• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Sistem Mata Pencaharian

4.3.1 Berbagai Tanaman Pilihan

Dalam mengelola pertaniannya masyarakat desa Mbinalun mengenal berbagai komoditas tanaman pertanian yang kemudian menjadi tanaman-tanaman yang mereka budidayakan. Beberapa jenis tanaman yang ditanam oleh sebagian penduduk desa Mbinalun :

a. Padi sawah dan ladang

Sebagaimana diketahui bersama bahwa kondisi tofografi desa yang berbukit-bukit dan berada di dataran tinggi menjadikan pertanian desa ini tidak bisa atau

hanya sedikit sekali lahan yang bisa dikelola menjadi lahan pertanian basah. Kondisi ini dapat terlihat jelas dari keadaan pertanian desa yang sebagian besar merupakan lahan pertanian kering dan luas areal persawahan yang dapat ditemukan di wilayah ini hanya sekitar 10 hektar dari sekitar 650 ha luas keseluruhan desa . Oleh sebab itu di desa Mbinalun terdapat beberapa petani sawah yang pilihan utama tanamannya adalah padi sawah. Pengelollan sawah yang dilakukan oleh petani desa ini bisa dikatakan semi intensif. Ini dikarenakan oleh sebagian petani sawah, sawahnya akan bisa dipergunakan untuk dua kali masa tanam dalam setahun, akan tetapi jenis tanaman yang ditanam tidaklah sama untuk kedua musim tanam tersebut.

Selain ditanami padi, sawah yang dimiliki petani untuk beberapa saat juga akan ditanami dengan tanaman lain seperti jagung dan palawija..

Pola pengerjaan sawah di daerah ini masih sederhana yakni masih mengerjakan bajak kerbau dan tenaga manusia.. Padi yang ditanam di sawah biasanya jenis padi lokal dan jenis padi IR yang biasanya berumur 90-110 hari. Produksi padi biasanya hanya untuk konsumsi sendiri.

Penanaman padi yang dilakukan penduduk di desa ini umunya dilaksanakan dilahan kering, jenis padi yang ditanam di lahan kering dikenal dengan istilah padi ladang biasanya berupa padi gogo atau jenis padi darat lainnya. Tidak diketahui secara pasti berapa sesungguhnya luas lahan kering yang ada di desa ini yang ditanami dengan jenis padi darat. Kendala utama dalam hal pengeloaan hasil dari kedua tanaman padi ini adalah pada angkutan hasil dan penggilingan padi menjadi

Produksi padi setiap hektarnya dari kedua pola penanaman padi yang dilakukan masyarakat sangat bervariatif. Padi sawah , hasil perhektarnya bisa sekitar 1,7-3 ton gabah/ha. Kalau sudah digiling maka jumlah beras yang diperoleh sekitar 1,2-2,5 ton/ha. Hasil ini sedikit berbeda dengan padi ladang yakni satu hekter padi darat akan bisa diperoleh 1,4-2 ton gabah/ha..

b. Sayur Mayur

Sebagai sebuah desa yang terletakdi dataran tinggi dengan suhu yang dapat diglolongkan dingin, maka hal itu sangat mendukung kegiatan penanaman berbagai jenis sayur mayur yang dilakukan oleh masyarakat desa ini. Beberapa jenis sayur mayur yang menjadi pilihan oleh hampir sebagian petani untuk ditanam diantaranya adalah : Kol, berbagai jenis sawi, wortel, cabe, tomat dan lainnya. Mengingat bahwa umur tanaman jenis ini adalah pendek, maka dalam setahun seorang petani biasa melakukan dua kali masa tanam. Untuk jenis kol dan sawi-sawian, seorang petani hanya akan memanen untuk sekali musim tanam. Walaupun demikian, sering kali tunas-tunas kol yang tumbuh setelah sayur kol dipanen juga menjadi komoditas yang laku untuk dijual. Akan tetapi hal itu tidak menjadi tujuan utama petani.

Pertanian sayur mayur memang telah dikenal cukup lama oleh masyarakat desa ini secara turun temurun untuk beberapa generasi akan tetapi sampai saat ini hanya sedikit sekali petani di desa ini yang mengandalkan perolehan hasil dari ladang yang hanya ditanami dengan sayur mayur saja. Kenyataan ini muncul dikarenakan berbagai sebab yang diantaranya adalah ketersediaan benih yang yang tidak memadai,

harga pupuk dan obat-obatan yang sulit dijangkau serta tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani dalam memasarkan produk sayur-mayurnya. Tingginya biaya pemasaran sebagian besar dikarenakan sulitnya sarana transportasi dari ladang ke pasar setempat atau ke kota.

Resiko yang harus diambil seorang petani yang mengandalkan hasil ladangnya pada pertanian sayur-mayur mengharuskan petani tersebut memiliki mata pencaharian lain yang bisa menjamin terpenuhi kebutuhan si petani itu sendiri bila seandainya hasil pertaniannya tidak begitu berhasil. Hal inilah yang mungkin menjadi sebab kebanyakan petani sayur mayur yang ada di desa ini biasanya memiliki ladang lain lagi seperti tanaman tua seperti gambir maupun kopi. Bisa juga sipetani menjadikan tanaman sayuran sebagai tanaman yang ditumpang-sarikan dengan tanaman lain. Tindakan ini sebagai sebuah upaya untuk meminimalisasikan resiko kerugian yang besar. Bila pertanian sayur-mayur tidak menghasilkan hasil yang optimal, maka biaya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan bisa ditutupi dengan penjualan hasil tanaman lain yang juga ditanam. Demikian juga sebaliknya bila pertanian tanaman kopi dan gambir belum menghasilkan maka pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dapat digantungkan dari hasil penjualan sayur-mayur yang ditanam di sela-sela tanaman kopi dan gambir tersebut. Walaupun demikian, kesiapan untuk secara maksimal mengantisipasi agar tingkat kegagalan panen dapat diminimalisir harus selalu diupayakan.

jumlahnya sangat sedikit dan sebagain besar petani yang menanam palawija kebanyakan untuk tujuan diambil; hasilnya untuk kepentingan sendiri atau kalaupun dijual, proses penjualannya hanya di sekitar pasar (pekan) yang beroperasi seminggu sekali.

c. Sawit serta tanaman keras lainnya.

Disamping jenis-jenis tanaman di atas sesungguhnya tanaman utama petani di desa ini adalah gambir, oleh beberapa penduduk akhir-akhir ini sawit juga telah ditanami sebagai usaha pertanian.. Namaun secara garis besar, persentasi petani gambir memang masih lebih besar daripada petani sawit Dari sekitar 200 Ha lahan kering yang terdapat di desa ini sekitar 100 Ha dimanfaatkan untuk tanaman gambir, baik dengan pola penanaman gambir secara tunggal maupun secara tumpang sari.

4.4. Sistem Produksi

Dokumen terkait