• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank

2.5 Klasifikasi Tenaga Kerja

2.5.3 Berdasarkan Kualitasnya

Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan kualitasnya terdiri dari 2 (dua) jenis, antara lain sebagai berikut :

1. Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya dokter, guru dan lain-lain.

2. Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Contohnya apoteker, ahli bedah, mekanik dan lain-lain.

3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandal tenaga saja. Contonya kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga dan lain-lain.

Mahasiswa ekonomi sendiri termasuk dalam tenaga kerja yang bukan angkatan kerja yang nantinya akan menjadi tenaga kerja terdidik.

Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang telah mendapat gelar sarjana merupakan tenaga kerja terdidik. Melihat hal tersebut, mahasiswa ekonomi harus cermat dalam pemilihan pekerjaan apa dan bagaimana yang sesuai dengan ilmu yang didapatnya selama dibangku perkuliahan. Apalagi masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas tenaga kerja, jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja dan persebaran tenaga kerja yang tidak merata. Melihat kekurangan tersebut dapat menjadikan motivasi mahasiswa untuk mengasah kemampuannya agar dapat bersaing di dunia kerja.

Setiap perusahaan, khususnya bank syariah akan mencari tenaga kerja yang berkompeten dan professional dalam bidang ekonomi dan perbankan, terkhususnya dalam bidang syariah. Jadi apabila seseorang berminat untuk berkarir di bank syariah, tentunya harus memilih daya saing untuk masuk dan bekerja di bank syariah. Daya saing yang dimaksud disini yaitu mempunyai keterpaduan antara knowledge, skill dan ability dengan komitmen moral dan integritas pribadi. Syarat-syarat tersebut harus dimiliki agar menjadi SDM yang berkompeten dan profesional untuk bekerja di bank syariah. Sebagai mahasiswa yang akan menyelesaikan kuliahnya dan ingin bekerja di bank syariah haruslah mempunyai pemahaman tentang bank syariah itu sendiri. Sebab tanpa adanya pemahaman SDM tentang perbankan syariah, tidak mungkin suatu bank syariah dapat mencapai kesuksesan tanpa SDM syariah yang berkualitas. Oleh karena itu, SDM syariah sangatlah berpengaruh dalam suatu bank

syariah untuk pencapaian tujuannya karena betapa pun majunya teknologi, berkembangnya informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, namun apabila tanpa SDM syariah makan akan sulit bank syariah tersebut untuk mencapai tujuannya.

SDM merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan operasioal suatu bank. Untuk itu penyediaan SDM (banker) sebagai motor penggerak operasional bank haruslah disiapkan sebaik mungkin sehingga mereka memiliki kemampuan dalam menjalankan setiap transaksi perbankan dengan baik. SDM syariah yang baik selalu melakukan sesuatu perencanaan berdasarkan syariat Islam. Serta menjadikan SDMnya itu sebagai SDM yang memiliki wawasan yang luas dan yang selalu tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku baik hukum pemerintah maupun hukum agama sehingga segala sesuatunya dilakukan dengan baik, benar, terencana dan terorganisir dengan rapi, maka akan terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu.

2.6 Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkan pekerjaan. Mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya sehingga mendapatkan gelar sarjana dan sedang mencari pekerjaan sudah termasuk dalam kategori pengangguran.

Dalam buku Ekonomi Ketenagakerjaan oleh Don Bellante dan Mark Jackson (1983:404-405), secara konseptual perbedaan antara pengangguran

friksional, struktual, dan pengangguran karena kurangnya permintaan (demand deficiency unemployment). Pengangguran karena kurangnya permintaan timbul apabila, pada tingkat upah dan harga yang sedang berlaku, tingkat permintaan akan tenagakerja secara keseluruhannya terlampau rendah, dan akibat bahwa jumlah tenagakerja yang diminta perekonomian secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pekerja yang menawarkan tenagakerjanya. Walau demikian, terbuka kemungkinan bagi tingkat permintaan keseluruhannya mencapai taraf cukup tinggi untuk memberikan kesempatan kerja bagi seluruh angkatan kerja, namun bagi sejumlah besar pekerja berada dalam keadaan menganggur. Para pekerja ini dapat digolongkan sebagai pengangguran yang bersifat friksional maupun struktural.

1. Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lapangan pekerjaan.

2. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural adalah keadaan dimana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan pekerjaan.

Pengangguran atau bisa juga disebut dengan tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari 2 (dua) hari dalam seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Menurut Edgar O. Edwards (1997) dalam

buku Ekonomi Pembangunan oleh Subandi (2011:107-108) pengangguran dibedakan dalam 5 (lima) bentuk, yaitu :

1. Pengangguran terbuka; baik sukarela (tidak mau bekerja karena

mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun karena terpaksa (mau bekerja tetapi tidak mendapat pekerjaan). Pengangguran tersebut adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan padahal telah berusaha mencari kerja secara maksimal.

2. Setengah menganggur (underemployment); yaitu mereka yang bekerja lamanya kurang dari yang mereka kerjakan (hari, minggu, atau musiman). Biasanya tenaga kerja ini bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

3. Tampak bekerja tetapi tidak bekerja penuh, yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, antara lain :

a. Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), misalnya seseorang bekerja sehari penuh, padahal pekerjaan tersebut sebenarnya tidak memerlukan waktu seharian penuh.

b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment), yaitu orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikannya.

c. Pensiun lebih awal, yaitu mereka yang pensiun sebelum mencapai batas usia pensiun.

4. Tenaga kerja yang lemah (impaired), yaitu mereka yang bekerja full time,tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

5. Tenaga kerja tidak produktif, yaitu mereka yang mampu bekerja secara produktif, tetapi karena kurang sumber daya penolong yang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.

Mahasiswa baik Diploma maupun Strata 1 yang sudah menyelesaikan studinya dan terjun untuk mencari pekerjaan termasuk dalam kategori pengangguran terbuka. Dibawah ini adalah tabel pengangguran terbuka di Indonesia menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Tabel 2.3

Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2011 – 2014 (agustus) No Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2011 2012 2013 2014 1 Diploma I,II,III/Akademi 276 816 200 028 185 103 193 517 2 Universitas 543 216 445 836 434 185 495 143 Total 820 032 645 864 619 288 688 660

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran terbuka setiap tahunnya mengalami perubahan naik dan turun. Dan pada tahun 2014, jumlah pengangguran lulusan dari perguruan tinggi/universitas sebanyak 688.660 jiwa. Dari jumlah tersebut tentunya ada lulusan fakultas ekonomi yang sedang mencari kerja. Mahasiswa ekonomi yang sedang mencari pekerjaan sudah termasuk dalam kategori pengangguran.

Dokumen terkait