KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
A. MANAN
057024001/SP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan
dalam Program Studi Pembangunan Pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
A. MANAN
057024001/SP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis
:
Kehidupan Sosial Ekonomi Petani
Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat
Nama Mahasiswa : A. Manan
Nomor Pokok : 057024001
Program Studi : Studi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
Ketua,
(Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A)
Anggota,
(Drs. Lister Berutu, M.A)
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal 26 Januari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.Dr. M. Arif Nasution, M.A Anggota : 1. Drs. Lister Berutu, M.A
2. Drs. Zulkifli Lubis, MSi 3. Drs. Irfan MSi.
PERNYATAAN
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
dengan ini saya mengatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 26 Januari 2008
Abstrak
Gambir merupakan tanaman yang banyak manfaatnya diantaranya untuk bahan obar-obatan, kosmetika dan bahan industri sehingga kebutuhan akan gambir selalu meningkat tidak mungkin menurun oleh karananya tanaman ini sebenarnya mempunyai prospek yang cukup cerah tinggal bagaimana petani dan pemerintah menyikapi hal tersebut apakah ingin memajukan pertanian gambir atau hanya ingin tetap berlalu sebagimana biasanya saja bahkan mungkin ingin berpaling kepada tanaman lain yang lebih menjanjikan dan mempunyai perhatian yang lebih misalnya saja tanaman sawit. Yang sudah dimulai dan terdapat di daerah penelitian.
Pengusahaan akan Gambir bagi petani tentu saja memang menghasilkan uang dan bisa menutupi untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari mereka namun mengingat Indonesia sebagai pemasok ekspor gambir terbesar di dunia memiliki kebanggaan tersendiri serta tentu saja nilai ekonomi yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja yang banyak kiranya perlu tetap dipertahankan malah berusaha untuk ditingkatkan karena kebutuhan akan komoditi tersebut tadi tidak mungkin akan berkurang, Industri pasti akan bertambah, penduduk bertambah banyak yang pada akhirnya kebutuhan akan hasil industri yang berbahan baku dari pertanian gambir bertambah.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas penelitian ini difokuskan tentang kehidupan sosial ekonomi para petani gambir di Desa Mbinalun, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang mencakup bagaimana : proses Produksi
dan Pemasaran, partisipasi Pemerintah dalam pertanian gambir dan pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini menggambarkan dan menganalisis tentang proses produksi dan pemasaran, partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir dan pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani.
ABSTRACT
Betel nut is one of the useful plants. It is consumed as the ingredients of medicines, cosmetics, etc. The demand for the betel nut always inclines increase. This profit prospect has to be attended by farmers and government. They should develop this plant and not turn to the other plants. Which have much higher profit and is being cultivated by most of the farmers, such as palm oil. Really, from the betel nut, the farmers may get much money to th earn their daily life.Indonesia as the greatest explorer should mountain and develop it, because this business as high value of economy and can abserb a lot of workers. Be sure that the demand of betel nut will not decrease, together with the increase of population, economy and industry.
In connection that with that thing, this study focused about the social economics of the betel nut farmers livelihood in a Mbinalun Kecamatan Si Tellu tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat in include how : The Processing of production and marketing, government participation in a gambir agriculture and income as well as to increase a social economic farmers livelihood. This study using a descriptive methode with a qualitative in wich this study to describe and to analize the process of producing and marketing. Government participation in the betel nut agriculture and to increase the siosial economic farmers livelihood.
From this study, we get the conclusion. The farmer could achieved a profit although it just a few but the farmers still carrying a farm. Because of that the government could increase to show their interest as hope as possible in the result that farmers not turning their choice to the other plants. In the view of betel nut is the export commodity, exclusively from propinsi Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , Tuhan Yang Maha
Esa, yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan karunianya
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada Program Magister Studi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan
dan masukan dari Dosen Pembimbing, karenanya penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.M. Arif Nasution, M.A sebagai pembimbing
utama dan Bapak Drs. Lister Berutu, M.A sebagai pembimbing kedua atas
kesediaann dan kesabarannya memberikan bimbingan, arahan dan masukan sejak
awal hingga selesainya tesis ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin. P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Subhilhar, M.A, Ph.D dan Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister Studi
Pembangunan.
4. Bapak Drs. Zulkifli, Lubis, M.A dan Bapak Drs. Irfan, MSi sebagai
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan perbaikan sampai
selesainya tesis ini.
5. Ibunda Hj. Aminah Sagala, Ibunda Hj Norhah Nasution (Alm) dan
Abanganda Mukmin A. Saraan, SH , Syafaruddin Saraan, SE, M.Si dan
Adinda Salman Berutu, SH serta istri tercinta Rosnita Deliana Saragih beserta
anak-anakku M. Arief Bukhari Saraan, M. Rasyad Ghazali Saraan dan M.
Imanuddin Kandias Saraan yang telah memberikan dorongan, motivasi,
semangat dan do’a selama mngikuti pendidikan sampai selesainya tesis ini.
6. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Sekretariat program Magister Studi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Lahuddin Angkat sebagai Kepala Desa dan Informan di Desa
Mbinalun Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat..
8.. Para rekan dan sahabat Angkatan VII Magister Studi Pembangunan serta
staf Perpustakaan USU dan rekan sejawat FISIP USU. Serta
rekan-rekan yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa peulisan tesis ini masih jauh dari
penulis tesis ini dapat kiranya menambah khazanah ilmu dan bermanfaat bagi
semua.
Medan, 26 Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Tempat/Tanggal lahir : Sidikalang Tahun 1963
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemiri Raya I No. 14 A Perumnas Simalingkar
Medan
Telepon : (061) 8361737
Pekerjaan : PNS FISIP USU
Pendidikan Formal : 1982-1987 Fakultas Sastra USU
1977-1981 SMA Swasta Garuda Medan 1974-1977 SMP Negeri 8 Medan
1969-1972 SD Negeri Subulussalam NAD 1972-1974 SD Swasta Zending Islam Indonesia
Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
………iABSTRTACT
……… . iiKATA PENGANTAR
………. iiiRIWAYAT HIDUP
……… viDAFTAR ISI
……… . viiDAFTAR TABEL
……….. ixDAFTAR GAMBAR
……… xDAFTAR LAMPIRAN
……… .xiI
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah……… 1
1.2.
Perumusan Masalah……….. 12
1.3.
TujuanPenelitian .………. 12
1.4.
Manfaat Penelitian ……… 13
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Pertanian .……….14
2.2. Jenis dan SistemPertanian ……… 15
2.3.
Gambir
………..
16
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ………..…… 29
3.2. Kerangka Konsep ……… 29
3.3. Instrumen Penelitian ……… 30
3.4. Populasi dan Sampel/Informan ……… 30.
3.5. Lokasi Penelitian. ………. 30
3.6. Waktu Penelitian ………. 30
3.7. Teknik Pengumpulan Data … ……… . 32
IV
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Sejarah
Singkat
Desa Mbinalun ………….. 34
4.2. Luas dan Letak Geografi ……….… 34
4.4. Sarana dan Prasarana ……… 38
4.5.
Sistem
Mata
Pecaharian ……… 41
4.6. Berbagai Tanaman Pilihan ………. 44
4.7. Sistem Produksi ………. 49
4.7.1 .Pembukaan Lahan ……… 49
4.7.2. Pembibitan ……… . 51
4.7.3. Penanman dan Pemeliharaan ..……… 52
4.7..4. Pemanenan ………..……… 55
4..7.5 .Pengolahan ……… …… 57
4.8 Pengelolaan Hasil ……… ………...59
4.9
Sistem Pemasaran ………..………… 61
4..10. Pendapatan dari Pertanian Gambir ………..…… 64
4.11. Mutu
Produksi
Gambir ………... 65
4.12 Intervensi Pemerintah Daerah ……… 67
4.13 Kebijakan Memajukan Industri Pengolahan …... 71
4.14 Kehidupan sehari-hari ………... 72
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 73
5.2. Saran ……….. 74
DAFTAR KEPUSTAKAAN ……… 75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1 : Luas dan Produksi Tanaman Gambir Menurut Kecamatan
di Kabupaten Pakpak Bharat ……….. 10
Tabel 2 : Jadwal Pelaksanaan Penel.itian ……….………… 31
Tabel 3 : Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis ……….. 36
Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasrkan Agama ……… 36
Tabel 5 : Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia ……….. 37
Tabel 6 : Keadaan Penduduk Menurut Pekerjaan ……… 37
Tabel 7 : Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan ……… 39
Tabel 8 : Penerimaan Rata-Rata Petani/Tahun Berdasarkan Kategori Lahan ……… 59
Tabel 9 : Jenis Lembaga Pemasaran, Jumlah dan Daerah Operasional 62 Tabel 10 : Harga Beli Gambir Pada Saluran Pemasaran ……… 63
Tabel 11 : Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih per Petan ………. 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian
sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagian
besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian
serta hampir 50 % dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja
di sektor ini (Dillon, 2004:25)
Banyak peluang yang bisa ditangkap dari bidang pertanian, inilah potensi
besar yang bisa dipakai untuk membangun negeri ini. Persoalannya, sadarkah bangsa
ini akan potensi yang dimilikinya ?. Maukah mengakui bahwa dari pertanian akan
bisa meraih kemajuan dan kesejahteraan..
Impian untuk membangun perekonomian seperti negara-negara Barat
membuat negeri ini benar-benar melupakan pembangunan pertaniannya. Kebijakan di
bidang moneter yang ditandai dengan liberalisasi perbankan membuat pembangunan
pertanian seperti tidak lagi dipandang. Padahal pengalaman banyak negara
menunjukkan bahwa pertanian bukanlah bidang yang tidak terhormat. Dengan
ditopang pembangunan pertaniannya, banyak negara bisa maju. dan bisa ikut
terlibat menikmati pembangunan.
mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan
yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani ,
misalnya saja kebijakan pangan nasional. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah
bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut
memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya
yang ditempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani dianggap belum
berhasil, karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada
kaum petani dan cenderung merugikan.
Realitas kehidupan sosial ekonomi petani di Indonesia hendaknya perlu
dipikirkan sebagai wacana dalam mewujudkan suatu pola pembangunan yang
berkeadilan dan bertanggung jawab. Kenyataan objektif yang senantiasa harus
diperhatikan ialah:
1. Sekitar 70 % rakyat kita hidup di pedesaan.
2. Hamper 50 % dari total angkatan kerja nasional, rakyat kita menggantungkan
nasibnya bekerja di sektor pertanian (Dillon, 2004:25)..
Proses-proses pembangunan hendaknya tidak mengabaikan realitas sosial
ekonomi yang telah diuraikan di atas dalam menciptakan pemerataan pembangunan
di semua wilayah. Paradigma yang mengandalkan tricle down effect telah terbukti
gagal dalam mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Hendaknya
pembangunan ke depan diletakkan dalam bingkai growth through equality, yakni
Usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani, seperti
menaikkan harga dasar gabah (HDG) disambut pesimistis oleh para petani padi. Hal
ini disebabkan oleh masalah klasik, setiap kenaikan HDG diikuti oleh lonjakan harga
kebutuhan pokok petani, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya. Di sinilah
sesungguhnya salah satu akar penyebab terus merosotnya nilai tukar (term of trade)
hasil pertanian Indonesia selama ini. Sudah banyak diketahui bahwa merosotnya
pendapatan petani padi adalah karena kita menganut pola kebijakan pangan murah
untuk mendukung industrialisasi tanpa akar yang kukuh. Desakan Dana Moneter
Internasional (IMF) untuk membebaskan impor beras di Tanah Air yang semakin
memperparah keadaan petani padi kita, sebenarnya mempunyai dua tujuan ganda.
Pada satu sisi hal ini memungkinkan industrialis menekan upah riil. Di sisi lainnya,
kebijakan ini akan membuka pasar bagi ekspor biji-bijian negara maju.
Sektor pertanian mempunyai 4 (empat) fungsi yang sangat fundamental bagi
pembangunan suatu bangsa, yaitu :
1. Mencukupi pangan dalam negeri
2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha
3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan
4. Sebagai penghasil devisa bagi negara
Di samping hal tersebut pembangunan pertanian mengandung aspek mikro,
makro dan global. Aspek mikro pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan
pangan bagi masyarakat dan menyediakan input bagi kegiatan sosial ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan. Sedangkan dari aspek global pembangunan
pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa negara dengan tetap menjaga
stabilitas pangan dan kebutuhan produk pertanian lain di dalam negeri tanpa harus
mengurangi kesejahteraan riil masyarakat tani.
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam
mengatasi krisis yang pernah terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor
pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk
berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di
tengah prahara krisis yang memporakporandakan perekonomian nasional, sektor ini
masih memperelihatkan pertumbuhan yang positif, yaitu sebsar 0,26 %. Sementara
sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan, perdagangan dan jasa
memperlihatkan pertumbuhan yang negatife masing-masing sebesar -12%,-24%,
dan-5,7%. Angka sementara Sakernas mengungkapkan bahwa diantara Agustus 1997
hingga Agustus 1998 telah tercipta sekitar lima juta kesempatan kerja baru dalam
sector pertanian. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian terhadap beberapa
komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh Asia Foundation pada tahun 1998
terhadap usaha tani produk perkebunan kopi di Lampung dan Lada di Bangka.
Hasilnya memperlihatkan bahwa keuntungan usaha tani kedua komoditas ini
rata-rata pertahun usaha tani kopi meningkat sebesar 2,658%, demikian pula halnya
dengan lada, yaitu meningkat sekitar 1,134%. ( Dillon, 2004:27).
Kejayaan agribisnis di saat ini tidak hanya terlihat pada tingkat usaha tani.
Keunggulan sektor pertanian sebagai peredam gejolak ekonomi dapat dilihat dari
sumbangan sektor ini pada neraca perdagangan luar negeri. Di balik menurunnya
nilai total ekspor kita, surplus perdagangan luar negeri Indonesia telah meningkat
dari 6,22 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 10,64 miliar doillar AS pada
tahun 1997. Meningkatnya surplus ini bersumber dari beberapa hal. Di satu pihak,
defisit neraca perdagangan luar negeri sektor non agroindustri dan non-migas
menurun dari 12,38 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 9,53 miliar dollar AS
pada tahun 1997 (. Dillon: 2004:27).
Perkembangan yang baik ini hendaknya dapat kita manfaatkan dengan baik dalam
membantu petani dan peningkatan produktivitas pertaniannya. Kita tidak ingin
tergelincir untuk yang kedua kalinya sebagai akibat meninggalkan sebagian besar
warga bangsa kita pada tingkat produktivitas yang demikian rendah. Untuk itu upaya
membangun fondasi ekonomi yang kuat seharusnya dititikberatkan pada
pemberdayaan petani dan buruh tani di pedesaan.
Tahapan-tahapan pembangunan pertanian yang selama ini dilakukan belum
mengalami kemajuan yang pesat. Untuk itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru
serta keberanian untuk melakukan reformasi agraria (agrarian reform) dan bukan
mewujudkan suatu pola pembangunan yang berkeadilan dan
bertanggungjawab,artinya politik pembangunan nasional benar-benar berpijak pada
realitas bangsa saat ini dengan melakukan perubahan seluruh tatanan menuju konsep
people driven (menggerakkan orang) dengan cara membuat petani berminat untuk
meningkatkan produktivitasnya. Hal ini terkait dengan bagaimana kita mengubah
struktur insentif dan dukungan kepada petani. Apabila tahapan-tahapan
pembangunan pertanian dilakukan dengan benar maka akan terjadi peningkatan dari
hanya sekedar negara agraris menjadi negara yang dapat menyediakan jasa bernilai
tinggi, dengan melewati tahapan manufacturing. Itu artinya semakin lama jumlah
petani semakin sedikit, tetapi produktivitasnya semakin tinggi. Oleh karenanya,
dengan menciptakan kesempatan kerja di luar sektor pertanian dapat menjadi mata
pencaharian guna meningkatkan pendapatan petani dan upah buruh yang pada
akhirnya akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani. Dengan demikian, proses
pembangunan benar-benar menjunjung tinggi dimensi keadilan, pemerataan dan
kemanusiaan demi meningkatkan kemandirian , harkat, martabat dan kesejahteraan
rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Krisis ekonomi yang telah melanda bangsa Indonesia berdampak pada
keadaan perekonomian yang semakin sulit. Tingginya laju inflasi serta kondisi
ekonomi yang tidak menguntungkan itu akhirnya mendorong kenaikan tingkat bunga
nominal dan mengimbus langsung terhadap kegiatan investasi di sektor pertanian.
Investasi di sektor ini tentu kian sulit karena butuh waktu yang lama untuk
sektor ini yang senantiasa diterpa oleh iklim yang kurang bersahabat. Satu hal yang
perlu dicatat, beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada saat kita dilanda krisis
moneter, dan pada saat yang sama kita tidak mampu mengatasi dampak kekeringan
telah memicu timbulnya dampak negatif terhadap kondisi ketahanan pangan nasional.
Dalam pengadaan beras misalnya, untuk tahun 1998/1999 saja, pemerintah harus
mengimpor beras sebanyak 2,85 juta ton. Itu belum termasuk kebutuhan kedelai dan
bungkil kedelai yang mencapai 1,3 juta ton. Untuk pengadaan beras saja pemerintah
harus mengeluarkan dana sebesar 912 juta dollar AS. Dapat dibayangkan seandainya
pengadaan pangan impor ini dapat kita penuhi sendiri, setidaknya kita akan dapat
menghemat devisa lebih dari 1 miliar dollar AS. Kondisi ini merupakan tantangan
bagi kita untuk mencari jalan keluar yang dapat diandalkan guna memulihkan
perekonomian kita (Dillon, 2004:29).
Beberapa langkah kebijakan yang perlu ditempuh segera adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan peningkatan produksi pangan melalui pemberian subsisi input
produksi danjaminan harga outputnya.
2. Kebijakan stoknasional antara lain dilakukan dengan mengadakan stok
pemerintah yang berasal dari pembelian dalam negeri dan impor.
3. Kebijakan stabilitas harga.
4. Kebijakan pengadaan dan penyaluran
5. Kebijakan impor dan perdagangan melalui sistem tarifikasi yang mempunyai
6. Kebijakan yang benar-benar dapat menjamin peningkatan pendapatan
manusia petani Indonesia.
Jika investasi di bidang agroindustri dilakukan, yang jelas akan membawa
dampak positif ganda dalam perekonomian nasional. Pertama, peningkatan produk
subtitusi impor . Pada saat pendapatan riil masyarakat menurun, mereka akan
mengalihkan konsumsinya kepada barang-barang subsitusi yang harganya lebih
murah dan terjangkau. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan
produk-produk subtitusi impor.
Pengembangan produk ini jelas akan meningkatkan produktivitas petani,
sekaligus juga akan menghemat devisa, mendorong pertumbuhan yang merata, serta
membantu pengendalian harga pangan dalam negeri. Kedua melalui peningkatan
pangsa ekspor produk pertanian dan agroindustri, kita akan dapat meraih devisa
dalam jumlah yang jauh lebih besar lagi.
Peluang pasar yang begitu besar, baik di dalam negerfi maupun di luar negeri,
hendaknya dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di
pedesaan. Sementara itu, peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas
perkebunan, perikanan dan sebagian produk hortikultura.
Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk
memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya, salah
satunya adalah produk gambir. Indonesia menjadi pemasok utama kebutuhan gambir
dengan memasok sedikitnya 80 % dari total kebutuhan akan gambir dunia, dengan
beberapa negara Eropa lainnya. Volume ekspor gambir Indonesia meningkat dari
tahun ke tahun.. Walaupun Indonesia merupakan eksportir gambir utama dunia ,
namun posisi tawar petani gambir di Indonesia masih lemah, harga gambir yang
dinikmati petani jauh lebih kecil dari harga yang berlaku di pasaran dunia
Internasional (BPEN, http//www.Nafid,go.id/berita/index.Php/artc=3243,
03/23/2006).
Sebagai pemasok utama, Indonesia berharap gambir menjadi komoditas
andalan. Gambir juga merupakan komoditas ekspor tradisional spesifik Sumatera
Utara. Permintaan terhadap gambir selalu meningkat sehingga dapat diperkirakan
bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah, namun
pengusahaannya menemui kendala-kendala, diantaranya terjadi kendala dalam proses
pemasaran di dalam negeri sebelum menjadi komoditas ekspor. Belum ada rantai
distribusi yang jelas dari petani sampai industri berbahan baku gambir. Sementara itu,
hasil panenan hanya ditampung oleh pedagang perantara saja yang nantinya akan
memperdagangkan gambir keluar wilayah Kabupaten Pakpak Bharat..
Selanjutnya mengenai kendala produksi penyebab utamanya adalah sempitnya
lahan yang dimiliki oleh para petani. Lahan pertanian di Pakpak Bharat jika
dirata-ratakan hanya seluas 1hektar dan itupun ditanami dengan berbagai jenis tanaman,
kemudian hanya dikerjakan sebagai usaha sampingan.
Di Pulau Sumatera hanya terdapat tiga daerah yang produksi gambirnya besar,
seluruh perkebunan gambir merupakan perkebunan rakyat, belum ada investor yang
mencoba mengelola potensi ini.
Tanaman gambir merupakan bahan baku industri obat-obatan, cat, batik dan
penyamakan kulit, obat luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat
kumur-kumur, obat sariawan, obat sakit kulit, bahan pewarna tekstil, selain itu
tanaman gambir pada umunya digunakan untuk menyirih.
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi, sesuai
dengan UU Nomor 9 Tahun 2003 dan diresmikan menjadi Kabupaten pada tanggal
28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri R.I.. Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak
Bharat adalah 1.221,3 km2, ketinggian 700-1500 M diatas permukaan laut, kondisi
geografis berbukit-bukit, tergolong beriklim sedang, suhu rata-rata 28 derjat celcius
dengan curah hujan pertahun 337 mm
Tabel : 1
Luas dan Produksi Tanaman Gambir menurut kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006..
N o
K ec
1 Salak 40,50 112,50
S.
3 Kerajaan 234,30 532,50
4 Pagindar 30 Tahap Penanaman
5 S. Tali Urang Julu 40 Tahap Penanaman
6 P..Getteng Sengkut 50 125
7 Tinada 30 85
8 Si Empat Rube 30 Tahap Penanaman
Jumlah/Total 826,80 1.680
Daerah Kabupaten Pakpak Bharat tergolong daerah agraris dimana sektor
pertanian lebih dominan dari sektor lainnya, oleh karenanya kabupaten Pakpak Bharat
menggenjot potensi sektor pertanian terutama gambir dan kemenyan sebagai pilar
perekonomiannya. Kabupaten Pakpak Bharat termasuk dalam rencana pemerintah
Sumatera Utara untuk pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit
barisan bekerja sama dengan delapan kabupaten di sekitar danau toba, diantaranya
kabupaten Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Samosir dan
Simalungun.
Daerah-daerah ini akan dikembangkan potensinya di bidang agropolitan
sesuai dengan produk pertanian dan perkebunan masing-masing daerah. Untuk itu
harus ditingkatkan sarana dan prasarana seperti infrastruktur jalan untuk distribusi
hasil, saluran pengairan dan untuk pengolahan hasil.
Selain menghasilkan gambir dan kemenyan Pakpak Bharat juga punya potensi
kopi arabica, karet, kelapa sawit dan kayu manis. Tanaman buah seperti nenas dan
jeruk, juga tumbuh subur dan bisa dioptimalkan. Dengan ketinggian 250-1400 meter
diatas permukaan laut dan didukung tanah subur rasanya tanaman apapun bisa
tumbuh.
Potensi gambir sangat mungkin untuk dikembangkan karena gambir terdapat
hampir di seluruh wilayah Pakpak Bharat.
Gambir bisa tumbuh di lahan kritis dan tak perlu perawatan khusus meski tak
daunnya yang akan diambil sebagai bahan baku cat, pewarna pakaian dan obat sakit
perut (diare).
Luas lahan gambir di Kabupaten Pakpak Bharat 646,8 hektar dengan
produksi 1.470 ton tahun 2005, rata-rata petani punya satu hektar. Dua kali
pengolahan dalam satu hari, cukup untuk kehidupan sehari-hari petani gambir.
Gambir dijual dalam bentuk kering dari endapatan daun gambir yang dimasak
dan harganya Rp. 17.000 perkilogramnya dijual ke Sidikalang (Kabupaten Dairi) dan
Medan. Sayang hasilnya belum maksimal, banyak petani masih
menanam,memelihara dan mengolah hasil produksinya secara tradisional.
Petani gambir hanya mendapat setengah dari seharusnya. Kurangnya Petugas
Penyuluh Lapangan dan kondisi tofogragis yang terjal membuat pendampingan
petani tak intens. Penulis tertarik meneliti masalah pertanian gambir karena gambir
ini memiliki banyak kegunaan tentu saja mempunyai prospek yang cerah dimasa
yang akan datang, kurangnya perhatian Pemerintah di sektor gambir sehingga
penting untuk diteliti disamping itu masih langka yang menelitinya.
1.2. Perumusan Masalah :
Penelitian ini difokuskan tentang kondisi kehidupan sosial ekonomi para
petani gambir di Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang
mencakup :
1. Bagaimana proses produksi dan pemasaran
3. Bagaimana Pendapatan dan peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi
petani.
1.3. Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan kontribusi dari usaha tani gambir
bagi pendapatan rumah tangga petani, apakah usaha tani gambir tersebut
menguntungkan atau malah rugi bila ditinjau dari segi ekonomi., karena adanya
faktor-faktor produksi yang luput dari perhitungan mereka, misalnya saja faktor
tenaga kerja. Upaya pendiskripsian itu dilakukan dengan berusaha mengumpulkan
data dan informasi yang relevan mengenai hal tersebut..
1.4. Manfaat Penelitian :
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia usaha, pemerintah
dan para peneliti serta para petani gambir . Bagi dunia usaha diharapkan dapat
termotivasi untuk menanamkan modal di bidang pertanian gambir karena prospeknya
cukup cerah, bagi pemerintah yaitu untuk memberikan informasi tambahan
berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dalam hal ini petani
gambir. Sedangkan bagi peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan bagi peneliti lainnya memberikan gambaran awal terhadap penelitian
yang ingin mengkaji kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani di pedesaan,
sedangkan bagi petani memberikan motivasi bahwa gambir yang mereka hasilkan
sebenarnya banyak manfaatnya , oleh karenanya perlu terus ditingkatkan kualitas dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pertanian.
Sebagian orang mengartikan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam
membuka lahan dan menanamnya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk
tanaman semusim maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan maupun tanaman
non pangan serta digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan. Pengertian
tersebut sangat sederhana karena tidak dilengkapi dengan berbagai tujuan dan alasan
mengapa lahan dibuka dan diusahakan oleh manusia.
Apabila pertanian dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja
maka sebaiknya diperjelas arti pertanian itu sendiri. Pertanian dapat mengandung dua
arti : (1) dalam arti sempit atau sehari-hari, diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam
dan (2) dalam arti luas, diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi,
menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan
maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak
(reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomis.
Pertanian tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada
suatu lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahannya yang
2.2. Jenis dan Sistem Pertanian.
Jenis-jenis pertanian berkaitan dengan tanaman pokok apa yang menjadi
sumber kehidupan dari suatu masyarakat desa/petani. Perbedaan jenis tanaman pokok
akan juga menciptakan perbedaan dalam corak kehidupan masyarakatnya, misalnya
antara petani berpindah dan petani menetap, antara sistem pertanian bersahaja yang
akan menciptakan corak komunitas petani yang berbeda dengan sistem pertanian
yang modern.
Bagaimana dengan jenis dan sistem pertanian di Indonesia ? sebagai negara
yang memiliki ciri kebihinekaan dalam pelbagai aspeknya, Indonesia juga memiliki
kebihinekaan dalam jenis dan sistem pertnaiannya. Disamping itu sebagai masyarakat
yang sedang dalam proses modernisasi termasuk modernisasi pertanian, maka
Indonesia memilki jenis dan sistem pertanian yang masih tradisional maupun yang
modern. Dalam pelbagai keberagaman aspek itu keberagaman sekitaran dan kondisi
alam di pelbagai daerah di Indonesia merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan jenis dan sistem pertanian tersebut.
Sekitaran dan kondisi alam besar sekali pengaruhnya terhadap jenis dan
sistem pertanian di Indonesia adalah berkaitan dengan kenyataan bahwa Indonesia
merupakan daerah tropis, terdiri dari kepulauan yang sangat banyak jumlahnya serta
tofografinya banyak bergunung-gunung . Sebagai daerah trofis, pertanian di
Indonesia adalah merupakan pertanian tropika dengan tanaman-tanaman khas seperti
yakni di daerah-daerah pegunungan. Adanya dua musim yaitu musim hujan dan
kemarau juga sangat menentukan jenis dan sistim pertanian di Indonesia, perbedaan
karakteristik alam seperti jenis tanah, tingkat kesuburan, curah hujan, suhu dan
lainnya juga mengakibatkan perbedaan dalam jenis dan sistem pertanian yang ada.
2.3. Dilema Petani
Kalau kita perhatian dengan cara menganalisis isi dari berbagai tulisan
kepustakaan mengenai deskripsi kehidupan petani di pedesaan, pengungkapan yang
telah dibuat para ahli sebagai berikut :
Pertama, Petani adalah juga pelaku ekonomi (economic agent) dan kepala
rumah tangga. Tanahnya adalah salah satu unit ekonomi dan rumah tangga (Eric R.
Wolf, 1983:19)..
Kedua. Ahli ekonomi Rusia A.V. Chainov ( dalam Eric R. Wolf, 1983 : 20 )
berbicara tentang ekonomi petani pedesaan, mengatakan sebagai berikut :
Petani adalah merupakan suatu perekonomian keluarga (family economy), seluruh
organisasinya .ditentukan oleh ukuran dan komposisi keluarga petani itu dan oleh
koordinasi tuntutan-tuntutan konsumsinya dengan jumlah tangan yang bekerja. Itulah
sebabnya mengapa pengertian tentang laba dalam perekonomian petani berbeda dari
pengertian di dalam perekonomian kapitalis dan mengapa pengertian kapitalistik
tentang laba tidak dapat diterapkan pada pengertian petani. Laba kapitalistik
merupakan laba bersih yang diperoleh dengan jalan mengurangi penghasilan total
dengan semua biaya produksi, cara menghitung laba seperti itu tidak dapat
unsur-unsur biaya produksi dinyatakan dalam unit-unit yang tidak dapat
diperbandingkan dengan apa yang terdapat dalam perekonomian kapitalis.
Di dalam perekonomian petani, seperti di dalam perekonomian kapitalis,
penghasilan kotor dan pengeluaran-pengeluaran material dapat dinyatakan dalam
rubel, akan tetapi tenaga kerja yang telah dikeluarkan tidak dapat dinyatakan atau
diukur dengan banyaknya rubel yang dikeluarkan untuk membayar upah, melainkan
hanya dengan jerih payah yang dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri. Jerih payah
itu tidak dapat dikurangkan dari atau ditambahkan kepada unit-unit uang, jerih payah
itu hanya dapat dikonfrontasikan dengan rubel.
Usaha untuk memperbandingkan nilai jerih payah tertentu yang dilakukan
oleh keluarga dengan nilai rubel adalah subyektif; hal itu akan tergantung kepada
tingkat pemuasan kebutuhan-kebutuhan keluarga itu dan kepada
pengorbanan-pengorbanan yang terlibat dalam jerih payah itu sendiri. Oleh karena tujuan utama
perekonomian petani adalah untuk memenuhi anggaran konsumsi tahunan keluarga,
maka fakta yang yang paling menarik perhatian bukanlah hasil yang diperoleh dari
unit kerja (hari kerja), melainkan hasil yang diperolah dari seluruh tahun kerja.
2.4. Gambir.
Tanaman gambir termasuk salah satu jenis tanaman yang masuk dalam suku
kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bogenvil, yaitu
Menurut Satrapradja (1980) tanaman ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan di
Sumatera, Kalimantan dan di semenanjung Malaysia. Disamping itu gambir juga
ditanam di Jawa, Bali dan Maluku. Terdapat sekitar 34 spesies gambir
Gambir merupakan tanaman yang serba guna karena tidak hanya digunakan
sebagai campuran pinang oleh sesorang penyirih tetapi digunakan juga pada
industri seperti minuman, kosmetik, obat-obatan., batik dan lain-lain.
Gambir adalah ekstrak daun dari ranting tanaman gambir yang dikeringkan,
tanaman ini umumnya tumbuh baik pada ketinggian 800 meter di atas permukaan
laut.
Zat yang terkandung di dalam gambir diantaranya Katechine, tannin dan
lain-lain. Zat Katechine sangat penting bagi pabrik pabrik obat-obatan. Kandungan zat
tannin yang terdapat pada gambir berguna sekali sebagai bahan penyamak kulit, agar
kulit tidak cepat busuk dan merubah kulit menjadi kenyal (tidak keras dan kaku).
Pada industri batik, gambir digunakan sebagai bahan pembantu untuk pewarna coklat
dan kemerah-merahan serta tahan terhadap pengaruh cahaya matahari. Sedangkan di
Eropa digunakan sebagai bahan pewarna kain wol dan sutera (Nazir, 2000).
Tanaman gambir mulai bisa di panen pada saat tanaman berumur satu
setengah tahun, maka tingkat pengembalian investasi usaha gambir ini tidak begitu
lama dibandingkan dengan komoditi tanaman lain seperti cengkeh, kayu manis dan
Disamping itu tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah
marginal dan berlereng, sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan
miring, maka tanaman gambir memiliki aspek konservasi yang baik
Gambir juga dapat bertahan lebih lama bila disimpan dan tidak cepat rusak
dibandingkan dengan hasil-hasil tanaman hortikultura lainnya yang tidak bisa
disimpan lebih lama. Faktor lainnya yang lebih penting adalah tanaman ini dapat
dipanen secara berekelanjutan tergantung dari perawatan yang kita lakukan. Tanaman
ini bias berumur puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah dengan baik.
Disamping itu perlu dilakukan penelitian-penelitian tentang diversifikaksi
pemanfaatan gambir. Hal ini sangat prospektif mengingat sampai saat ini Indonesia,
sebagai satu-satunya eksportir gambir dunia, masih mengekspor gambir dalam bentuk
mentah. Kalau Indonesia mampu mengolah gambir menjadi bentuk produk-produk
lain tentu nilai tambah yang akan dinikmati oleh Indonesia akan meningkat.
Sementara negara pengimpor gambir sudah mendapatkan nilai tambah yang sangat
besar dengan melakukan proses ulang atau pemanfaatan lainnya
Ditinjau dari aspek lingkungan tidak ada kompetisi penggunaan lahan antara
gambir dengan tanaman lainnya. Tanaman gambir yang berbentuk perdu dengan
sistem perakaran yang kuat dan daun yang menutup tersebut, akan dapat
dipergunakan sebagai tanaman produktif di lahan marginal yang datar maupun lereng.
Di samping itu, aspek lain dari kelayakan lingkungan adalah lingkungan sosial
karena luas tanaman yang diusahakan masing-masing keluarga merupakan tingkat
status sosial keluarga ditengah-tengah masyarakat.
a. Sejarah Tanaman Gambir
Gambir merupakan komoditas tradisional Indonesia yang telah diusahakan
sejak sebelum Perang Dunia II terutama di luar Jawa seperti Sumatera Barat dan
Sumatera Utara. Ekstrak gambir telah menjadi perhatian pedagang Eropah sejak awal
abad ke 17 dan dalam perdagangannya gambir dikenal dengan berbagai nama seperti
Batak adalah Sontang, Minangkabau adalah Gambie, Jawa adalah Gambir..
b. Budidaya Tanaman Gambir
Gambir dapat dibudidayakan di areal yang curah hujannya tinggi selama
setahun . Gambir tidak memerlukan sifat tanah yang khusus, tetapi biasanya
dibudidayakan pada tanah-tanah yang kaya akan lapisan humusnya atau tanah yang
mengandung lempung (Hambali, dkk 2000).
Tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah marginal dan berlereng,
sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring maka tanaman
gambir memiliki aspek konservasi yang baik. Gambir juga dapat bertahan lebih lama
bila disimpan dan juga tidak cepat rusak (Nazir, 2000).
Menurut Hambali (2000), perbanyakan tanaman gambir dilakukan secara generatif
cara yang banyak dilakukan oleh petani gambir. Langkah-langkah yang dilakukan
oleh petani untuk penyemaian benih dari biji adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan benih.
2. Penjemuran benih dan pembersihan
3. Pembuatan tempat persemaian
4. Pelapisan dengan tanah liat
5. Pembuatan nauangan
6. Penaburan benih
7. Penyiraman dan pemeliharaan
8. Pengurangan naungan
9. Pemindahan bibit ke polybag
10. Pemindahan bibit ke lapangan
Biasanya petani gambir mengambil benih dari pohon gambir yang tumbuh
dipinggir jalan atau di kebun sendiri. Benih diambil dari buah yang telah masak dan
berwarna kuning. Pada benih gambir, karena ukuran bijinya sangat kecil maka sulit
untuk membedakan biji yang normal dan yang cacat. Secara visual sekelompok biji
yang normal berwarna coklat, sedangkan kelompok biji yang cacat berwarna hitam.
Oleh karena itu untuk mendapatkan benih yang mempunyai daya kecambah yang
tinggi, dapat dipilih sekumpulan benih yang berwarna coklat. Biasanya untuk
penanaman seluas 1 ha diperlukan benih 1 kotak korek api dengan luas persemaian 7
Penaburan benih dilakukan dengan cara meletakkan benih pada telapak
tangan, kemudian dihembuskan ke tempat persemaian. Dapat juga dilakukan dengan
membuat adonan benih dan tanah liat, kemudian adonan tersebut dimasukkan ke
dalam tempat persemaian (Hambali, dkk, 2000).
Cara penanam gambir agak unik, karena tidak tahan terhadap genangan air
maupun kekeringan, gambir banyak ditanam pada tebing-tebing yang agak tegak dan
dilapisi tanah liat di bagian atasnya. Penyiraman tanaman dan tebing-tebing diperlukn
untuk meyalurkan kelebihan air hujan (Hambali, dkk 2000).
Penanaman gambir biasanya dilakukan pada awal musim hujan , bentuk
lubang tanam seperti kerucut dengan lebar dan dalam 10 cm. Bibit yang ditanam
dirapatkan ke tepi lubang dengan tujuan agar tanaman muda ini terlindung dari
sengatan matahari yang berlebihan. Selaian itu dapat membuat akar tunggang tumbuh
lurus ke bawah (Hambali, dkk, 2000).
Panen dilakukan setelah berumur 18 bulan, kadang dapat lebih cepat, tanaman
gambir yang mendapat pemeliharaan layak dapat bertahan 15-20 tahun. Jumlah panen
daun sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan untuk mengolahnya agar hasil panen
tidak terlantar terlalu lama. Hasil panen harus segera diolah, sebab jika terlambat
lebih dari 24 jam, kandungan getahnya akan menurun. Selain itu pemetikan daun
c. Manfaat Gambir.
Gambir adalah komoditas yang banyak digunakan sebagai bahan baku
industri seperti industri farmasi, kosmetik, makanan, kulit dan tekstil. Komoditas
gambir banyak digunakan sebagai bahan baku industri berhubungan erat dengan zat
yang dikandungnya.
Penggunaan Gambir Secara Tadisional
Secara tradisional gambir digunakan sebagai pelengkap makan sirih dan
obat-obatan. Biasanya gambir digunakan untuk mengobati luka bakar, sakit
kepala,.Rebusan daun muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare dan disentri
serta obat kumur-kumur pada sakit tenggorokan. Gambir juga dapat digunakan
untuk obat sakit sariawan, sakit kulit dan lain-lain (Nazir, 2000).
Gambir sebagai bahan baku dalam industri farmasi dan makanan.
Secara modern gambir dimanfaatkan oleh industri farmasi untuk penyakit
hati, gambir juga dikembangkan sebagai permen pelega tenggorokan khusus untuk
para perokok karena gambir mampu menetralisir nikotin.Gambir juga
dikembangkan sebagai obat sakit perut (diare). Dan sakit gigi.
Gambir sebagai bahan baku industri kulit dan kosmetika.
Getah gambir dapat digunakan sebagai bahan atau zat penyamak kulit, agar
Dalam industri kosmetika, gambir dapat digunakan untuk astringent yang berfungsi
untuk melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta daya regang kulit (Nazir,
2000).
Gambir sebagai bahan baku industri tekstil.
Dalam industri tekstil, gambir dapat digunakan sebagai zat pewarna yang
tahan terhadap cahaya matahari, juga sebagai bahan pembantu untuk mendapatkan
warna coklat dan kemerah-merahan pada kain batik. (Sutjipto, 2001)
d. Kondisi Tempat Tumbuh Gambir
Kesesuain tempat tumbuh tanaman gambir belum banyak diketahui, tetapi
disebaran tanaman yang ada diperkirakan tanaman gambir dapat tumbuh baik pada
daerah dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan laut dengan berbagai
bentuk tofografi terutama tofografi lereng dan berbukit, mempunyai pH antara 4,80
sampai 5,50, suhu 26 “ C sampai 28 “, kelembaban 70 % sampai 80 % dengan
curah hujan 140 hari/tahun. Tanaman gambir merupakan tanaman yang tidak tahan
pada kondisi tanah yang selalu tergenang, maka petani lebih memilih bertanam di
tanah yang berlereng (Nazir, 2000)
e. Tipe Tanaman Gambir.
Tanaman gambir yang dikembangkan masyarkat pada umumnya terdiri dari 3
(tiga) tipe, yaitu : tipe udang, tipe cubadak serta tipe Riau. Yang paling diminati dan
produksi daun dan rendemen getah lebih tinggi dibandingkan dengan tipe gambir
lainnya. Hal ini disebabkan karena jenis ini memiliki ukuran daun yang lebar/luas
dibandingkan dengan tipe lainnya, sehingga bobot basanya lebih tinggi (Hasan,
2001).
f. Prospek Tanaman Gambir.
Peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas perkebunan,
perikanan dan sebagian produk hortikultura Produk-produk agroindustri kita sejauh
ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat,
Jepang. India dan sebagainya
Mengingat prospek pemasaran komoditi gambir cukup cerah yang ditandai
dengan relatif stabilnya angka ekspor tahunan dan sejalan dengan berkembangnya
jenis-jenis industri yang memerlukan bahan baku atau bahan penolong dari gambir
dalam teknologi industri maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki
teknik budidaya, pengolahan hasil, perbaikan mutu dan strategi pemasaran gambir.
Perbaikan ini sangat penting dilakukan agar komoditi gambir memiliki keunggulan
komparatif di dalam perdagangan internasional
Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat
prospektif, meningkatnya ekspor gambir tersebut menunjukkan adanya peningkatan
pemakaian gambir. Dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang
memerlukan bahan baku ataupun bahan penolong dari gambir, maka kebutuhan akan
bila dibandingkan dengan komoditi tanaman tahunan lain seperti cengkeh, kayu
manis, kemiri.
Faktor lain yang lebih penting adalah bahwa tanaman ini dapat dipanen secara
berkelanjutan tergantung dari perawatan yang dilakukan. Tanaman ini bisa berumur
puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah yang baik. Mengingat prospek
pemasaran komoditi gambir cukup cerah, yang ditandai dengan relatif stabilnya
angka ekspor tahunan dan sejalan dengan berkembang nya jenis-jenis industri yang
memerlukan bahan baku atau bahan penolong dari gambir dalam teknologi industri,
maka perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki teknik budi daya, pengolahan hasil,
perbaikan mutu dan strategi pemasaran gambir.
Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat didasari atas kebutuhan masyarakat
untuk memperoleh dan mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sehingga dengan
kebutuhan tersebut memaksa masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka. Faktor-faktor produksi juga menjadi salah satu faktor penting untuk
menunjang kehidupan ekonomi masyarakat. Faktor-faktor produksi adakalanya
dinyatakan dengan istilah lain yaitu sumber daya.
Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan ke dalam 4
(empat) golongan yaitu :
- Tanah dan Sumber Alam.
Ini merupakan faktor produksi yang disediakan oleh alam, faktor- faktor ini
meliputi tanah, hasil hutan dan lain-lain.
Tenaga Kerja bukan saja berarti jumlah buruh yang terdapat dalam
perekonomian. Arti tenaga kerja meliputi juga keahlian dan keterampilan
dalam mengelola dan memproduksi hasil yang baik dari gambir.
- Modal
Faktor produksi ini meliputi benda yang diciptakan oleh manusia dan
digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang diperlukan dalam
menunjang produksi gambir.
- Keahlian Kewirausahaan.
Kemampuan dari pada produsen untuk menjual hasil gambir yang
dihasilkan dengan harga yang sangat menunjang bagi kehidupan ekonomi
masyarakat (Sukirno, 1997).
g. Cara Pengolahan Produk
Ada dua cara pengolahan gambir yaitu cara pribumi dan cara yang biasa
dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Pengolahan cara pribumi
dilakukan oleh petani-petani pribumi, sedangkan pengolahan cara yang biasa
dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa dilakukan oleh orang-orang
keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia pada waktu dulu. Namun demikian
pengolahan yang berkembang saat ini adalah pengolahan cara pribumi.
Adapun perbedaan antara ke dua cara pengolahan adalah :
- Pengolahan cara Tradisional atau Pribumi.
diendapkan dan ditiriskan hingga membentuk pasta, kemudian pasta tersebut
dicetak dengan cetakan bambu lalu dikeringkan.
- Pengolahan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa
Daun gambir dipisahkan dari rantingnya lalu dicuci terlebih dahuilu
sebelum direbus. Lalu daun direbus selama setengah jam, selama perebusan
daun diaduk dengan kayu. Ekstrak yang ada dipisahkan dan duan direbus
kembali. Ekstrak yang diperoleh tersebut dipanaskan untuk menguapkan
airnya, sehingga lebih kental. Ekstak kental tersebut disaring dengan kain
halus, kemudian ditaruh ditempat teduh sampai suhunya turun menjadi sekitar
35 ‘ C
Peralatan yang dibutuhkan untuk pengolahan gambir yaitu (Nazir, 2000)
a) Pisau pemotong, yang digunakan untuk memotong ranting serta daun gambir.
b) Keranjang, yang berguna sebagai alat pembawa daun dan ranting yang telah
dipetik.
c) Rajut (jala) berguna untuk mengumpulkan daun gambir yang akan direbus..
d) Kancah (kuali besar) sebagai tempat perebusan.
e) Keranjang bambu yang berguna untuk perebusan daun gambir.
f) Ember, untuk membawa air serta cairan hasil pengolahan.
g) Tali, untuk mengikat daun gambir setelah perebusan.
h) Martil dari kayu, untuk penumbukan/pengempaan.
j) Kain penapis, untuk menapis getah gambir.
k) Cetakan
l) Alat kempa
m) Samia, tempat penjemuran gambir.
Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum
Sumatera Barat Tahun 2000, untuk luas 1 Ha lahan gambir akan menghasilkan 1 ton
gambir kering, panen dilakukan 1 kali dalam enam bulan dan lamanya memanen dua
bulan, jadi dalam satu tahun dapat dilakukan 2 kali panen.. Untuk pengolahannya
dilakukan di lingkungan keluarga tanpa melibatkan orang lain. Hal ini
memungkinkan karena para petani tidak terikat pinjaman modal dari pedagang
pengumpul.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Fakultas Pertanian USU
2004, tentang Pola Budidaya dan Pengusahaan Gambir, Studi Kasus Kabupaten
Dairi menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dengan
mengembangkan sistem pola tanam tumpang sari.
Pada umumnya bentuk keluarga para petani adalah keluarga inti. Keluarga inti
merupakan suatu unit sosial terkecil yang beranggotakan ayah, ibu dan anak-anaknya
yang belum menikah (Koentjaraningrat, 1981 : 104). Setiap anggota keluarga disadari
atau tidak, akan menempatkan dirinya secara pribadi pada suatu posisi atau status
tertentu. Adanya kedudukan atau statusnya dalam keluarga membuat setiap anggota
bentuk peranannya dalam berbagai kegiatan keluarganya. Sebagai keluarga yang
ekonominya lemah atau miskin, keluarga petani mempunyai cara hidup atau
kebudayaan yang berbeda dengan cara hidup atau kebudayaan keluarga yang
kehidupan ekonominya menengah ataupun tinggi. Oscar Lewis (dalam Menno,
1994:60-61) yang melakukan penelitian terhadap masyarakat miskin diperkampungan
kumuh Kota Mexico, mengemukakan beberapa ciri dari kebudayaan kemiskinan
misalnya saja, tingkat pendidikan yang rendah, upah yang rendah dan keamanan kerja
yang rendah, tingkat keterampilan kerja yang rendah, tidak memiliki tabungan dan
sebagainya. Ciri-ciri tersebut ada dimiliki atau dijumpai dalam keluarga petani
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah
deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi (1990:64)
bahwa metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada
masalah - masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau
masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah
yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan
akurat yang dilakukan langsung di lapangan kemudian didukung juga dengan
penelitian pustaka.
3.2. Defenisi Konsep
Adapun yangmenjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Kehidupan sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial maupun ekonomi dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu
dalam stuktur soial masyarakat disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh si pembawa status sosial tersebut ( Soekanto, 1987). Untuk
melihat status sosial ekonomi seseorang maka perlu diperlihatkan beberapa faktor
seperti : pekerjaan, pendapatan dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1983). Dalam
produksi dan pemasaran, partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir,
pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani..
2. Petani Gambir, adalah petani yang melakukan kegiatan pertanian gambir.
3.3. Instrumen Penelitian :
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mempergunakan instrumen
penelitian berupa petunjuk pertanyaan (interview guide) yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti..
3.4. Populasi dan sampel/Informan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat Petani gambir
yang bertempat tinggal di desa Mbinalun, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe
Kabupatan Pakpak Bharat,. dan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.
Sampel /informan dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok
masyarakat yang bergerak sebagai petani gambir , masyarakat yang bergerak
sebagai pedagang gambir dan pihak pemerintah. khususnya Dinas Pertanian dan
Kepala Desa.
3.5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada pada di desa Mbinalun Kecamatan Si Tellu Tari
Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan pemilihan desa ini antara lain
1. Desa Mbinalun merupakan desa penghasil gambir terbesar dii
Kabupaten Pakpak Bharat. Desa Mbinalun menghasilkan lebih
terbentang luas di kiri dan kanan perbukitan kala melintas di
jalan antar Propinsi (Sumut-Aceh) dari Sidikalang menuju
Subulussalam (Aceh). Demikian juga hasil olahan gambir di jemur
penduduk disepanjang pinggiran jalan antar propinsi tersebut..
2. Desa Mbinalun merupakan jalur lalu lintas pantai Barat antar
Propinsi Sumut dan Aceh untuk sehingga memudahkan untuk
mengadakan penelitian.
3. Kesedaian Bapak Kepala Desa untuk menemani peneliti pada saat
mengadakan penelitian.
3.6 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian di lapangan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar
empat bulan. Penulisan hasil penelitian ini dilakukan bersamaan ketika penelitian
berlangsung. Uraian kegiatan penelitian scara jelas dapat dilihat dalam tabel berikut
ini.
Tabel : 2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Bulan Kegiatan
1 Bulan I Perencanaan
a. Studi Pustaka b. Pra Survey
c. Penulisan Proposal d. Seminar Proposal e. Penysusunan Instrumen
2 Bulan II Penelitian Lapangan:
a. Observasi lapangan b. Wawancara
[image:49.612.118.508.455.684.2]3 Bulan III Pengolahan data dan Penulisan Laporan Awal:
a. Pengolahan data
b. Penulisan Laporan Awal
4 Bulan IV Seminar Hasil dan penulisan Laporan
Akhir :
a.Seminar Hasil Penelitian
b.Perbaikan dan Penulisan Laporan akhir
c. Penggandaan Laporan Penelitian
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian data yang diperlukan adalah data sekunder dan data primer.
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti kantor
Dinas Pertanian, Kantor Kepala Desa, dan Studi Kepustakaan yang relevan.
Data primer merupakan data utama dalam penelitian ini. Data Primer
diperoleh melalui:
a. Wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah metode yang bebas dan
mendalam(Deph Interview). Wawancara dilakukan kepada informan. Informan yang
diwawancarai dikelompokkan atas informan pangkal, informan pokok dan biasa.
Informan pangkal ialah orang yang dianggap megetahui tentang keaadan desa dan
hubunggannya dengan masalah yang diteliti. Informan pokok ialah orang atau
penduduk setempat yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang pertanian
gambir. Informan biasa adalah informan untuk menguji keabsahan data dan
dibatasi jumlahnya akan tetapi apabila peneliti telah yakin bahwa data-data yang
diperoleh sudah dapat menjawab masalah maka jumlahnya akan terhenti dengan
sendirinya. Dari metode ini akan diperoleh data-data yang dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam rumusan masalah itu.
Implementasinya dengan menggunakan petunjuk pertanyaan (interview guide)
Jenis data yang diperoleh adalah : Pendapatan bersih para petani dalam
pengusahaan gambir apakah memang menguntungkan atau malah merugi karena ada
faktor-faktor produksi yang luput dari perkiraan seperti tenaga yang digunakan
sehari-hari. Data lain yang diperoleh adalah luas lahan rata-rata petani , prose
produksi, pemeliharaan tanaman, panen dan pengolahan hasil, proses pemasaran.
b. Observasi.
Metode observasi digunakan untuk melihat dan mengamati mengenai aktivitas
masyarakat petani setempat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti serta
melihat etnografi desa di tempat penelitian, yaitu berusaha menggambarkan keadaan
desa..
c. Studi Kepustakaan
Studi ini dimaksud untuk memperoleh data-data yang relevan yang dijadikan sebagai
landasan berpikir dalam melihat masalah yang akan diteliti. Studi pustakaini
dilakukan terhadap buku-buku, dan tulisan-tulisan lainnya yang ada hubungannya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Desa Mbinalun.
Desa Mbinalun sebelumnya masuk ke dalam Desa Tanjung Mulia Kecamatan
Si Tellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat namun setelah pemekaran maka
desa ini berdiri sendiri sejak pengesahan oleh DPRD Kabupaten Pakpak Bharat pada
tanggal 06 September 2006 dan acara peresmian desa pada tanggal 25 Januari -2007
dan pelantikan Kepala Desa Perdana pada tanggal 12 Pebruari 2007.
Adapun dusun yang tergabung ke dalam desa Mbinalun, sebanyak 5 (lima) dusun,
sebagai berikut :
1. Dusun Lae Ntomol
2. :Dusun Lae Rumbia
3. Dusun Gunung Angkat
4. Dusun Pernapa
5. Dusun Pelangki Raya
4.1.2. Luas dan Letak Geografis .
Penelitian ini dilakukan di Desa Mbinalun Kecamatan si Tellu Tali Urang
Jehe Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini berada pada
ketinggian rata-rata 600 meter diatas permukaan laut, bentuk tofografi bervariasi
seperti datar, berombak, bergelombang, curam dan terjal. Adapun luas Kecamatan Si
Desa Mbinalun berjarak 12 km dari ibukota kecamatan dan 30. km dari
ibukota kabupaten. Dari jarak tersebut dapat diasumsikan bahwa desa ini sudah cukup
cepat dalam menerima arus informas dbari luardaerah yang akan berpengaruh
terhadap kemajuan dan perkembangan desa.
Adapun batas-batas desa penelitian adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Perolihen
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kaban Tengah
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Mulia
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Parongil Kec. Lae Parira, Kab. Dairi.
4.1.3. Gambaran Penduduk
Secara umum desa Mbinalun terdiri dari suku Pakpak dan sebagian kecil
suku Tapanuli yang hidup rukun dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan
persaudaraan yang kokoh., tidak pernah terjadi gesekan antara etnis dari dulu hingga
sekarang. Pada umumnya masyarakat desa Mbinalun menganut agama Islam 85 %
dan Kristen Protestan 15 %.
Jumlah penduduk desa Mbinalun terdiri dari 996 jiwa (166 KK) dengan jumlah
penduduk pria sebanyak 540 jiwa atau 54 % dan wanita 456 jiwa atau 46 %
4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis
Dari keseluruhan penduduk Desa Mbinalun yang berjumlah 996 jiwa tersebut
Tabel : 3
Keadaan Penduduk berdasarkan etnis
.
No Suku Jumlah Persentasi
1 Pakpak 846 85 %
2 Tapanuli 140 14 %
3 Lain-lain 10 1 %
Jumlah 966 100 %
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Masyarakat Desa Mbinalun pada umumnya beragama Islam dan sebagian
kecil menganut agama Kristen Protestan., Adapun jumlah penduduk yang beragama
Islam sebanyak 846 jiwa, beragama Kristen Protestan sebanyak 140. Jiwa.
Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini .
Tabel : 4
: Komposisi Penduduk berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentasi
1 Islam 846 85 %
2 Kristen Protestan 150 15 %
Jumlah 996 100
4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan kelompok Usia
Tabel : 5 :
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Kelompok Usia Jumlah Persentasi
1 0-16 tahun 356 35.72
2 17 tahun ke atas 640 64.28
Jumlah 996 100
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
Pnmduduk usia dewasa lebih banyak yaitu 640. jiwa atau 64.28 % sedangkan usia
balita sampai remaja sebesar 356 Jiwa atau 35.72 %.
4.1.3.5.Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel : 6
Distribusi penduduk menurut pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah
org
Persentase (%)
1 Pelajar dan belum
sekolah
368 37
2 Pegawai Negeri Sipil 10 1
3 TNI/Polri 5 0,5
4 Pedagang 15 1,5
5 Petani 583 58,5
6 Buruh Tani 5 0,5
7 Pertukangan 5 0,5
8 Jasa-Jasa 5 0,5
Jumlah 996 100
[image:55.612.151.473.193.325.2]4.2. Sarana dan Prasarana
4.2.1. Pendidikan
Proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan membutuhlkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang handal dan terampil, oleh karena itu pendidikan
mempunyai pranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas Sumber Daya
Manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia merupakan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan era
komputerisasi dan informasi yang canggih.
Dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan keterampilan penduduk melalui
proses pendidikan akan sangat tergantung pula kepada fasilitas atau sarana dan
prasaran yang tersedia. Disamping itu juga dipengaruhi oleh kualitas tenaga
pendidkik atau guru..
Secara umum pendidikan di desa Mbinalun masih lemah, Sekolah lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 1 (satu) buah untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (SLTA) 1 (satu) buah yang baru dibangun pada dua
tahun terakhir ini, sehingga untuk melanjutkn jenjang sekolah yang lebih tinggi
masyarakat tidak perlu lagi menyekolahkan anaknya keluar dari desa Mbinalun,
seperti sebelumnya. Adapun sarana pendidikan yang ada di desa Mbinalun yaitu :
1 unit SD Negeri di dusun Lae Ntomol
1 unit Madrasah Ibtidaiyah Swasta
1 unit SMA Negeri di dusun Lae Ntomol
Sebagian besar pendidikan masyarakat desa Mbinalun masih rendah yakni
tamatan Sekolah Dasar (SD), ada juga yang sampai tamatan Sekolah Lanjutan tingkat
Atas (SLTA) tetapi sebagian kecil saja. Sekarang ini sudah banyak anak mereka
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi maupun akademi.
Masyarakat sudah menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan anak
mereka.
Tabel : 7
Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentasi (%)
1 Belum Sekolah dan
Tidak Tamat Sekolah
97 10
2 SD 597 50
3 SLTP 299 30
4 SLTA 100 10
Jumlah 996 100
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 597 orang atau 60 % SLTP sebanyak
299 Orang atau 30 % dan SLTA 100 orang atau 10 %.
4.2.2. Sarana Kesehatan :
Sebagaimana sebuah kabupaten baru, Kabupaten Pakpak Bharat tidak terlepas
[image:57.612.136.479.279.530.2]Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat maka
pemerintah hendaknya mampu membangun fasilitass atau sarana dan prasarana yang
mendukung.
Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari bagaimana pelayanan pemerintah
terhadap bidang kesehatan baik dalam sarana dan prasarana maupun tenaga ahli
dalam kesehatan : Dokter, Bidan, Perawat dan tenaga ahli lain yang dapat menangani
kesehatan masyarakat. Keadaan masyarakat di Pakpak Bharat masih sangat rendah
Hal ini dapat terlihat dari fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah masih
terbatas dan sangat jauh dari harapan masyarakat Pakpak Bharat secara keseluruhan.
Adapun sarana kesehatan yang tersedia di desa Mbinalun segai berikut :
1 unit Pustu di dusun Lae Ntomol
4.2.3. Kantor Pemerintahan
Pemrintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antar susunan pemerintah daerah baik potensi dan keanekaragaman.
Administrasi Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2005 terdiri dari
delapan Kecamatan dengan 47 desa .
Adapun Kantor Pemerintahan yang terdapat di desa Mbinalun, sampai dengan
penelitian ini dilakukan adalah baru kantor kepala Desa
4.2.4. Sarana Ibadah
Di Desa Mbinalun terdapat dua buah Masjid sedangkan Gereja tidak ada,
penduduk desa sebagian besar penganut agama Islam dan sebagian lagi penganut
Kristen Protestan