• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera, TBC, hepatitis, dan lain – lain.

4. Semua kegiatan penolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.

5. Perlindungan kontak langsung dengan tubuh dilakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut:

a. Sarung tangan plastik sekali pakai b. Penjepit makanan

c. Sendok garpu

6. Untuk melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan:

a. Celemek atau apron b. Penutup rambut c. Masker

7. Perilaku selama bekerja atau mengelola makanan yaitu:

a. Tidak merokok.

b. Tidak makan atau mengunyah.

c. Tidak memakai perhiasan.

d. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja, dan setelah keluar dari toilet.

e. Selalu memakai pakaian kerja dan pelindung dengan benar.

f. Selalu memakai pakaian yang bersih.

g. Tidak banyak bicara dan selalu menutup mulut jika ingin batuk atau bersin.

h. Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan diolah dan telah diolah.

Penyimpanan makanan jadi/masak. Penyimpanan makanan jadi/masak terdiri atas:

1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.

2. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku.

a. Angka bakteri E. coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.

b. Angka bakteri Escherichia coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman.

3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas menurut ketentuan yang berlaku.

4. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi lebih dahulu.

5. Tempat atau wadah penyimpanan harus dipisah pada setiap jenis makanan jadi/masak dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.

6. Makanan jadi/masak tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

7. Penyimpanan makanan jadi/masak harus memperhatikan suhu sebagai berikut:

Tabel 3

Pengangkutan makanan.

Pengangkutan bahan makanan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tidak bergabung dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

2. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis.

3. Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.

4. Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan dingin, pengangkutan menggunakan alat pendingin sehingga bahan makanan tidak rusak seperti daging, susu cair dan sebagainya.

Pengangkutan makanan jadi/masak. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tidak bergabung dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

2. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu higienis.

3. Setiap jenis makanan jadi/masak memiliki wadah masing-masing dan memiliki tutup.

4. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya sesuai dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan.

5. Isinya tidak boleh penuh agar menghindari terjadi uap makanan yang mencair (kondensasi).

6. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan tetap panas pada suhu 60oC atau tetap dingin pada suhu 40oC.

Penyajian makanan. Penyajian makanan terdiri atas:

1. Makanan dinyatakan layak dikonsumsi apabila sudah dilakukan uji organoleptik dan uji biologis serta uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan.

a. Uji organoleptik yaitu cara memeriksa makanan dengan meneliti dan menggunakan 5 indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan layak santap.

b. Uji biologis yaitu dengan mengkonsumsi makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan dinyatakan aman.

c. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

2. Tempat penyajian, perlu diperhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke tempat penyajian serta hambatan yang akan terjadi selama pengangkutan karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di luar prediksi sangat mempengaruhi keterlambatan penyajian.

3. Cara penyajian pada makanan jadi/masak banyak ragam tergantung dari pesanan konsumen yaitu:

a. Penyajian meja (table service) yaitu penyajian di meja secara bersama, umumnya untuk acara keluarga atau pertemuan kelompok dengan jumlah terbatas 10 sampai 20 orang.

b. Prasmanan (buffet) yaitu penyajian terpusat untuk semua jenis makanan yang dihidangkan dan makanan dapat dilih sendiri untuk dibawa ke tempat masing-masing.

c. Saung (ala carte) yaitu penyajian terpisah untuk setiap jenis makanan dan setiap orang dapat mengambil makanan sesuai dengan kesukaannya.

d. Dus (box) yaitu penyajian dengan kotak kertas atau kotak plastik yang sudah berisi menu makanan lengkap termasuk air minum dan buah yang biasanya untuk acara makan siang.

e. Nasi bungkus (pack/wrap) yaitu penyajian makanan dalam satu campuran menu (mix) yang dibungkus dan siap dikonsumsi.

f. Layanan cepat (fast food) yaitu penyajian makanan dalam satu rak makanan (food counter) di rumah makan dengan cara mengambil sendiri makanan yang dikehendaki dan membayar sebelum makanan tersebut dimakan.

g. Lesehan yaitu penyajian makanan dilakukan dengan cara menghidangannya di lantai atau meja rendah dengan duduk di lantai dengan menu lengkap.

4. Prinsip penyajian

a. Wadah yaitu setiap jenis makanan di letakakan dalam wadah terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.

b. Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak dan basi.

c. Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling campur aduk.

d. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada suhu > 600C.

e. Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat atau rusak.

f. Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.

g. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.

h. Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan tepat volume (sesuai jumlah).

5. Sampel atau contoh

a. Setiap menu makanan harus ada satu porsi sampel (contoh) makanan yang disimpan sebagai bank sampel untuk konfirmasi bila terjadi gangguan atau tuntutan konsumen.

b. Penempatan sampel untuk setiap jenis makanan dengan menggunakan kantong plasti steril dan sampel disimpan dalam suhu 10oC selama 1 x 24 jam.

c. Sampel yang sudah tidak diperlukan lagi tidak boleh dimakan tetapi harus dibuang.

d. Jumlah makanan yang diambil untuk sampel sebagai berikut:

a. makanan kering/gorengan dan kue : 1 potong

b. makanan berkuah : 1 potong + kuah 1 sendok sayur

c. makanan penyedap/sambal : 2 sendok makan

d. makanan cair : 1 sendok sayur

e. nasi : 100 gram

f. minuman : 100 cc

Landasan Teori

Pengelolaan makanan adalah suatu kegiatan yang terdiri dari penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan, pengangkutan dan penyajian. Makanan merupakan bahan selain obat yang menyimpan zat – zat gizi dan bermanfaat bagi tubuh kita agar terhindar dari penyakit (Sabarguna, Boy, Agus, & Sri 2011). Maka dari itu cara untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi haruslah diperhatikan pengelolaan makanan dan kualitas makanan agar sesuai dengan prinsip – prinsip higiene sanitasi makanannya berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

Berdasarkan penelitian Jiastuti (2018), bahwa di RSUD Dr. Harjono Ponogoro pengangkutan makanan jadi/masak belum memenuhi syarat karena dari

5 kereta dorong diantaranya masih berupa kereta dorong terbuka, sedangkan 4 (80%) lainnya sudah tertutup, kemudian lalu lintas makanan jadi/masak belum menggunakan jalur khusus untuk penyajian makanan tetapi sama dengan jalur pejalan pada umumnya. Keberadaan bakteriologis dari 9 sampel makanan jadi/masak, 5 sampel diantaranya positif mengandung Escherichia coli sehingga belum memenuhi persyaratan bakteriologis yang tercantum pada Kepmenkes Nomor 1204 Tahun 2004 poin II B yang menyebutkan kandungan Escherichia coli harus 0 atau negatif. Hal ini dapat menimbulkan penyakit pada pasien yang mengkonsumsi makanan positif mengandung Escherichia coli.

Berdasarkan hasil penelitian Suryanti, Rahmi, dan Makhrajani (2019), yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Kota Parepare mengenai pemeriksaan Escherechia Coli menggunakan metode usap pada peralatan makan, dapat disimpulkan bahwa peralatan makan tersebut positif mengandung Escherichia coli sehingga belum memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang persyaratan higiene sanitasi jasaboga, angka kuman pada peralatan makan negatif (nol).

Kerangka Konsep

Permenkes No.1096/Menkes 6 Prinsip Higiene Sanitasi:

1. Pemilihan bahan makanan 2. Penyimpanan bahan makanan 3. Pengolahan bahan makanan 4. Penyimpanan makanan

jadi/masak

5. Pengangkutan makanan 6. Penyajian makanan

Memenuhi Syarat Kondisi higiene penjamah makanan

1. Sertifikat higiene sanitasi makanan

2. Pakaian kerja

3. Pemeriksaan kesehatan 4. Personal higiene

/Per/VI/2011 Tentang

Higiene Sanitasi Jasaboga

Gambar 1. Kerangka Konsep

Kualitas makanan dengan parameter bakteri Escherichia coli pada peralatan makan yang telah melalui proses pencucian dan pengeringan.

1. Plato 2. Piring

3. Mangkok keramik 4. Gelas kaca

5. Sendok

Tidak Memenuhi Syarat

34

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan metode analisis data deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis higiene sanitasi dari pengelolaan makanan dan kualitas makanan pasien mengacu kepada Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga di Instalasi Gizi RSU Haji Medan 2021.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan di Jalan Wiliem Iskandar.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni 2020 sampai dengan bulan Februari 2021.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja Instalasi Gizi RSU Haji Medan yaitu berjumlah 35 orang.

Sampel. Jumlah sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik total sampling, maka sampel dari penelitian ini adalah saluruh pekerja Instalasi Gizi RSU Haji Medan.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi higiene sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi berupa pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi/masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan.

2. Pemeriksaan kandungan Escherichia coli pada peralatan makan yang terdiri dari plato, piring, mangkok keramik, gelas kaca dan sendok yang sudah melewati proses pencucian dan pengeringan.

Definisi Operasional

1. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan berguna bagi penyembuhan pasien.

2. Kualitas makanan adalah penentu baik buruknya suatu makanan yang akan dikonsumsi agar tidak menimbulkan atau menambah penyakit bagi pasien.

3. Pengolahan makanan adalah kegiatan yang terdiri atas pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan.

4. Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitiberatkan dengan usaha kegiatan individu serta lingkungan tempat orang itu berada.

5. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit menitiberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

6. Instalasi gizi rumah sakit adalah unit yang mengelola kegiatan pelayanan gizi atau pelayanan yang membantu masyarakat untuk memperoleh makanan yang memiliki kualitas yang baik di rumah sakit.

7. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang diambil pada sampel makanan untuk mengukur kualitas makanan menggunakan uji laboratorium.

Metode Pengumpulan data

Data primer. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap pengelolaan makanan di instalasi gizi berdasarkan hasil lembar kuesioner kondisi higiene penjamah makanan dan lembar observasi berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga serta hasil pemeriksaan laboratorium dengan parameter Escherichia coli terhadap peralatan makan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan.

Data sekunder. Data sekunder ini data yang diperoleh dari Instalasi Gizi RSU Haji Medan yang mendukung dalam pengamatan higiene sanitasi pengelolaan makanan.

Metode Pengukuran

Pengukuran higiene penjamah makanan. Aspek pengukuran melihat kondisi higiene penjamah makanan meliputi sertifikat higiene sanitasi makanan, pakaian kerja, pemeriksaan kesehatan dan personal higiene yang berdasarkan pada lembar observasi Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga sebagai berikut:

1. Apabila jawaban responden “iya” maka nilai yang diberikan berdasarkan kolom nilai yang ditentukan. Sedangkan apabila jawaban responden “tidak” maka nilai yang diberikan adalah 0 (nol).

2. Skor yang diperoleh dengan cara: bobot × nilai. Kemudian masing-masing skor tersebut dijumlahkan. Hasil dari penjumlahan skor yang menentukan batas layak higiene penjamah makanan.

3. Batas layak higiene penjamah makanan tersebut adalah:

a. Kategori memenuhi syarat, apabila responden dapat menjawab dengan benar

>70% dari seluruh skor yang ada.

b. Kategori tidak memenuhi syarat, apabila responden dapat menjawab dengan benar <70% dari seluruh skor yang ada.

Kondisi higiene sanitasi pengelolaan makanan. Metode pengukuran yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan lembar observasi Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga sebagai berikut:

1. Variabel (kolom 2)

Setiap bagian atau kegiatan dari variabel yang akan dinilai 2. Bobot (kolom 3)

Nilai dari masing-masing variabel yang dinilai 3. Komponen yang akan dinilai (kolom 4)

Komponen yang akan diobservasi dan dinilai sesuai dengan kenyataan yang ada.

Apabila kenyataan yang ada tidak memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum

pada komponen nilai, maka nilainya adalah 0 (nol), sebaliknya apabila memenuhi persyaratan maka nilainya adalah sebesar nilai yang tercantum pada kolom nilai.

Nilai yang diberikan adalah angka satuan (bulat), untuk memudahkan penjumlahan dan memperkecil kesalahan angka maksimum sebagai terdapat dalam kolom bobot yaitu:

a. Jika dalam kolom bobot tertulis 1, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0 dan 1

b. Jika dalam kolom bobot tertulis 3, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0, 1, 2, dan 3

c. Jika dalam kolom bobot tertulis 5, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0, 1, 2, 3, 4 dan 5

d. Setiap uraian pemeriksaan (item) telah mempunyai bobot nilai masing-masing, yaitu nilai terkecil 1 (satu) dan nilai tertinggi 5 (lima).

e. Dasar pemberian bobot nilai berdasarkan titik rawan (kritis) dalam menimbulkan kemungkinan kerusakan makanan.

f. Nilai dari hasil penjumlahan uraian yang telah memenuhi syarat, menentukan terhadap dipenuhi atau tidaknya secara keseluruhan dengan ketentuan yaitu:

Minimal 92% dari seluruh skor yang dinilai.

Kandungan bakteri Escherichia coli. Keberadaan Escherichia coli pada peralatan makan yang telah melewati proses pencucian dan pengeringan akan dilakukan uji laboratorium berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011

Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga bahwa persyaratan peralatan makan dengan angka total bakteri sebanyak banyaknya 100/cm3 dan tidak mengandung bakteri Escherichia coli (negatif).

Teknik pengambilan sampel. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel

2. Alat makan yang akan diperiksa masing-masing diambil dari tempat penyimpanan sebelum disajikan untuk konsumen atau setelah proses pencucian.

3. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian diambil dan dicelupkan ke dalam botol berisi PCA yang steril kedalamnya.

4. Lidi kapas steril dalam botol di tekan ke dinding botol untuk membuang airnya, baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat yang akan diusap.

5. Permukaan tempat alat makan yang diusap yaitu:

a. Ompreng, plato, piring dan mangkok, permukaan dalam tempat makanan diletakkan.

b. Gelas, permukaan luar dari bagian bibir setinggi 6 mm dan seluruh permukaan dalam.

c. Sendok, permukaan bagian dalam sendok.

6. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturutturut, dan satu lidi kapas digunakan untuk satu alat makan yang diperiksa.

7. Setelah semua kelompok alat makan diusap, kapas lidi dimasukkan ke dalam botol, lidinya dipatahkan, dan bibir botol dipanaskan dengan api spritus baru ditutup sekrupnya.

8. Sampel diberi label dan etiket (tanggal, nomor, dan nama alat makan) dan segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

Cara kerja. Cara kerja pemeriksaan Escherichia coli yaitu:

1. Bahan a. Aquades b. Endo Agar c. Larutan Bouillon d. Nutrient Agar e. PCA

2. Alat

a. Autoklaf b. Gelas ukur c. Inkubator d. Lampu Bunsen e. Ose Cincin f. Petridish g. Pipet

h. Rak Tabung

i. Tabung glass j. Timbangan Analis 3. Cara Kerja

a. Penimbangan PCA dan endo agar dengan ukuran 1 plat sampel 15 ml, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam gelas ukur yang diisi aquades sebanyak 15 ml, lalu dilarutkan masing-masing secara terpisah hingga homogen.

b. Setelah homogen larutkan PCA dan larutan endo agar di pindahkan ke dalam tabung glass dan ditutup rapat dengan kapas, kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf selama 2 jam setelah itu diangkat dan dibiarkan hangat kuku.

c. Diambil 1 ml dari sampel dengan menggunakan pipet dan dituangkan ke petridish yang sudah steril. Kemudian ditambahkan PCA yang steril sebanyak masing-masing 15 ml ( dilakukan dengan cara yang sama untuk sampel berikutnya), lalu petridish digoyangkan sampai merata dan petridish dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 2x24 jam.

d. Sebaliknya dengan media endo agar dituangkan ke dalam petridish lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin.

e. Di ambil ose cincin lalu dibakar diatas api bunsen tunggu sampai dingin, kemudian diambil 2 atau 3 koloni pada nutrient agar lalu dimasukkan ke dalam inkubator 37°C selama 15 menit.

f. Setelah 15 menit diambil kembali ose cincin lalu dibakar diatas api Bunsen sehingga dingin, kemudian dicelupkan ke dalam larutan Bouillon ( laktosa) lalu ose cincin digoreskan diatas media endo agar yang steril secara zigzag.

Kemudian endo agar dimasukkan ke dalam incubator 37°C selama 24-28 jam.

g. Pertumbuhan koloni diamati. Bila kolini berwarna merah metalik dan bentuk koloninya bulat cembung serta dikelilingi oleh warna kemerahan positif. Jika terlihat terang dan tidak berwarna serta di sekitar koloni berwarna merah muda berarti negatif.

Metode Analisis Data

Analisis data adalah cara untuk mempermudah mengolah data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentasi data yang diperoleh dari perbandingan standard persyaratan higiene sanitasi makanan berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian membahas hasil penelitian sehingga diperoleh kesimpulan.

43

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Haji Medan

Sejarah Rumah Sakit Umum Haji Medan. Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan Umat Islam di Sumatera Utara, khususnya di Kotamadya Medan, gagasan mendirikan rumah sakit yang bernafaskan islam terus berkembang. Pada musim haji tahun 1990 terjadi musibah terowongan Mina yang banyak menimbulkan korban Jemaah Haji Indonesia. Mulai pada saat itu timbullah gagasan pemerintah untuk membangun rumah sakit yang bernafaskan islam.

Pembangunan rumah sakit ini mendapat persetujuan dari pemerintah pusat yakni berupa penyaluran bantuan Garuda Indonesia, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila bahkan bantuan dari Pemda Tk. II Sumatera Utara, Instansi Pemerintah dan Swasta, serta dukungan dari masyarakat melalui infaq para jamaah haji. Pada tanggal 7 Maret 1991, melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No. 445.05/712.K, maka dibentuklah Panitia Pembangunan RS Haji Medan dan diadakan peletakan batu pertama oleh Bapak Menteri Agama RI dan Gubernur Provinsi Sumatera Utara.

Peresmian RS Haji Medan dilakukan oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 4 Juni 1992. Pada tanggal 3 Juni 1998 terbentuklah yayasan RS Haji Medan dengan Ketua Umum Gubernur Provinsi SumateraUtara dan pada tanggal 29 Desember 2011 secara resmi dilakukan acara 53 pengalihan Pengelolaan Yayasan RS Haji Medan Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Visi dan misi Rumah Sakit Umum Haji Medan.

Visi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Visi Rumah Sakit Umum Haji Medan Mewujudkan Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai rumah sakit yang bernafaskan Islam dalam semua kegiatannya di Sumatera Utara.

Misi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Misi Rumah Sakit Umum Haji Medan yaitu:

1. Pelayanan kesehatan yang Islam, profesional dan bermutu dengan tetap peduli terhadap kaum du’afa.

2. Melaksanakan dakwah islamiah dalam setiap kegiatannya 3. Sebagai sarana menimba ilmu bagi calon cendikiawan muslim.

Tujuan Rumah Sakit Umum Haji Medan.

1. Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka ibadah dan amal shaleh dan ikhlas, sekaligus sebagai dukungan konkrit untuk mensukseskan Sistem Kesehatan Nasional melalui penyediaan sarana Rumah Sakit yang memenuhi syarat medis teknis, berkualitas dan mengukuti perkembangan IPTEK yang didasarkan pada iman akan kekuasaan Allah SWT pada proses dan penyembuhan.

2. Mendukung tugas pemerintah sebagai penyelenggara ibadah haji dibidang pelayanan kesehatan dalam arti seluas-luasnya.

3. Melaksanakan kaidah – kaidah kode etik profesional, sumpah jabatan serta kedisiplinan tugas.

Lokasi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Rumah Sakit Umum Haji Medan di Jalan Wiliem Iskandar masuk ke Jalan Rumah Sakit Haji Medan Kecamatan Medan Estate bersebelahan dengan BAZIS dan gedung Departemen Pariwisata dan Telekomunikasi.

Kunjungan pasien Rumah Sakit Umum Haji Medan. Kunjungan pasien rata rata untuk rawat jalan 4250 kunjungan dan kunjungan rata rata untuk rawat inap 2048 kunjungan dimana rata-rata pasien perhari 209 orang.

Fasilitas Rumah Sakit Umum Haji Medan.

Rawat jalan. Adapun fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk pasien yang ingin rawat jalan antara lain:

1.

Poliklinik Bedah

2.

Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

3.

Poliklinik Penyakit Dalam

4.

Poliklinik Anak

4.

Poliklinik Anak

Dokumen terkait