BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.6. Dalam Bidang Budaya (Adat)
Sebagaimana halnya suku-suku bangsa lainnya yang memiliki adat istiadat sebagai hasil budi luhur pendahulunya, mka demikian juga dengan penganut agama Malim memiliki adat kebiasaan yang dijadikan sebagai rujukan berprilaku dalam kehidupan masyarakatnya. Adat ini pada awalnya merupakan suatu kebiasaan yang dihayati dan diamalkan pada generasi yang terdahulu dan kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya hingga pada masa sekarang.
Sejak jaman dahulu hingga pada generasi sekarang, adat adalah bagian dari kehidupan. Hampir tidak ada perilaku sosial yang tidak berhubungan dengan adat, terutama dalam hal yang berkaitan dengan pergaulan, perkawinan, memasuki rumah dan lain sebagainya. Adat adalah suatu sikap, tingkah laku, kebiasaan dan kelaziman yang sesuai dengan hukum adat. Keberadaan hukum adat dapat dipahami sebagai hukum bangsa yang berlaku yang mengatur pertalian-pertalian hukum di bidang kenegaraan dan kemasyarakatan yang mempunyai akibat-akibat hukum tetapi dimuat dalam Kitab Undang-Undang (Schreiner, 1996:22).
Pemahaman masyarakat secara umum terhadap adat hanyalah semata-mata hasil karya budi luhur generasi terdahulu yang akan secara turun-temurun dipelajari dan diwariskan terhadap generasi berikutnya. Berbeda dengan pemahaman penganut agama Malim yang meyakini bahwa adat bukanlah sekadar budaya leluhur mereka yang diturunalihkan secara turun menurun, melainkan keberadaan nilai adat Batak toba dipercayai beasal dari Tuhan Debata Mulajadi Nabolon
melalui seorang yang dipilih-Nya. Orang yang terpilih ini menerima konsep dasar adat dari Debata, lalu kemudian konsep dasar adat itu disingahon (diisbatkan) atau dikemas menjadi butir-butir adat dan patik (peraturan) yang kemudian dinamakan menjadi hukum (Gultom, 2010:71).
Penganut agama Malim berpandangan bahwa “adat do habonaron,
habonaron do adat” yang mengandung makna, adat adalah sumber hukum dan
sumber hukum itulah adat. Bagi penganut agama Malim adat tidak dapat dilepaskan dengan haporseaon (kepercayaan) kepada Debata Mulajadi Nabolon. Menyatunya adat dengan agama Malim akan semakin menjunjung tinggi nilai adat. Dalam upacara perkawinan misalnya, adat tetap dijalankan bersamaan dengan unsur-unsur keagamaan dalam persembahan terhadap Debata Mulajadi Nabolon.
Dalam kehidupan bermasyarakat penganut agama Malim di kota Medan, mereka tetap memiliki toleransi yang tinggi terhadap penganut agama lain. Hal demikian dapat terlihat ketika seorang Parmalim mengadakan pesta adat misalnya acara pernikahan. Mereka tetap mengundang masyarakat disekitar tempat tinggal mereka tanpa membedakan suku dan agamanya. Sebaliknya apabila penganut agama Malim mendapat undangan dari suku dan agama di luar Parmalim, mereka tetap sedapat mungkin mengikutinya.
Terhadap penganut agama Kristen dan Katolik sebagai sebuah agama yang paling banyak dianut masyarakat Batak, Parmalim diperlakuakn secara khusus sebagai undangan dengan tidak memberikan makanan yang diharamkan (naramun) yaitu berupa daging babi dan daging yang dimasak bersamaan dengan darahnya. Adanya larangan untuk memakan makanan tersebut dapat dimengerti setiap masyarakat yang melakukan pesta.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Penganut agama Malim (Parmalim) yang ada di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai berasal dari Laguboti, Kabupaten Toba Samosir yang bermigrasi ke kota Medan. Migrasi yang mereka lakukan bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari daerah asalnya. Parmalim melakukan migrasi ke kota Medan bersamaan dengan adat-istiadat, agama dan prinsip hidup dari daerah asal sebagai ciri khas keberadaannya. Dalam mempertahankan eksistensi agama Malim, Parmalim melakukan berbagai strategi adaptasi untuk mengamankan diri sebagai cara untuk tetap mempertahankan eksistesi agama Malim di Medan sebagai daerah tujuan migrasi.
Strategi adaptasi penganut agama Malim dapat dilihat dari keberadaan penganut agama Malim di kota Medan yang masih tetap menjalankan/melaksanakan ritual agama Malim tanpa mengubah tata cara pelaksanaannya seperti apa yang mereka peroleh dari daerah asal. Parmalim sebagai kelompok masyarakat penganut agama Malim yang belum mendapat status sebagai agama resmi menjadi kelompok minoritas dalam lingkungan masyarakat luas di kota Medan.
Hidup dalam kelompok minoritas tentu sesuatu yang memiliki kehidupan yang penuh tantangan. Menghadapi hidup yang penuh tantangan ppenganut agama
Malim mempunyai strategi adaptasi, dalam memperoleh hak pencatatan sipil
misalnyapengurusan Akte Perkawinan dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) penganur agama Malim lebih memilih untuk dikosongkan dengan tanda “-” pada kolom
agama KTP. Dalam mencari dan untuk memperoleh pekerjaan pada instansi pemerintahan bahkan pengurusan izin resmi penganut agama Malim masih mendapat bias sosial yang negatif dari masyarakat di sekitarnya. Untuk itu penganut agama Malim cenderung memilih dan mencantumkan agama lain sebagai formalitas, strategi untuk menghadapi tantangan tersebut. Pelaksanaan mararisabtu dan upacara keagamaan lainnya dilaksanakan di salah satu rumah penganut agama
Malim yang difungsikan sebagai parsantian akibat tidak mendapat izin dari
masyarakat di jalan Air Bersih, kota Medan.
Hidup dengan ketidakberdayaan dalam memperoleh pengakuan sebagai pemeluk agama Malim, Parmalim memilih untuk hidup dalam kepasrahan terhadap status keagamaannya. Penganut agama Malim tidak memiliki misi untuk menyebarluaskan ajaran agamanya, hanya tetap berusaha bertahan dan memegang teguh nilai-nilai adat Batak Toba. Menurut mereka bahwa nilai-nilai adat Batak Toba sangatlah perlu diwariskan sebagai bagian dari ajaran agama Malim yang tidak terpisahkan. Parmalim memiliki pengharapan dan tujuan hidup dalam kesucian (hamalimon) dengan alasan ajaran agama Malim mampu memberikan keselamatan dan kehidupan “kekal”, sehingga agama Malim tetap eksis di tengah maraknya penyebaran ajaran-ajaran agama besar yang telah diresmikan oleh negara Republik Indonesia khususya di kota Medan.
SARAN
• Sebagai sebuah warisan budaya spiritual masa lalu negeri ini, agama
Malim seharusnya dipandang sama dengan aliran-alirab kepercayaan yang
ada. Pememerintah seharusnya memberikan ruang lebih terbuka kepada penganut agama Malim sehingga dapat menunjukkan eksistensinya di tengah pergaulan antar pemeluk agama. Semestinya toleransi beragama diberikan kepada semua keyakinan, agar tidak muncul prasangka dan toleransi beragama tidak digunakan untuk kepentingan sempit agama tertentu saja.
• Komunitas penganut agama Malim yang minoritas hendaknya mampu berkomunikasi dan bersikap terbuka dengan keberadaan/eksistensi mereka dalam kehidupan masyarakat luas yang majemuk. Sehingga para penganut agama Malim dapat menghapus persepsi negatif atau kontradiksi opini publik yang mereka terima dalam bermasyarakat.
• Strategi adaptasi yang dilakuakan penganut agama Malim tidak hanya dalam strategi adaptasi dalam memenuhi kebutuhan hidup/ mempertahankan hidup, berupa strategi adaptasi sosial, ekonomi, dan sosial budaya. Tetapi, penganut agama Malim melakukan strategi adaptasi untuk mempertahankan eksistensi keberadaan agama Malim di tengah kehidupan masyarakat kota yang majemuk di kota Medan.
Daftar Pustaka
Bangun, Payung, 1978. Hubungan Antar Suku Bangsa di Kota Medan, Berita
Antropologi No 34 maret thn X, FS-UI, Jakarta
Bruner, Edward M, 1980. Kerabat dan Bukan Kerabat dan Pokok-Pokok
Antropologi Budaya, T.O. ihroni, Gramedia jakarta
Cohen, Abner, 1985. Pengantar Kepermasalahan Etnisitas dalam Usman Pelly
(ed) “Konflik dan Persesuaian Antar Etnis” Jakarta
Ebner dan Ebner, 1987. Konsep Budaya: dalam T.O. Ihroni “Pokok-Pokok
Antropologi Budaya” Gramedia, Jakarta
Faisal, Sanapiah, 1989. Formay-Format Penelitian Sosial, dasar-dasar dan
Aplikasi. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Simatupang, Irfan, 1984. Kepercayaan Orang Barus Terhadap Jenis Keatian
Yang Dijaga. Skripsi, Medan, Universitas Sumatera Utara, fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Antropologi
Gultom, Ibrahim, 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta, Bumi Aksara Irawati, Tety, 2009. Konstruksi Upacara Sipaha Lima. skripsi, Medan,
Universitas Sumatera Utara, fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Antropologi
Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Teori-Teori Antropologi, Jakarta: UI. Press Koentjaraningrat, 1986. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta, PT. Dran
Rakyat
Lukman Sinar, Tengku, 1991. Sejarah Kota Medan Tempo Doeloe, Medan Naim, Mochtar, 1984. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta.
UGM Press
Pelly, Usman, 1986/1987. Hasil Penelitian Organisasi Kepercayaa Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Direktorat Pembinaan Penghayatan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, DEPDIKBUD
Pelly, Usman, 1993. Hubungan Antar Kelompok Etnis, Makalah Dalam Seminar
Loka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Sumatera, Medan
Pelly, Usman, 1998. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya
Minangkabau dan Mandailing, Jakarta: LP3S
Pemko Medan, 1996. Kota Medan Pintu Gerbang Indonesia Bagian Barat.
Medan
Karl, Palzer, 1985. Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan
Agraria di Sumatera Timur, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Meuraxa, Dada, 1950. Sejarah Hari Jadinya Kota Medan, Medan: Sastrawan Michael, Lagenberg, 1977. North Sumatra Under The Dutch Colonial Rule:
Aspect of Struktural Change. Revieu of Indonesia and Malasia Affairs
Suharsono, 1977. Migrasi dan Urbanisasi: Dalam Bunga Rampai Masalah
Kependudukan, Suhardi (ed), Jakarta, Mutiara
Suparlan, Parsudi, 1983. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Persepsi
Antropologi Budaya, Manusia dalam Keserasian Lingkungan,
Muhammad Soerjani (ed) Jakarta, Fakultas Ekonomi UI
Suparlan, Parsudi, 1982. Ilmu Sosial Dasar II, UI. Press, Jakarta
Situmorang, Sitor, 1983. Asosiasi Klen Batak Toba dalam Prisma XII, No-9.
LP3S, Jakarta
Situmorang, Sitor, 1993. Guru Somalaing dan Modang Liani “Utusan Raja Rom”
Jakarta, Grafindo Mukti
Situmorang, Sitor, 2004. Toba Nasae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-
XX, Jakarta: Yayasan Komunitas Bambu
Soekanto, Soejono, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Soemardjan, Selo, 1988. Migrasi Kelompok Perubahan Sosial, Jakarta, Pustaka
Grafika Kita
Soemardjan, Selo, 1980. Streotipe Etnik Asimilasi, Integrasi Sosial, Jakarta,
Grafika Kita Sumber Internet • • tersingkir
Daftar Tabel
1. Tabel: Data Umum Kecamatan Medan Denai 2. Tabel: Pelayanan Umum Kecamatan Medan Denai 3. Tabel: Sarana Pendidikan Kecamatan Medan Denai
4. Tabel: Luas Wilayah Kelurahan Binjai Menurut Penggunaan 5. Tabel:Potensi Sumber Daya Manusia
6. Tabel: Mata Pencaharian Pokok 7. Tabel: Penduduk Berdasarkan Etnis 8. Tabel: Penduduk Berdasarkan Agama
9. Tabel: Bagan, Struktur Organisasi Agama Malim
10.Tabel: Struktur Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2010
Daftar Gambar
1. Gambar 3.4.4 : Pembacaan Buku Pustaha Batak Pada Acara Mangan
Napaet
2. Gambar 3.5.2 : Amang Simanjuntak (Ulupunguan) Medan Sedang Melakukan Pangurason
3. Gambar 4.1 : Sedang Mengenakan Pakaian Keagamaan Malim
4. Gambar 4.1.2 : Seorang Anak Diikut Sertakan Dalam Pelaksanan Upacara Mangan Napaet
5. Gambar 4.2 : Rumah Salah Seorang Parmalim Yang Difungsikan Sebagai Parsantian di Medan
6. Gambar 4.3.5 : Posisi Duduk (Parhundulon) Perempuan Dipisah Dari Laki-Laki Pada Setiap Acara Keagamaan
Daftar Informan
Nama: Erica Sitorus Usia: 27 tahun
Pekerjaan: Pegawai Swasta Agama: Malim / Parmalim Nama: Alboin Sitorus Umur: 19 tahun
Pekerjaan: pelajar SMA Agama: Malim / Parmalim Nama: Bintang Torop Tiroi S Umur: 47 tahun
Pekerjaan: ibu rumah tangga Agama: Malim / Parmalim Nama: Boike Sitorua Umur: 26 tahhun
Pekerjaan: Pegawai Swasta Agama: Malim / Parmalim Nama: Damayanty Sirait Umur: 30 tahun
Pekerjaan: Pegawai Swasta Agama: Malim / Parmalim
Nama: Herbang Sirait Umur: 28 tahun
Pekerjaan: Mahasiswa Agama: Malim / Parmalim Nama: N Manurung Umur: 34 tahun
Pekerjaan: PNS-Bidan Agama: Malim / Parmalim Nama: Kasman Sirait Umur: 52 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta Agama; Malim / Parmalim
Nama: Maradu Naipospos Umur: 22 tahun
Pekerjaan: Pelajar-Mahasiswa Agama; Malim / Parmalim Nama: Mariduk Samosir Umur: 35 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta Agama: Malim / Parmalim Nama: Mindo Sirait
Umur: 23 tahun
Pekerjaan: Pelajar-Mahasiswa Agama; malim / Parmalim Nama: Wilhan Naipospos Umur: 33 tahun
Pekerjaan: Pegawai Swasta Agama; malim / Parmalim Nama: Rischard Sinaga Umur: 17 tahun
Pekerjaan: Pelajar-SMA Agama: Malim / Parmalim Nama: Rominda Sirait Umur: 21 tahun
Pekerjaan: Pelajar-Mahasiswa Agama: Malim / Parmalim Nama: Acholder Sirait Umur: 37 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta Agama: malim / Parmalim Nama: Ado Sirait
Umur: 23 tahun
Pekerjaan; Pelajar-Mahasiswa Agama: Malim / Parmalim Nama: Tony Sirait
Umur: 35 tahun
Pekerjaan: Pegawai Swasta Agama: Malim / Parmalim
Nama: Sutan Fauzi A. Lubis Umur 31 tahun
Pekerjaan: PNS – Lurah Binjai Agama: Islam
Nama: Ahmad Efendi Umur: 41 tahun
Pekerjaan: PNS – Staff Kelurahan Binjai Agama: Islam
Nama: Supano Umur: 43 tahun
Pekerjaan: PNS – Staff Kelurahan Binjai Agama: Islam
Nama: Marini Umur: 19 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta Agama: Islam
Daftar Istilah
• Amang : bapak
• Ari hatutubu : hari kelahiran • Ari holang : hari cuti / istirahat • Ari Sabtu : hari Sabtu
• Bangke : bangkai
• Banua ginjang : benua atas • Banua tonga : benua tengah • Banua toru : benua bawah • Begu : hantu
• Boru : anak perempuan • Datu : dukun / tabib • Hagogoon : kekuatan
• Hamalimon : kesalehan / ketakwaan • Harajaon Malim : kerajaan Malim • Horas : selamat
• Ihutan : yang di ikuti, ketua agama pusat Parmalim • Langgatan : tempat sesaji, podium
• Malim ni Debata : utusan Debata
• Mamasu-masu : memberkati perkawinan • Mamangir : mensicikan diri
• Manopoto dosa : menebus dosa • Manortor : menari
• Mual : mata air • Naposo : yang muda
• Na ramun : yang kotor, haram • Pangurason : air pensucian
• Parbuesanti : sekumpulan makanan persembahan • Pandupaan : tempat dupa
• Parhalaan : kalender Batak Toba • Parsantian : tempat peribadatan • Patik : peraturan, perintah • Pelean : sesaji, persembahan • Poda : nasehat
• Punguan : perkumpulan, cabang • Tondi : ruh, jiwa
• Tor-tor : tarian
• Tongo-tongo : doa-doa • Ulos : kain panjang tenunan
STRUKTUR PEMERINTAHAN KELURAHAN BINJAI
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2010
Lurah : Sutan Fauzi A. Lubis,S.STP, M.Si NIP. 19781211 199810 1001 Jabatan Temporal Sekretaris : Dartamaswin NIP. 400 040 582 Kaur pemerintahan Supano NIP. 400 044 383 Kaur Kesra H. Olub Rambe NIP. 400 033 586 Kaur Umum Ahmad Efendi NIP. 400 041 502 Kaur Ekbang Karlina NIP. 010 246 363 Kaur Keuangan ……… Lingkungan I Mhd. Nurdin S Lingkungan II Jainul Arifin Lingkungan VI Abd.Rahman I. Lingkungan III T. Armansyah Lingkungan IV H. Marpaung Lingkungan V P. Aruan Lingkungan VII Nurka Rambe Lingkungan VIII Sofianto Lingkungan XII M.Ikhsan HTS Lingkungan IX M.Sy. Harianja Lingkungan X Jafer Sihombing Lingkungan XI Syaiful A. M Lingkungan XIII Abdul Mutalib Lingkungan XVI Bakri Lingkungan XIV Bangun Siregar Lingkungan XV E.E. Siagian