• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERCERITA PENGALAMAN NEGATIF ADALAH SEMEN KEINTIMAN

Dalam dokumen 7 Langkah Mencari Cinta (Halaman 84-91)

#4 GET CLOSE

BERCERITA PENGALAMAN NEGATIF ADALAH SEMEN KEINTIMAN

Poin get close ini perlu kamu latih dengan siapa saja dan di mana saja. Jangan cuma dengan orang-orang yang kamu

sukai. Lakukan dengan keluarga, teman, orang yang baru dikenal, orang yang sudah lama kenal, dan siapapun yang kamu temui. Di kelas Lovable Lady, ini saya sebut dengan tehnik deep connection.

Saya tidak akan bahas apa itu deep connection di sini karena terlalu panjang, tapi saya akan bagikan tips praktisnya saja.

Salah satu metode termudah untuk menciptakan

deep connection adalah dengan menggali pengalaman

kurang menyenangkan seseorang di masa lalu.

Misalnya kejadian-kejadian yang terjadi jauh sekali di masa kecilnya, baik ataupun buruk, itu perlu digali. Tentu kamu tidak terus menerus menggali itu, satu saja cukup kok. Kamu tidak perlu takut melakukannya, asal sebelumnya kamu sudah berhasil membuatnya bawel bercerita tentang hal positif dan kamu menanyakannya sebagai hal yang positif.

Kenapa begitu? Karena kita biasanya hanya mau membuka kisah sedih/kelam pada orang yang bukan sekedar akrab dan intim, tapi juga kita percayai. Jika seseorang mampu memancing kita bercerita hal itu, maka otak kita akan mengambil kesimpulan bahwa orang tersebut sudah

masuk kategori bisa dipercaya. Itu sebabnya saya dorong kamu untuk berusaha menggali pengalaman buruk setelah kamu membuatnya positif dan bawel, yaitu supaya lebih besar kemungkinan dia mengikuti pancingan kamu.

Brilian ‘kan?

Saya beritahu satu rahasia lagi. Setiap manusia selalu punya kebutuhan untuk dimengerti, diayomi, diberikan simpati. Itu sebabnya di era media sosial sekarang banyak orang mempublikasikan kemalangan, kepenatan, dan masalah yang dia alami. Kita senang bila ada orang yang bersimpati, berempati pada kisah perjalanan kita. Kebutuhan validasi inilah yang jarang terpenuhi dengan baik di jaman yang semakin egois dan dingin ini.

Makanya kamu perlu menyelipkan pertanyaan negatif-tapi-positif seperti ini dalam obrolan:

- Adakah sih hobi masa kecil kamu yang dulu sangat ditentang ortu atau keluarga?

- Kalau ada hal memalukan semasa SD/SMP dulu tapi sekarang sudah kamu perbaiki, apa?

- Apa yang elo bisa lakukan sekarang, tapi harusnya sih sudah bisa dari sejak kecil?

- Adakah hal yang dulu kamu benci, tapi sekarang kamu sudah sadar itu hal yang indah?

- Pengalaman pedih masa kecil apa yang bikin kamu jadi keren seperti sekarang ini?

- Kalau kamu bisa balik ke masa kecil, apa yang kamu mau bilang ke kamu yang masih bocah dulu?

Itu hanya contoh-contoh pertanyaan generik yang bisa kamu modifikasi sendiri. Jangan takut menanyakan hal yang kurang menyenangkan jika kamu sudah membuatnya bawel. Justru kalau dia sudah positif, dia akan senang hati berkisah tentang pengalaman. Kenapa? Karena tidak ada banyak kesempatan dia bisa membahas hal-hal tersebut untuk menarik simpati orang lain. Betul ‘kan?

Jujur deh, seberapa sering sih orang memberi kamu kesempatan bercerita tentang kisah sedih dan kisah kelam kamu? Seberapa sering sih bertanya tentang pengalaman masa kecil kamu? Kapan terakhir kali kamu punya kesempatan untuk menceritakan betapa enaknya masakan mama dulu, betapa asiknya bercandaan dengan papa dulu? Berapa banyak kamu punya kesempatan kesempatan membicarakan itu pengalaman-pengalaman itu? Walau ada muatan negatif, tapi karena masanya sudah lewat, kamu pasti bisa menceritakannya lagi dengan perspektif baru dan canda tawa.

Saya beri contoh. Beberapa minggu yang lalu saya diajak kencan oleh seorang wanita lulusan kelas Lovable Lady. Di tengah-tengah makan malam yang penuh canda, dia bertanya, “Lex, ada pengalaman ditolak cewe ga? Ceritain dong!” Detik itu juga pikiran saya langsung tersedot kembali ke masa-masa cupu dulu. Entah usia berapa, pokoknya saya masih aktif nge-band yang berawakkan 5 pria dan 1 wanita. Kelima pria yang ada di kolompok ini –termasuk saya- menyukai sang wanita. Saya tahu itu karena mereka semua masing-masing bercerita pada saya, tapi mereka tidak saling tahu-menahu satu sama lain.

Sang wanita pujaan dalam band itu, sebut saja Nadia, juga rajin bercerita ke saya tentang pria-pria yang dia sukai. Dia suka bercerita pada saya karena menurutnya saya pria yang bijak, bisa dipercaya, dan banyak pengetahuan canggih. Selama dua tahun penuh band kami berjalan, saya dan Nadia semakin dekat sampai saya yakin seyakin-yakinnya bahwa sayalah pria yang paling berpotensi meraih hatinya. Keluarga Nadia sepertinya mengetahui minat saya dan mereka jadi suka mendorong-dorong anaknya banyak menghabiskan waktu dengan saya. Posisi yang semakin bagus dong, makanya saya berpikir untuk menembaknya.

Tapi, seperti kamu bisa duga, Nadia menolak saya dengan alasan saya adalah orang terbaik dalam hidupnya, jadi dia takut kehilangan sahabat seperti itu. Seberapapun tidak masuk akalnya itu, saya tetap tidak bisa membantah atau memaksakan. Selang satu minggu setelah menolak saya, dia bercerita kalau sebenarnya dia memendam perasaan dengan salah satu pria dalam band kami. Pada saat itu jujur saya tidak terima dan ingin membujuk Nadia lagi, tapi saya tidak melakukannya.

Apa yang saya lakukan dalam kondisi itu? Entah bagaimana saya malah mendorong teman band saya itu untuk maju menembak Nadia. Saya bahkan membantu menyusunkan strategi agar dia bisa menyatakan perasaan dengan cara yang paling keren dan berkesan. Saya masih bisa ingat hari-hari kelam dan sesak ketika saya harus berbesar hati menjodohkan sahabat saya dengan wanita yang saya idamkan. Sakitnya begitu luar biasa, sampai-sampai saya melahirkan dua buah lagu pilu yang mereka berdua tidak tahu kalau lagu tersebut merupakan kisah rintihan hati saya. Itu adalah pengalaman yang menimbulkan luka batin, bukan cuma karena saya ditolak, tapi saya juga jadi menjodohkan mereka berdua.

Dalam kencan itu, saya menceritakan dengan detil pengalaman konyol yang masih terasa miris sampai

sekarang ini. Ketika bercerita, saya jadi mengenang ulang setiap suka dan duka pengalaman itu. Saya berkesempatan merenungkan kembali dan berbagi kelamnya dengan orang lain. Kisahnya memang tidak enak, tapi menceritakannya kembali terasa enak dan melegakan. Ini memang efek terapi yang biasa terjadi dalam sesi konseling. Ketika kamu dipancing menceritakan pengalaman masa lalu dalam bentuk state of mind yang positif, kamu bukan cuma merasa lepas lega, enak menerima simpati, tapi juga seketika dekat dengan orang yang memancing itu. Sebegitu powerful-nya metode ini, walau saya yang mengajarkan teknik itu pada sang wanita dalam kelas

Lovable Lady, tetap saja saya terpancing untuk merasa hangat dan dekat dengannya. Padahal saya tahu persis efek dan tekniknya. Padahal saya yang mengajarkan. Saya tetap terpengaruh olehnya.

Inilah poin get close. Beranikan diri kamu untuk mengulik pengalaman si dia di masa lalu, di masa kecil, pengalaman

sama keluarganya, pengalaman kegagalannya,

pengalaman indahnya. Habiskan banyak waktu berdialog dan bercanda tentang itu, daripada kamu ngomongin basa-basi soal film yang sedang beredar dan keadaan politik. Setiap orang pasti senang jika dipancing membicarakan tentang dirinya!

Dalam dokumen 7 Langkah Mencari Cinta (Halaman 84-91)

Dokumen terkait