• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper

Hasil rerata berat segar dan berat kering kalus yang telah diberikan perlakuan pada berbagai kombinasi konsentrasi zat pegatur tumbuh IAA dan BAP dapat dilihat pada Tabel 4.2 Pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus menunjukkan nilai rerata yang berbeda (Gambar 4.2 dan Gambar 4.3). Pada perlakuan dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan nilai rerata berat segar yang paling tinggi yakni 0,6596 gram, sedangkan pada rerata berat kering yang paling tinggi adalah perlakuan dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L dengan nilai rerata 0,0727 gram. Pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L memiliki rerata berat segar dan berat kering yang paling rendah dengan nilai rerata masing-masing 0,0045 gram dan 0,0012 gram.

Tabel 4.2 Rerata berat segar dan berat kering kalus sirih hitam selama delapan minggu masa kultur.

Kombinasi Konsentrasi

(mg/L) Kode

Rerata

IAA BAP Berat Segar (gram) Berat Kering (gram)

0,0 0,0 I0,0B0,0 0,0045 ± 0,0023a 0,0012 ± 0,0002a 0,0 0,5 I0,0B0,5 0,1155 ± 0,0507g 0,0155 ± 0,0084hijk 0,0 1,0 I0,0B1,0 0,1441 ± 0,0631gh 0,0061 ± 0,0026cdefg 0,0 1,5 I0,0B1,5 0,2604 ± 0,0771ijk 0,0128 ± 0,0008h 0,0 2,0 I0,0B2,0 0,2689 ± 0,0588ijklmn 0,0152 ± 0,0042hij 0,5 0,0 I0,5B0,0 0,0460 ± 0,0099def 0,0054 ± 0,0008cde 0,5 0,5 I0,5B0,5 0,5021 ± 0,0805oqrst 0,0727 ± 0,0124x 0,5 1,0 I0,5B1,0 0,2652 ± 0,0167jkl 0,0143 ± 0,0026hi 0,5 1,5 I0,5B1,5 0,2195 ± 0,0737hij 0,0193 ± 0,0047jkl 0,5 2,0 I0,5B2,0 0,6016 ± 0,1602qrstuvw 0,0614 ± 0,0304mnopqrstuvwx 1,0 0,0 I1,0B0,0 0,0119 ± 0,0049b 0,0021 ± 0,0005b 1,0 0,5 I1,0B0,5 0,2186 ± 0,0327i 0,0323 ± 0,0117mnopqrs 1,0 1,0 I1,0B1,0 0,5447 ± 0,1101oqrstuv 0,0491 ± 0,0082tuvw 1,0 1,5 I1,0B1,5 0,6596 ± 0,1814qrstuvwx 0,0450 ± 0,0123mqrstuv 1,0 2,0 I1,0B2,0 0,4673 ± 0,1060oqr 0,0296 ± 0,0085klmnopq 1,5 0,0 I1,5B0,0 0,0384 ± 0,0113de 0,0047 ± 0,0018cd 1,5 0,5 I1,5B0,5 0,0380 ± 0,0067d 0,0056 ± 0,0023cdef 1,5 1,0 I1,5B1,0 0,3075 ± 0,0656ijklmnop 0,0288 ± 0,0060mnop 1,5 1,5 I1,5B1,5 0,6356 ± 0,1267qstuvwx 0,0367 ± 0,0089mopqrst 1,5 2,0 I1,5B2,0 0,5362 ± 0,0412oqrstu 0,0269 ± 0,0028kmn 2,0 0,0 I2,0B0,0 0,0221 ± 0,0072c 0,0044 ± 0,0011c 2,0 0,5 I2,0B0,5 0,2652 ± 0,0692ijklm 0,0282 ± 0,0106mno 2,0 1,0 I2,0B1,0 0,4415 ± 0,2321ijklmnopq 0,0419 ± 0,0216jlmnopqrstu 2,0 1,5 I2,0B1,5 0,4701 ± 0,1870lopqrs 0,0318 ± 0,0097mnopqr 2,0 2,0 I2,0B2,0 0,2852 ± 0,2281ghijklmno 0,0261 ± 0,0152ijklm

Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada derajat signifikansi 0,05 menurut ujiMann-Whitney.

Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L dalam rerata berat segar kalus, sedangkan dalam rerata berat kering kalus perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L juga berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.

Gambar 4.2 Rerata berat segar kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.

Gambar 4.3 Rerata berat kering kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa pada perlakuan dengan kombinasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan rerata berat segar yang tinggi, akan tetapi pada nilai rerata berat kering yang tinggi (Gambar 4.3) ditunjukkan oleh perlakuan dengan kombinasi IAA 2,0

mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Berat segar kalus sirih hitam memiliki nilai rerata tinggi pada pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh IAA dalam konsentrasi rendah yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh BAP dalam konsentrasi tinggi, sedangkan pada berat kering kalus sirih hitam memiliki nilai rerata tinggi pada pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh IAA dalam konsentrasi tinggi yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh BAP dalam konsentrasi rendah (Tabel 4. 2).

Data rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering kalus sirih hitam kemudian dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 22. Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (nilai signifikansi >0,05) untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data. Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP tidak berdistribusi normal terhadap rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering kalus sirih hitam (Lampiran 7). Kemudian dilakukan uji homogenitas varians menggunakan Levene’s Test (nilai signifikansi >0,05) untuk mengetahui variasi data. Hasil dari Levene’s Test menunjukkan bahwa rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering kalus tidak bervariasi homogen (Lampiran 11). Selanjutnya dilakukan uji non-parametrik yakni uji Kruskal-Wallis yang kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (nilai signifikansi <0,05) untuk mengetahui signifikansi antar perlakuan.

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney (Lampiran 7) diketahui signifikansi antar perlakuan pada rerata lama waktu eksplan membentuk kalus (Lampiran 8), rerata berat segar kalus (Lampiran 9), dan rerata berat kering kalus sirih hitam (Lampiran 10).

Pada hasil rerata lama waktu eksplan membentuk kalus tertinggi adalah perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L yang menunjukkan perbedaaan nyata pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, serta IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L (Lampiran 8). Hasil rerata berat segar kalus sirih hitam tertinggi pada perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan perbedaan nyata pada semua perlakuan kecuali pada 8 perlakuan berikut : IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L (Lampiran 9). Hasil rerata berat kering kalus tertinggi terdapat pada perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L yang menunjukkan perbedaan nyata terhadap semua perlakuan kecuali perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L (Lampiran 10).

4.1.3 Morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP

Pengamatan untuk mengetahui morfologi kalus dilakukan setiap minggu dimulai sejak tumbuhnya kalus hingga minggu ke-8 masa kultur kalus. Pengamatan ini dilakukan secara deskriptif dan memberikan hasil yang bervariasi pada masing-masing perlakuan, sebagaimana yang dijelaskan pada tabel morfologi kalus pada setiap perlakuan selama delapan minggu yang juga diikuti oleh gambar/visualisasi morfologi perkembangan kalus setiap minggunya, sedangkan untuk data perkembangan kalus pada masing-masing perlakuan serta ulangannya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 secara lengkap.

Tabel 4.3 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Belum terbentuk kalus

-3 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8 Kalus berwarna hitam di tepi eksplan ( ) Friabel ( )

Gambar 4.4 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan terlihat mulai muncul kalus pada minggu ketiga dan secara berurutan mengalami pencokelatan hingga menghitam mulai dari minggu keempat sampai dengan minggu kedelapan, kalus yang dihasilkan pada perlakuan ini sangat sedikit dan juga pada minggu kedelapan berwarna hitam mengikuti warna eksplannya. Tekstur kalus pada perlakuan ini secara keseluruhan adalah friabel.

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke–3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke–6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan mengalami kecokelatan saat minggu ketiga namun kalus masih berwarna putih kekuningan, dan pada minggu kedelapan kalus berwarna cokelat dan hitam, serta beberapa eksplan menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada yang friabel dan kompak.

Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus pada minggu kedua yang berwarna putih dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih dan beberapa putih kecokelatan. Tekstur kalus pada perlakuan ini seluruhnya friabel.

Tabel 4.4 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Belum terbentuk kalus

-3 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )

Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke–3

Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke–6

Minggu ke - 7 Minggu ke - 8

Gambar 4.5 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Tabel 4.5 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 3 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )

Minggu ke–1 Minggu ke–2 Minggu ke–3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke–6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Gambar 4.6 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Tabel 4.6 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk eksplan

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 3 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke–3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke–6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Gambar 4.7 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih dan lainnya hitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.

Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih dan lainnya putih kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel, kompak dan kompak-friabel yang mulai terlihat pada minggu keenam.

Tabel 4.7 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur

kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

3 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

4 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

5 Kalus berwarna putih kekuningan dan putih di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( ) 8 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Gambar 4.8 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.9 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu ketiga dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih kekuningan dan lainnya hitam. Beberapa eksplan juga menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel.

Pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.10 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan, cokelat dan hitam. Beberapa eksplan juga menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.

Tabel 4.8 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Belum terbentuk kalus

-3 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

4 Kalus berwarna putih kekuningan dan cokelat di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

5 Kalus berwarna cokelat, putih kekuningan dan hitam di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

6 Kalus berwarna cokelat, putih kekuningan dan hitam di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

7 Kalus berwarna putih kekuningan, cokelat, dan hitam di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

8 Kalus berwarna hitam dan putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke–7 Minggu ke–8

Gambar 4.9 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Tabel 4.9 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur

kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Friabel ( )

4 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

5 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Gambar 4.10 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.11 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan, putih, dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan beberapa kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kecokelatan dan cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.

Tabel 4.10 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )

Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke–3

Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke–6

Minggu ke - 7 Minggu ke - 8

Gambar 4.11 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Tabel 4.11 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

3 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( )

Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Friabel ( )

6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

8 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Friabel ( )

Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke - 7 Minggu ke - 8

Gambar 4.12 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.12 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel.

Tabel 4.12 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Kompak ( )

4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Campuran/Kompak-Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/

Kompak-Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/

Kompak-Friabel ( ) 8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/

Kompak-Friabel ( )

Pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.13 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan dan lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak-friabel yang mulai muncl pada minggu kelima.

Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke - 7 Minggu ke - 8

Gambar 4.13 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.14 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus mengalami perubahan warna menjadi hitam sedangkan yang lainnya tetap berwarna putih kekuningan. Pada minggu kedelapan beberapa eksplan juga ada yang menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.

Tabel 4.13 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( ) 6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Kompak ( ) 7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi

eksplan ( )

Kompak ( )

8 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( )

Pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.15 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih kekuningan dan beberapa ada juga yang berwarna cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada kompak.

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Gambar 4.14 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Tabel 4.14 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )

Minggu ke–1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3

Minggu ke–4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6

Minggu ke–7 Minggu ke - 8

Gambar 4.15 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.

Pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.16 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan, putih kehijauan, dan putih pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat kalus yang tetap berwarna putih kekuningan dan lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.

Tabel 4.15 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L.

Minggu

ke- Morfologi kalus

Frekuensi mayoritas tekstur kalus

1 Belum terbentuk kalus

-2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( )

Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )

Dokumen terkait