kelompok normal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perlakuan dengan DMBA dosis 20 mg/kgBB sebanyak 15 kali dalam 5 minggu dapat menginisiasi proliferasi sel yang abnormal secara progresif. Berdasarkan jumlah rata-rata AgNOR pada kelompok ekstrak uji dosis 2000 mg/kgBB dan dosis 4000 mg/kgBB maka dapat dinyatakan bahwa perlakuan dengan ekstrak etanol daun Chromolaena odorata efektif dalam menurunkan proliferasi sel epitel kelenjar payudara tikus terinduksi DMBA. Diperkirakan dengan peningkatan dosis ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata maka proliferasi sel kanker payudara dapat dihambat lebih baik. Ekstrak

etanol daun Chromolaena odorata masih merupakan ekstrak kasar yang mengandung berbagai senyawa, sehingga terjadinya perbedaan aktivitas proliferasi pada kelompok ekstrak uji dosis 2000 mg/kg BB dengan kelompok ekstrak uji dosis 4000 mg/kg BB mungkin terjadinya karena adanya efek yang berlawanan antar senyawa yang terdapat dalam ekstrak tersebut sehingga efek yang ditimbulkan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pemberian dosis yang meningkat. Berdasarkan hal ini, maka pada masa mendatang perlu dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak ini sehingga aktivitas antiproliferasi yang ditandai dengan titik AgNOR dapat meningkat secara signifikan seiring dengan terkonsentrasinya senyawa aktif yang berperan dalam penghambatan pertumbuhan sel kanker.

Pada saat proliferasi, terjadi peningkatan sintesis protein melalui perubahan biogenesis ribosom. Deteksi untuk melihat adanya perubahan gen pada sel kanker

yang berhubungan dengan biogenesis ribosom dapat ditunjukkan dengan kuantitas dari Nuclear Organization Region ( NOR ). Perwarnaan NOR dengan perak (Ag) disebut AgNOR. Menurut Bankfalvi et al, 2003 bahwa pemeriksaan AgNOR dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk memprediksi prognosis kanker payudara.

Pengembangan produk ekstrak etanol daun Chromolaena odorata perlu segera dilakukan mengingat insidensi kanker payudara semakin meningkat. Pengembangan produk fitokimia dapat dilakukan bila telah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. Produk yang dikembangkan dapat berperan sebagai agen kemopreventif yang dapat mencegah terjadinya karsinogenesis dan kombinasi kemoterapi untuk mencegah resistensi sel kanker terhadap antikanker yang tersedia. Beberapa kajian terhadap ekstrak tumbuhan ini akan dilanjutkan pada tahun depan dalam rangka pengembangan ke arah produk fitokimia.

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Ekstrak etanol daun Chromolaena odorata memiliki aktivitas sebagai antikanker pada tikus betina Wistar yang diinduksi dengan dimethyl benzoantracene (DMBA) dosis 20mg/kg BB

2. Ekstrak etanol daun Chromolaena odorata mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan jumlah, volume dan berat nodul kanker payudara pada tikus betina Wistar yang diinduksi DMBA dosis 20mg/kg BB

3. Berat badan tikus betina Wistar meningkat seiring dengan pertambahan dosis ekstrak etanol daun Chromolaena odorata.

4. Secara histopatologis terlihat ada perubahan pada sel kanker kelenjar payudara tikus setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata yang bersifat dose-dependent

5. Mekanisme kerja antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata bersifat kuratif terhadap proses karsinogenesis dan

antiproliferatif karena dapat menurunkan jumlah AgNOR 6.2. Saran

1. Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan dana yang lebih memadai, mengingat pada tahun berikutnya akan dilakukan fraksinasi agar diperoleh senyawa yang lebih terkonsentarasi.

2. Upaya untuk mengetahui senyawa kimia di dalam ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata dapat dilakukan melalui tahap fraksinasi dan

isolasi, dengan demikian dapat diketahui senyawa yang paling potensial sebagai antikanker setelah dilakukan uji kembali terhadap senyawa-senyawa yang berhasil diisolasi dari ekstrak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adedapo, A.A., Oyagbemi, A.A., Fagbohun, O.A., Omobowale, T.O., Yakubu, M.A. 2016. Evaluation of the anticancer properties of the methanol leaf extract of Chromolaena odorata on HT-29 cell line. Journal of pharmacognosy and phytochemistry, 5(2): 52-57

Asomugha RN, Ezejiofor AN, Okafor PN and Ijeh II. 2015. Acute and Cytotoxicity Studies of Aqueous And Ethanolic Leaf Extracts Of Chromolaena Odorata Pakistan Journal Of Biological Sciences Volume 18 (1): 46-49

Bankfalvi A, Giuffre G, Ofner D, Diallo R, Poremba C, Buchwlow IB. Relation ship Between HER-2 Status and Proliferation Rate in Breast Cancer Assessed by Imunohistochemisty, Fluorecence in situ Hibriditation and Standardised AgNOR Analysis. International Journal of Oncology 2003; 23: 1285-92

Benyamin VT. 2011. Phytochemical and antibacterial studies on the essential oil of Euphatorium odoratum. Pharmaceutical Biology.

Bray F, Jemal A, Torre LA, et al. 2015. Long-term realism and cost-effectiveness: primary prevention in combating cancer and associated inequalities worldwide. J Natl Cancer Inst ;107-111]]

Emani L, Ravada S, Meka B, Garaga M, Golakoti T. 2015. A New Flavanone from The Leaves of Chromolaena Odorata. Nat Prod Commun.;10:1555–9.

Ezenyi IC, Salawu OA, Kulkarni R, Emeje M. 2014. Antiplasmodial Activity-Aided I solation and Identification of Quercetin-4’- Methyl Ether in Chromolaena

Odorata Leaf Fraction with High Activity Against

Chloroquine-Resistant Plasmodium Falciparum. Parasitol Res; 113:4415–22.

Fitra M, Winarno H, Simajuntak P. 2017. Isolation and Identification Of Chemical Compounds As Anticancer From Leaves Of Kopasanda (Chromolaena Odorata (L.), Jurnal Ilmu Kefarmasian; 77-81

Forman D, Bray F, Brewster DH, Mbalawa CG, Kohler B, Pineros M, et al. 2014. Cancer incidence in five continents Vol X. IARC Scientific Publications No. 164. International Agency for Research on Cancer.

Freddie B, Jacques F, Isabelle S, Rebecca LS, Lindsey AT, Ahmedin J. 2018. Global Cancer Statistics GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancersin 185 Countries. CA CANCER J CLIN. 2018; 0:1– 31.

Galluzzi L, Vitale I, Michels J, Brenner C, Szabadkai G, Harel-Bellan A, et al. 2014. Systems biology of cisplatin resistance: past, present and future. Cell Death Dis 4;5:e1257

Heiss EH, Tran TV, Zimmermann K, Schwaiger S, Vouk C, Mayerhofer B, Et Al.2014. Identification Of Chromomoric Acid C-I As An Nrf2 Activator In Chromolaena Odorata. J Nat Prod; 77:503–8.

Hu CM, Aryal S, Zhang L. Nanoparticle-assisted combination therapies for effective cancer treatment. Ther Deliv. 2010;1 :323–34.

Hung TM, Cuong TD, Dang NH, Zhu S, Long PQ, Komatsu K, Et Al. 2011. Flavonoid Glycosides from Chromolaena Odorata Leaves and Their in

Vitro Cytotoxic Activity. Chem Pharm Bull (Tokyo);59 :129–31.

Ijioma SN, Okafor AI, Ndukuba PI, Nwankwo AA, Akomas SC. 2014. Hypoglycemic, hematologic and lipid profile effects of Chromolaena odorata ethanol leaf extract in alloxan induced diabetic rats. Ann Biol Sci; 2:27–32. Ikewuchi, J.C., Ikewuchi, C.C., and Mercy O. Ifeanacho. 2013. Analysis of the

Phytochemical Composition of the Leaves of Chromolaena odorata King and Robinson by Gas Chromatography-Flame Ionization Detector. The Pacific

Journal of Science and Technology; 14 (2): 360 -378.

Ikewuchi, J.C., Ikewuchi, C.C., Enuneku, E.C., Ihunwo, S.A., Osayande, O.I., Batubo, D.B., Manuel, D.I. 2012. Alteration of blood pressure indices and pulse rates by an aqueous extract of the leaves of Chromolaena odorata (L) King and robinson (Asteraceae). The Pacific journal of science and technology, 13(2): 348-358 Joshi R.K.2013. Chemical Composition of the Essential Oils Of Aerial Parts And

Flowers Of Chromolaena Odorata (L.). R.M. King & H. Rob. From Western Ghats Region Of North West Karnataka, India. J Essent Oil Bearing Plants 16:71–5

Krishanti, P., Melinda, X.R., Kasi, M., Ayyalu, D., Surash, R., Sadasivam, K., Sreeramanan, S. 2010. A comparative study on the antioxidant activity of methanolic leaf extracts of Ficusreligiosa L, Chromolaena odorata (L) King and Rabinson, Cynodondactylon (L) Pers. and Tridax procumbens L., Asian pacific journal of tropical medicine, 3 (5): 348-350

Lawal B, Shittu OK, Kabiru AY, Jigam AA, Umar MB, Berinyuy EB, Alozieuwa BU.2015. Potential antimalarials from African natural products: a review. J Intercult Ethnopharmacol.; 4(4):318–43.

Leonora PN and Elena SC 2012. Anti-Immunosuppressive Effects of Chromolaena Odorata (Lf.) King & Robinson (Asteraceae) Leaf Extract in Cyclophosphamide-Injected Balb/C Mice. Philipp. J. Sci. 141: 35-43

Meiyanto E, Susilowati S. Tasmiatun S, Murwanti R dan Sugiyanto.2007. Chemopreventive Effect Of Ethanolic Extract Of Gynura Procumbens (Lour), Merr On The Carcinogenesis Of Rat Breast Cancer Development Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 154 – 161, 200

Méndez-Callejas GM, Rodríguez-Mayusa J, Celis-Zambrano CA, Rodríguez OE, Torrenegra-Guerrero RD. 2018. Anticancer Potential Of -5,7-Dihydroxyflavanone from Leaves Of Chromolaena Leivensis (Hieron) On HepG2 Cancer Cells Line International Journal Of Current Pharmaceutical Review And Research; 9(4); 48-54

Naidoo KK, Coopoosamy RM, Naidoo G. 2011. Screening of Chromolaena odorata L king and Robinson for antibacterial and antifungal properties. J Med Plant Res; 519:4839–62

Ngozi Igboh M, Jude Ikewuchi C and Catherine, Ikewuchi C. 2009.Chemical profile of Chromolaena odorata L. (King and Robinson) leaves. Pakistan Journal of Nutrition 8.;521-524

Ogbonna O, Mbaka G, Anyika E, Osegbo O, Igbokwe H.2010. Evaluation Of Acute Toxicity In Mice And Subchronic Toxicity Of Hydro-Ethanolic Extract Of Chromolaena Odorata In Rats. Agric Biol J N Am;1(5):859

Okoroiwu HU, Atangwho IJ, Uko EK, Maryann OI. 2016. Haemostatic property of Chromolaena odorata leaf extracts: in vitro and in vivo evaluation in wistar rats Journal of Biological Research; 89:6211, 56-60.

Onkaramurthy M, Veerapur VP, Thippeswamy BS, Madhusudana TNR, Hunasagi R, Badami S 2013. Anti-diabetic and anti-cataract effects of Chromolaena odorata Linn, in streptozotocin-induced diabetic rats. J Ethnopharm; 145(1):363-372 Paulose P, Juliet S, Sujith S, Sini M, Divya TH, Nair SN, Chandrasekhar S, Pradeep

M, George AJ, Ravindran R. 2016. Evaluation of Toxicological Potential Of Methanolic Extract Of Chromolaena Odorata Found In The Western Ghats Of Indian Subcontinent Orally In Mice. Advances In Animal And Veterinary Sciences; 4 (2): 78-84

Prabhu V and Ravi S. 2012. Isolation Of A Novel Triterpene From The Essential Oil Of Fresh Leaves Of Chromolaena Odorata And Its In-Vitro Cytotoxic Activity Against Hepg2 Cancer Cell Line. Journal of Applied Pharmaceutical Science; 2 (9), 132-136.

Robert KO, Nwanebu FC, Uduak U, Nna JN, Lydia NO, Nnaemeka C. 2011. Ethanolic extraction and phytochemical screening of two Nigeria Herbs Chromolaena odorata and Citrus sinensis on pathogens isolated from wound infections. Int J Compr Pharm; 210:1–9

Ting AY, Klimer BF, Fabian CJ and Petroff BK. 2007. Characterization of a preclinical model of simultaneous breast and ovarian cancer progression. Carcinogenesis. , 28(1):130-5.

Wafo P, Kamdem RS, Ali Z, Anjum S, Begum A, Oluyemisi OO, Et Al. 2011. Kaurane-Type Diterpenoids from Chromoleana Odorata Their X-Ray Diffraction Studies And Potent A-Glucosidase Inhibition Of 16-Kauren-19-Oic Acid. Fitoterapia; 82:642–6.

Yakubu MT. 2012.Effect Of A 60-Day Oral Gavage Of A Crude Alkaloid Extract From Chromolaena Odorata Leaves On Hormonal And Spermatogenic Indices Of Male Rats. J Androl; 33:1199–207.

73

AND T47D BREAST CANCER CELL LINES BY ETHANOL EXTRACT

OF SEURAPOH (Chromolaena odorata) LEAVES

Hanifah Yusuf1*, Reno Keumalazia Kamarlis2, and Yusni3 1

Department of Pharmacology, Faculty of Medicine Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

2

Department of Pathology Anatomy, Faculty of Medicine Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

3

Department of Physiology, Faculty of Medicine Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia *Corresponding author: hans_yusuf1104@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine the growth inhibition and apoptosis induction of MCF-7 and T47D cancer cells by ethanol extract of

Chromolaena odorata leaves. A post-test with control group design was used in this study. The extract was made by maceration with 80%

ethanol and the tested concentrations used were 7.80 µg/mL-500 µg/mL with standard drug doxorubicin ranged from 1.56 µg/mL-100 µg/mL. The growth inhibition was determined by the MTT colorimetry method, apoptosis induction by double staining using acridine orange-ethidium bromide, and the existence of apoptosis was proven immunocytochemically through the expression of Bcl-2 proteins. The results showed that the growth inhibition of MCF-7 was 100.29%-28.19% and T47D was 100.37%-16.01%. The IC50 values of MCF-7 was 327.34 µg/mL and T47D was 135.16 µg/mL. The presence of apoptosis was marked by finding the morphological change of cells such as dead, necrosis, and chromatin condensation cells. This suggests that interventions with ethanol extract of Chromolaena odorata leaves can induce apoptosis that has been proven by reducing the expression of Bcl-2 proteins.

____________________________________________________________________________________________________________________ Key words: apoptosis, Bcl-2, Chromolaena odorata, extract, MCF-7, T47D

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui hambatan pertumbuhan dan induksi apoptosis sel kanker MCF-7 dan T47D oleh ekstrak etanol daun Chromolaena odorata. Penelitian ini menggunakan post-test with control group design. Ekstrak dibuat secara maserasi dengan etanol 80% dengan konsentrasi uji 7,80 μg/ml-500 μg/ml, obat standar doxorubicin 1,56 μg/ml-100 μg/ml. Penghambatan pertumbuhan ditentukan dengan metode kolorimetri MTT, induksi apoptosis dengan pewarnaan ganda menggunakan acridine orange-ethidium bromide, dan keberadaan apoptosis dibuktikan secara immunositokimia melalui ekspresi protein Bcl-2. Hasil penelitian menunjukkan hambatan pertumbuhan sel MCF-7 adalah 100,29%-28,19% dan sel T47D 100,37%-16,01%. Konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat pertumbuhan sel 50% (IC50) MCF-7

adalah 327,34 μg/ml dan sel T47D 135,16 μg/ml. Adanya apoptosis ditandai dengan perubahan morfologi sel seperti sel mati, nekrosis, dan sel

Dokumen terkait