TEMUAN DAN ANALISIS
B. Pesan Moral Tentang Berbuat Baik Pada Sesama dalam Skenario Sinetron Mengintip Surga.
1. Berbuat Baik Pada Keluarga
a. Berbuat baik pada orang tua
Malu kepada Allah SWT telah menguasai aku untuk memulai perkataan tentang wasiat kepada kedua orang tua, setelah Allah SWT mengemukakan kepadamu wasiatnya untuk kedua orang tua dalam tujuh surat dari Al- Qur’anul Karim42. Itu semuanya berkisar sekitar satu kalimat, yaitu “Berbuat
41
Bahreisy, Salim. Bahreisy, Said, Terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsier, Surabaya: PT. Bina Ilmu, h. 460
42
Baik kepada Keduanya”. Ketujuh suratnya yaitu Al-Baqarah, An-Nisaa’, Al- An’am, Al-Isra’, Surat Luqman, Al-‘Ankabut dan surat yang ketujuh yaitu surat Al-Ahqaaf.
Berbuat baik kepada kedua orang tua telah dijadikan oleh ayat-ayat itu semua menduduki tingkat kedua setelah iman kepada Allah SWT dan mengkhususkan beribadah kepada-Nya dan mensucikanNya. Juga telah dijadikanNya sebagai syari’atNya yang umum, yang dikehendaki oleh kemanusiaan di segala masa dan tidak khusus untuk satu risalah (kenabian) saja. Hal itu disebabkan karena berbuat baik itu terdorong oleh perasaan di waktu menanggung beban-beban kelahiranmu, perhatiannya kepadamu untuk mendidikmu, menumbuhkan badanmu dan menyiapkan kekuatanmu, agar supaya kamu di dalam hidup ini menjadi unsure penting dalam kebahagiaan dirimu sendiri dan kebahagiaan ummatmu.
Ia telah menjadikan janji Bani Irail, dan dalam hal ini kita diingatkan oleh surat Al-Baqarah ayat 83:
ﺪ
ﻻ
اﺮ إ
قﺎﺜ
ﺎ ﺬﺧأ
ذإو
ﺪ اﻮ ﺎ و
ﻪ ا
ﻻإ
نو
ﺎًﺎ ﺣإ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu) janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu- bapak”. (S. Al-Baqarah ayat 83)
“Begini Dok, buat saya, Ema segala-galanya. Dialah satu-satunya orang yang paling saya cintai setelah Allah dan Rosul-Nya”.
Dalam skenario tersebut pemirsa diajarkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya setelah cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya sesuai ayat al-Qur’an yang telah dijelaskan. Karena ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Berbuat baik kepada orang tua termasuk bagian daripada agama, kita menjalani agama dengan mengikuti kejelekan dengan sangkaan mencari sorga, padahal sorga di bawah telapak kaki ibumu.
Dan berikut ini adalah sejumlah pesan Nabi SAW mengenai berbakti kepada kedua orang tua. Keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adab al-Mufrid, dari Ibnu Abbas r. a43 :
“Tidaklah seorang Muslim yang mengurus kedua orang tuanya yang Islam, kecuali Allah membukakan baginya dua pintu surga. Jika orang tuanya seorang, baginya satu pintu surga. Jika salah seorang dari mereka marah, niscaya Allah tidak akan meridhainya sebelum ia meridhainya.” Ditanyakan, “Bagaimana bila kedua orang tua itu menganiayanya?” Nabi saw. menjawab, “Meski mereka berdua menganiayanya.”
Seperti dalam dialog:
43
Ulwan, Abdullah Nashih. 1990. Pendidikan Anak Menurut Islam PENDIDIKAN SOSIAL ANAK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.h. 33
“Ya, Allah….!mudah-mudahan Ema kagak marah dan mau maapin gue..gue gak mau nasib gue kayak Alqoma yang mau mati aja susah gara-gara gak dimaapin emaknya”. (Eps 18 “Sesungguhnya Allah telah menggariskan jodoh dan umur manusia”)
Juga di dialog:
“Kalo gitu, lo yang harus pergi nemuin dia ! kalo kagak, Ema kagak bakal maapin elo. Dan elo tau, kan, orang yang kagak dimaapin ibunya, kagak bakalan masuk sorga. Sebab dosa sama orang tua itu termasuk dosa terbesar kedua setelah musryik”. (Eps 18 “Sesungguhnya Allah telah menggariskan jodoh, umur manusia”)
Diriwayatkan di jaman nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seorang pemuda bernama Alqomah44. Ia adalah pemuda yang rajin beribadah, shalat, puasa dan sedekah. Pada suatu hari ia sakit keras. Lalu istrinya menemui nabi dan berkata : Suamiku dalam sakit keras, aku ingin mengetahui keadaan sesungguhnya, hai Rasulullah.”
Maka Rasulullah و ﻪ ﷲا ﻰ mengutus Amar, Shuhaib dan Bilal, memerintahkan kepada mereka : Temuilah ia dan tuntunkanlah mengucapkan syahadat”. Mereka ke tempat Alqomah dan menemukannya sedang sekarat. Lalu mereka menuntunkan mengucapkan kalimat syahadat laa ilaha illa Alloh, akan tetapi lidahnya tidak mampu mengucapkannya. Kemudian mereka menemui nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengabarkan bahwa ia tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.
44
millahibrohim.files.wordpress.com/2009/10/al-kabair.doc. diakses pada tanggal 17 Mei 2010 pukul 04.45 WIB
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: Apakah salah satu dari orang tuanya masih hidup? Dijawab :Hai Rasulullah, ibunya sudah tua masih hidup”. Rasulullah و ﻪ ﷲا ﻰ mengutus salah seorang sahabat untuk menemui ibu Alqomah dan memerintahkan agar ia menemui nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kalau mampu jika tidak mampu maka beliau yang akan datang menemuinya.
Diriwayatkan dalam kitab Subulus-Salam dari Abdullah bin Amr bin Ash r. a. bahwa Nabi saw. bersabda:
“Keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan-Nya terletak pada kemakmuran keduanya.”
b. Berbuat baik pada Istri
Ketika seorang lelaki mengambil keputusan untuk meminang seorang wanita berarti dia sudah siap dan memiliki tanggungjawab untuk memberi nafkah kepada istri. Ini merupakan kewajiban utama seorang suami yang tidak boleh untuk tidak dipenuhi. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Berdosalah orang (suami) yang mengabaikan nafkah keluarga yang menjadi tanggungannya."(HR. Muslim dan Abu Dawud)
Dalam skenario sinetron Mengintip Surga ada dialog yang membahas masalah suami yang harus memberi nafkah.
“Dosaan mana kalau saya nggak ngasih makan istri saya?!” (Eps 1 “Surga Dunia”)
Penulis skenario mencoba mengingatkan kembali kepada para suami agar memberi nafkah kepada istrinya, dan jika melalaikan maka akan berdosa. Nafkah keluarga merupakan amal wajib yang paling afdhal karena dengan nafkah itu, keluarganya dapat beramal. Di samping itu, menafkahi keluarga termasuk amal kebajikan dan juga sedekah, Bahkan tidak hanya sedekah biasa, melainkan sedekah yang paling utama karena mengutamakannya berarti telah memenuhi kewajibannya seabgai penanggung jawab nafkah keluarga dan memperoleh pahala yang besar.
Mengenai kewajiban suami untuk memberi nafkah istri telah diperintahkan oleh Rasulullah saw ketika beliau menjawab pertanyaan sahabat Mu'awiyah bin Haidah ra., yang menyatakan perihal hak seorang istri dari suaminya:
" Memberinya makan bila engkau makan dan memberinya pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkap memukul bagian wajah menjelek- jelekkan dan jangan pula meninggalkannya kecuali di dalam rumah." (HR. Abu Dawud danIbn Majah)