• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.4. Jumlah Tikus Sebelum dan Sesudah Induksi Kanker,

7,12-dimethylbenzenaanthracena (DMBA)

Jumlah nodul, insidensi dan multiplisitas tikus betina Wistar setelah diinduksi dengan DMBA 20 mg/kg BB ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Jumlah tikus sebelum dan sesudah induksi kanker, insidensi, nodul dan multiplisitas tikus betina Wistar Setelah Induksi dengan DMBA

Kelompok Jumlah tikus sebelum induksi Jumlah tikus kanker setelah induksi Persentase insidensi kanker Jumlah nodul kanker setelah induksi Multiplisitas Normal 6 0 0 0 0 DMBA 20mg/kg BB 6 6 100 16 2,67 DMBA+ Doxorubicin 6 5 83,33 14 2,33 DMBA+ECO 500mg/kg BB 6 5 83,33 10 1,67 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 6 4 66,67 13 2,17 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 6 6 100 11 1,83 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 6 6 100 12 2,00

Kajian antikanker ini dilakukan secara in vivo dengan menggunakan subjek hewan coba hidup yaitu tikus Wistar betina. Hewan coba dari 7 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 6 ekor sampai dengan akhir penelitian masih hidup. Paska induksi dengan DMBA jumlah tikus yang mengalami kanker payudara dan jumlah nodul yang terbentuk pada tiap kelompok hewan coba bervariasi. Demikian juga halnya insidensi dan multiplisitasnya ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil analisa statistik secara umum terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,001) antara kelompok yang mengalami kanker dengan kelompok normal. Hewan coba pada kelompok perlakuan baik dengan DMBA, DMBA dengan Doxorubicin, DMBA dengan ekstrak etanol daun Chromolaena odorata, memiliki nilai insidensi dan multiplisitas kanker yang berbeda dari kelompok normal. Hal ini membuktikan bahwa induksi dengan menggunakan DMBA efektif dalam menimbulkan kanker pada hewan coba yang digunakan, kecuali kelompok normal. Insidensi dan multiplisitas kanker yang terjadi juga berbeda dengan peneliti sebelumnya (Meiyanto, 2007), diperkirakan perbedaan ini muncul karena karena induksi kanker payudara dengan menggunakan DMBA 20 mg/kg BB telah dimodifikasi yaitu dilakukan 3 kali seminggu selama 5 minggu.

5.5. Rata-Rata Jumlah Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena Odorata Selama 6, 11 dan 16 Minggu

Pada Tabel 4, jumlah rata-rata nodul kanker payudara tikus betina Wistar setelah induksi dengan DMBA 20 mg/kg BB dengan frekwensi pemberian 3 kali seminggu selama 5 minggu dan setelah perberian ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata selama 6, 11 sampai 16 minggu menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar

kelompok (P < 0,001).

Tabel 4. Rerata jumlah nodul sesudah induksi dengan dmba dan setelah pemberian ekstrak etanol daun chromolaena odorata selama 6, 11 dan 16 minggu

Kelompok Pemberian

KELOMPOK 5DMBA (setelahminggu induksi) 6 minggu ekstrak daun Chromolaena odorata 11 minggu ekstrak daun Chromolaena odorata 16 minggu ekstrak daun Chromolaena odorata P -Value Normal 0 0 0 0 DMBA 20mg/kg BB 2.67 ± 0.52 2.83 ± 0.98 3.00 ± 1.10 3.00 ± 1.10 0,001 DMBA+ Doxorubicin 2.33 ± 0.82 2.00 ± 0.63 1.33 ± 0.52 0.67 ± 0.52 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 1.67 ± 0.52 1.67 ± 0.52 1.67 ± 0.52 1.33 ± 0.52 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 2.17 ± 0.75 2.00 ± 0.63 1.67 ± 0.52 1.00 ± 0.00 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 2.00 ± 0.63 1.67 ± 0.52 1.33 ± 0.52 0.67 ± 0.52 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 2.00 ± 0.89 1.67 ± 0.52 1.33 ± 0.52 0.50 ± 0.55 0,001 Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara jumlah nodul pada hewan coba kelompok DMBA dengan hewan coba kelompok lainnya setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata (P < 0,001) hal ini dapat disimpulkan bahwa DMBA mampu menginduksi kanker payudara pada

semua kelompok hewan coba, kecuali kelompok normal yang tidak mendapat intervensi dengan DMBA, doxorubicin maupun ekstrak uji. Berdasarkan uji Tukey HSD Post Hoc-Test, setelah 6 minggu jumlah nodul pada kelompok hewan coba dengan dosis 500 mg/kg BB, 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB menurun secara signifikan (P < 0,005) jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi DMBA. Hal yang sama juga terjadi pada 11 minggu perlakuan, disini terjadi penurunan jumlah nodul pada semua kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok normal dan kelompok DMBA (P < 0,05 di semua perbandingan). Pada akhir perlakuan yaitu 16 minggu paska induksi kanker, jumlah nodul pada semua kelompok perlakuan dengan ekstrak uji juga terlihat menurun jika dibandingkan dengan kelompok DMBA (P < 0,001). Pada semua kelompok perlakuan dengan ekstrak uji tidak terlihat penurunan jumlah nodul yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok Doxorubicin (P > 0,05). Begitu juga halnya pada semua kelompok perlakuan dengan ekstrak uji pada berbagai tingkatan dosis tidak terlihat perbedaan jumlah nodul yang signifikan secara secara statistik (P > 0,05). Perbedaan jumlah nodul antar minggu ke-6; 11 dan 16 disebabkan karena hewan coba telah mendapatkan pengobatan dengan ekstrak uji sesuai dosis yang direncanakan. Pemberian ekstrak uji pada tiap kelompok hewan coba dilakukan sesuai dosis yang direncanakan satu kali sehari selama 16 minggu paska induksi.

Penelitian Selvanathan and Sundaresan, 2020 tentang antikanker ekstrak etanol

daun Chromolaena odorata secara in vitro terhadap sel kanker payudara (MCF-7)

dan kanker colon (HCT116) diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol masing-masing sebesar 70 µg/mL dan 100 µg/mL. Sedangkan penelitian secara in vivo pada hewan coba sebatas pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Adapun kandungan di dalam ekstrak etanol daun Chromolaena odorata oleh peneliti lain dinyatakan terdapat flavonoid glikosid yaitu genkwanin 4’-O-[alfa-1-rhamnopyranosyl (1 2)-glucopyranoside dan sakuranetin 4’-O[glucopyranosyl (1  2) β-D-glucopyranoside] (Hung et al., 2011). Berbagai turunan alkaloid, flavonoid, karotenoid, lignan, tannin, fitosterol, asam benzoat, asam hidroksisinamat yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun ini telah dikemukakan secara detail oleh

Ikewuchi et al, 2013. Kajian tentang senyawa-senyawa terkait antikanker, telah ditelusuri dari berbagai jurnal dan senyawa yang memiliki aktivitas antikanker, diantaranya adalah: lutein pro-vitamin A, quercetin, apigenin, narigenin, paclitaxel dan kaemferol. Isolasi yang dilakukan oleh Devi dan Sri pada tahun 2019 diperoleh 3 senyawa yaitu odoratenin, isosakuranetin dan subscandenin yang merupakan turunan flavonone.

Tabel 5. Rerata volume nodul kanker payudara tikus betina Wistar setelah induksi dengan DMBA dan pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata selama 6, 11 dan 16 minggu

H asil analisa statistik secara ANOVA menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata memberi pengaruh terhadap volume nodul kanker payudara pada hewan coba di semua tingkatan dosis. Volume nodul kanker setelah pemberian ekstrak uji selama 6 minggu menurun secara signifikan (P < 0,001) jika dibandingkan dengan hewan coba kelompok DMBA, kecuali kelompok hewan coba yang diberi ekstrak uji 1000 mg/kg BB. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi doxorubicin maka penurunan volume nodul signifikan hanya pada kelompok hewan coba yang diberi ekstrak uji 4000 mg/kg BB (P < 0,001). Hasil ini menunjukkan bahwa, secara umum pemberian ekstrak uji selama 6 minggu paska induksi belum maksimal untuk mengurangi volume nodul

Kelompok Volume nodul

kanker setelah induksi (mm3)

Volume nodul kanker payudara setelah pemberian

ekstrak C. odorata (mm3) 6 minggu 11 minggu P-Value Normal 0 0 0 0 DMBA 20mg/kg BB 3,86 ± 0,66 3,25 ± 0,25 3,56 ± 0,14 0,001 DMBA+ Doxorubicin 2,94 ± 0,45 2,64 ± 0,20 2,15 ± 0,16 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 2,86 ± 0,42 2,66 ± 0,12 2,50 ± 0,15 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 3,05 ± 0,15 2,98 ± 0,18 2,25 ± 0,10 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 2,75 ± 0,20 2,36 ± 0,10 1,55 ± 0,15 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 2,55 ± 0,10 2,24 ± 0,18 1,97 ± 0,18 0,001

kanker payudara, karena ekstrak uji diberikan setelah muncul nodul kanker pada hewan coba. Dengan kata lain pengobatan yang diberikan bersifat kuratif.

5.6. Rata-Rata Berat Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA dan Setelah

Dokumen terkait