• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan data inventory

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 40-46)

Jika dilihat dari nilai persediaan pada laporan keuangan PT XYZ, maka terjadi kenaikan jumlah inventory yang besar dari tahun 2007 ke tahun 2008, dimana pada tahun 2007 terjadi penuruan inventory sebesar 3,388,420 dan pada tahun 2008 terjadi kenaikan inventory sebesar Rp. 3,845,353,754. Sehingga terjadi kenaikan jumlah inventory akhir sebanyak 72.10%, dari Rp. 5,333,637,487 (tahun 2007) menjadi Rp, 9,178,991,241 (tahun 2008).

Komponen Inventory Year

Increase (%)

2008 2007

Raw Materials 1,432,362,844 1,031,153,556 38.91%

Work in Process 2,220,698,657 1,358,573,534 63.46%

Finished Goods 1,785,923,070 1,002,578,411 78.13%

Packaging Material 3,654,922,715 1,832,281,290 99.47%

Others 85,083,955 109,050,696 -21.98%

Total 9,178,991,241 5,333,637,487 72.10%

 

Tabel 4.12 : Data Inventory PT XYZ

89

Secara total inventory, terjadi kenaikan 72.10% dari 2007 ke 2008. Jika dilihat per komponen inventory, terjadi kenaikan besar di packaging material (99.47%), finished goods (78.13%) dan work in process. (63.46%). Untuk raw material terjadi kenaikan yang tidak terlalu besar (38.91%), masih dibawah kenaikan total inventory (72.10%) dan inventory lain-lain yang jumlahnya turun 21.98%.

Packaging material ini terdiri dari plastik sachet sambal, kardus, dan botol. Sedangkan work in process adalah pasta cabe hasil olahan cabai mentah. Finished goods adalah produk sambal olahan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab lamanya jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk inventory karena terlalu banyak membeli / overstock packaging material, overstock pasta cabe dan produk sambal olahan yang telah jadi lama keluar dari inventory.

Jika melihat produk sambal olahan yang lama keluar dari invetory, maka dengan melihat nilai sales dari tahun 2007 ke tahun 2008, terjadi kenaikan nilai sales dari Rp. 33,808,936,436 (2007) menjadi Rp. 43,570,713,064 (2008) yang menunjukkan PT XYZ dapat melakukan penjualan produk jadinya. Namun dengan nilai inventory produk jadi / finished good yang bertambah, hal ini bukan berarti PT XYZ tidak dapat melakukan

90

penjualan dengan baik, namun menunjukkan PT XYZ harus melakukan perbaikan peramalan permintaan sehingga jumlah inventory produk jadi tidak membengkak. Permalan permintaan / demand forecasting harus diperbaik, mengingat tahun pada akhir kuartal ketiga tahun 2008 ( Oktober 2008) terjadi krisis finansial global, yang menyebabkan beberapa industri (komoditi, tekstil) menurun, yang juga berpengaruh kepada daya beli masyarakat.

Karena akibat dari kenaikan jumlah inventory, selain uang kas tertahan, maka biaya inventory juga meningkat, baik secara nominal rupiah maupun secara tempat untuk menyimpan inventory, ditambah dengan risiko inventory menjadi rusak karena tersimpan lama.

Selain itu, untuk dapat membuat perencanaan material secara mendetail, PT XYZ juga dapat menerapkan konsep Bill of Material (BOM), yang merupakan informasi dari semua bahan, komponen, atau sub komponen yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk akhir termasuk bahan baku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi jumlah inventory semua komponen dan termasuk bahan baku PT XYZ.

B. Berdasarkan COGS.

COGS juga menentukan jumlah hari uang tertahan dalam inventory, sebagai penyebut dalam perhitungan rumus. Jika

91

dilihat dari perbandingan COGS tahun 2007 dan tahun 2008, maka terjadi kenaikan COGS dari Rp. 27,572,125,453 (2007) menjadi Rp. 42,432,501,944, seiiring dengan kenaikan tingkat penjualan / sales. Dan dengan COGS yang bertambah besar ini, secara rumus perhitungan membuat jumlah hari uang tertahan dalam inventory semakin kecil.

4.6 Evaluasi Aktivitas Supply Chain Proses Interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ dengan Pendekaan Strategic

Berdasarkan Teori Hau Lee tentang strategi supply chain management, maka tingkat permintaan di PT XYZ dapat dikategorikan sebagai permintaan dengan tingkat ketidakpastian yang rendah (low demand uncertainty) sedangkan untuk tingkat penawaran dapat dikategorikan sebagai penawaran dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi (high supply uncertainty).

Permintaan dari PT XYZ dalam kasus ini adalah permintaan akan cabai dan gula dari suppliernya. Cabai dan gula termasuk low uncertainty demand / functional product.

Sesuai dengan ciri-cirinya, baik cabai maupun gula mempunyai : 1. Product life cycle yang lebih dari dua tahun dan low obsolescence

(tingkat “ke-kuno-an” yang rendah )

92

Dari dulu hingga saat ini, cabai dan gula masih dipakai oleh masyarakat sebagai bahan pelengkap masakan dan minuman. Hanya cabai yang dapat menimbulkan rasa pedas di masakan dan gula yang dapat menimbulkan rasa manis di masakan atau minuman.

2. Variasi produk yang rendah.

Cabai dan gula merupakan produk hasil tanaman (tanaman cabai atau tebu) dan variasi produk yang tidak banyak. Kalaupun ada variasi, variasi yang terjadi hanya di bentuk / warna namun rasa dari berbagai produknya masih sama. Contonya : ada berbagai macam jenis cabai, seperti cabai merah, cabai keriting, cabai hijau, cabai rawit, namun rasanya sama (pedas). Begitu pula dengan gula, ada berbagai macam jenis gula, seperti gula pasir, gula merah, gula aren yang berbeda dari proses pengolahannya, namun rasanya sama, yaitu manis.

3. Kebutuhan akan permintaan lebih mudah diprediksi dan permintaan yang stabil.

Sesuai dengan jumlah produksi sambal botol, PT XYZ sudah mempunyai standar untuk membuat satu liter sambal dibutuhkan takaran cabai dan gula tertentu.

4. Profit Margin yang rendah dan volume yang besar.

5. Biaya persediaan yang rendah

Biaya persediaan yang rendah, dalam arti jika biaya persediaan dibagi dengan seluruh jumlah cabai dan gula yang disimpan, maka biaya persediaan per butir cabai atau per gram gula sangat rendah.

93

Sedangkan tingkat penawaran dapat dikategorikan sebagai penawaran dengan tingkat uncertainty yang tinggi / evolving process. Penawaran (supply) dari PT XYZ adalah produk sambal olahan.

Sesuai dengan ciri-cirinya :

1. Mudah diserang kompetitor (vulnerable to breakdowns).

Produk sambal mudah diserang kompetitor dalam arti banyak pemain / produsen yang juga memproduksi sambal olahan selain PT XYZ, baik dari dalam negri, maupun dari luar negri. Produk sambal olahan juga diserang dengan produk sambal olahan dengan kualitas yang lebih rendah dan harga lebih murah ( yang sering disebut saos )

2. Permasalahan kualitas.

Produk sambal olahan sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan baku yang digunakan. Dengan demikian kualitas cabai, gula dan bahan-bahan pelengkap harus memenuhi standar untuk menghasilkan sambal yang berkualitas.

3. Jumlah supplier yang terbatas dan supplier yang kurang dapat diandalkan.

Sesuai dengan kasus yang dibahas, supplier PT XYZ untuk cabai dan gula ada dua supplier masing-masing, dan untuk supplier cabai, dapat dikatakan kurang diandalkan mengingat tingkat delivery cabai yang melebihi waktu yang telah disepakati dan tingginya tingkat defect yang terjadi.

4. Produk yang sulit untuk berubah dan tingkat fleksibilitas yang

94 rendah.

Produk sambal olahan yang sedikit variasinya.

Berdasarkan jenis permintaan dan penawaran di atas, PT XYZ menggunakan strategi Risk Hedging Supply Chain (strategi supply chain yang membatasi risiko), yaitu strategi manajemen logistik yang bertujuan mengumpulkan dan menyebarkan sumber daya di dalam aliran barang sehingga resiko terjadinya gangguan dapat diperkecil.

Dalam hal ini, risiko yang terjadi adalah lead time delivery bahan baku cabai yang melebihi standar waktu dan defect rate yang tinggi.

Dalam hal ini, untuk mencapai kondisi ideal, PT XYZ disarankan untuk melakukan langkah-langkah berikut sehingga dapat mengarah pada tercapainya strategi supply chain yang optimal, yaitu Efficient Supply Chain (Supply Chain Management yang Efisien) :

1. Memperbanyak jumlah supplier cabai.

2. Mengikat supplier dengan pemberian denda jika terjadi keterlambatan lead time delivery, untuk mentoleransi proses produksi yang terlambat.

3. Menambahkan point dalam perjanjian kerja sama dengan supplier (MoU dengan supplier) bahwa untuk produk cacat yang lebih dari toleransi maksimum, 5%, PT XYZ dapat menukarkan produk cacat dengan produk yang mempunyai kualitas memenuhi standar tanpa mengeluarkan biaya tambahan.

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 40-46)

Dokumen terkait