• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.8. Kelurahan Binjai

2.8.5. Berdasarkan Agama

Sebagai negara yang besar Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang majemuk. Kemajemukan tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan yang jelas dan dapat membedakan diantara mereka (masyarakat Indonesia) salah satu dari kemajemukan yang dimiliki Bangsa Indonesia adalah kemajemukan dibidang agama.

Di Indonesia ada lima agama yang diakui oleh negara yaitu: agama Islam sebagai agama yang terbanyak penganutnya, agama Kristen, agama Katolik, agama Hindu, dan agama Budha, serta ditambah dengan agama Konghuchu yang belakangan ini diakui dan diahkan keberadaanya di Indonesia sebagai agama.

Keenam agama tesebut adalah agama “pendatang” di bumi nusantara Indonesia selain dari agama pendatang trersebut, Bangsa Indonesia sudah sejak dulu kala telah mempunyai agama tradisional yang lahir dari ibu pertiwi bangsa Indonesia salah satrunya adalah agama Malim yang dimiliki oleh suku bangsa Batak Toba yang berpusat di kecamatan Laguboti Kabupaten Tobasamosir. Agama

Malim tersebut masih tetap dipertahankan oleh pengikutnya yang disebut Parmalim

secara turun-temurun hingga saat ini.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun di Indonesia dijumpai kemajemukan dalam beragama, bukan berarti hubungan antar agama yang satu dengan agama yang lainya menjadi tidak harmonis. Realita ini dapat dilihat pada acara hari besar keagamaan tertentu yang tidak hanya di hadiri oleh penduduk agama yang bersangkutan, akan tetapi juga dihadiri oleh pemeluk agama yang lain.

Demiklian juga dengan agama Malim sebagai agama yang minoritas tetap bisa berdampingan dengan agama mayoritas dan telah diakui keberadaanya oleh negara.

Kondisi diatas juga terlihat di kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai, dimana perbedaan dalam hal beragama bukanlah sebagai alat untuk membeda- bedakan warganya melainkan dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya budaya bangsa.

Tabel 2.8.5 : Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Islam 14031 Orang 14621 Orang 2 Kristen 6452 Orang 7825 Orang 3 Katolik 856 Orang 954 Orang

4 Hindu 26 Orang 37 Orang

5 Budha - -

6 Konghuchu - -

7 Kepercayaan Kepada Tuhan YME 4 Orang 4 Orang 8 Ajaran Kepercayaan lainnya 3 Orang 4 Orang

J u m l a h 21372 Orang 23445 Orang

Sumber Data: Buku Profil Kelurahan Binjai Tahun 2008

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa agama yang paling banyak penganutnya di kelurahan Binjai yaitu agama Islam denngan jumlah penganut terbanyak yaitu 14.031 orang laki-laki dan 14.621 orang perempuan. Kemudian diikuti dengan agama Kristen, Katolik dan Hindu. Sementara agama Budha dan

agama Konghuchu tidak mempunyai penganut walaupun agama ini merupakan agama resmi yang keberadaanya telah diakui oleh negara.

Akan tetapi selain dari adanya ke enam agama tersebut di kelurahan Binjai terdapat juga Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan jumlah penganut laki-laki 4 orang dan perempuan 4 orang dengan total penganut 8 orang. Dan terdapat juga Aliran Kepercayaan Lainya dengan jumlah penganut laki-laki 3 orang dan perempuan 4 orang dengan total jumlah penganut 7 orang.

Ahmad Efendi seorang staff kelurahan menyatakan bahwa: jumlah penduduk yang terdaftar sebagai pemeluk Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Aliran Kepercayaan yang berjumlah 15 orang adalah penganut agama Malim. Lebih lanjut Ahmad Efendi menjelaskan perbedaan pilihan yang dilakukan oleh penganut agama Malim terhadap dua jenis kepercayaan tersebut adalah atas keinginan mereka untuk dicantumkan status keagamaan yang dianut pada kolom agama KTP. Berdasarkan informasi yang di peroleh peneliti dai pihak kelurahan bahwa agama tradisional yang ada di kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai hanyalah agama Malim.

Adapun alasan pemilihan penganut agama Malim untuk memilih mencantumkan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esapada kolom agama KTP, menurut Supano seorang staff kelurahan Binjai yang menangani kepengurusan KTP menyatakan:

“adanya pemilihan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk dicantumkan pada kolom agama KTP adalah berdasarkan keinginan Parmalim itu sendiri. Hal ini mereka lakukan sejak diberlakukanya UU No. 23 tahun 2006 tentang Undang- Undang Administrasi kependudukan. Dengan adanya Undang- Undang tersebut Parmalim Memperoleh kesempatan dicatatkan sebagai warga negara Republik Indonesia melalui kantor catatan sipil, namun mereka tidak diberikan pengakuan sebagai agama”.

Lebih lanjut Supano menjelaskan:

“sebelum diberlakukanya UU NO. 23 tahun 2006 yang mengatur tentang administrasi kependudukan, penganut agama Malim lebih memilih untuk dicantumkan tanda “-“ pada kolom KTP yang mereka miliki. Jumlah penduduk yang menggunakan tanda “-“ pada kolom agama KTP berdasarkan data kelurahan disebut dengan Aliran Kepercayaan Lainya, namun yang sebenarnya mereka adalah Parmalim. Namun walaupun telah diberlakukan UU No. 26 yang telah memberikan kesempatan kepada Parmalim untuk memilih Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar dicantumkan pada kolom agama KTP yang mereka miliki, hingga saat ini masih terdapat penganut agama Malim yang memilih mengunakan / mencantumkan tanda “-“ pada kolom agama KTP yang dimilikinya”.

BAB. III. KEBERADAAN PENGANUT AGAMA MALIM DI KOTA MEDAN

Keberadaan penganut agama Malim, tentu tidak dapat dipisahkan dari ajaran dan sumber hukum yang dijalankan di kota Medan. Menurut ulupunguan

Parmalim sekota Medan (amang Simanjuntak) jumlah Parmalim saat ini kurang

lebih 40 kk jika diasumsikan 1 kk terdiri dari 4 orang maka jumlah Parmalim sekota Medan sebanyak 160 jiwa. Menurut penganut agama Malim ajaran agama

Malim tersebut berasal dari Debata Mulajadi Nabolon dan sebagian lagi berasal

dari para Malim Debata. Semua ajaran agama yang diperoleh dibagi menjadi empat jenis yaitu: tona (pesan), poda (sabda), patik (peraturan) dan uhum (hukum). Sebagian ajaran itu tercantum dalam pustaha habanaron yaitu semacam kitab suci atau kumpulan peraturan-peraturan yang isinya mengatur hubungan antara manusia dengan Debata dan hubungan manusia dengan sesamanya.

Sejak zaman dahulu istilah ugamo atau agama telah dikenal dalam bahasa Batak. Istilah tersebut bukanlah yang baru muncul di kalangan orang Batak. Menurut istilah agama Malim, ugamo atau agama adalah jalan perjumpaan antara manusia dengan Debata melalui sesaji yang bersih dan suci (dalam perdomuan ni

hajolmaon tu Debata marhite pelean na ias) orang yang masuk dalam agama

Malim disebut parugamo Malim (pengikut ugamo Malim) yang sering disingkat

dengan parmalim (penganut agama Malim). Dengan demikian Parmalim berarti orang-orang yang menuruti ajaran Malim atau kehidupan Malim yang diwujudkan dengan pengumpulan ramuan benda-benda pelean (sesaji) berdasarkan pada ajaran

Dokumen terkait