• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Berhenti Merokok

Robi mengungkapkan bahwa untuk berhenti merokok adalah kebijakan kelompok. Mengutip hasil penelitian Universitas Harvard dan Universitas California San Diego yang diterbitkan oleh jurnal The New England Journal of Medicine, Mei 2008. Subjek penelitian adalah perokok dan bukan perokok di AS beserta komunitas di sekitarnya, seperti keluarga, tetangga, rekan kerja, dan teman serta temannya teman. Data yang digunakan dari pengamatan selama 32 tahun, dari tahun 1971 hingga 2003.

Hasil penelitian menunjukkan perokok cenderung berhenti merokok jika teman, keluarga, atau tetangganya juga berhenti merokok. Artinya, keputusan berhenti merokok bukan keputusan pribadi, tetapi lebih merupakan keputusan bersama dalam suatu kelompok atau komunitas.

Becker (1979, dalam Notoatmodjo 2007), membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit

Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.

1. Manfaat berhenti merokok

Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris menunjukkan, terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok. Penelitian terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok dengan kanker paru-paru. Dipantau 50 tahun, penelitian ini melibatkan sekitar 35.000 dokter di Inggris yang lahir antara 1900 dan 1930. Para ilmuan memantau kebiasaan merokok mereka selama lebih dari 50 tahun. Data paling akhir menunjukkan risiko yang ada jauh lebih besar dari perkiraan awal. Sir Richard Peto yang terlibat dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. Bahkan setelah 20 tahun bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari Sembilan dari sepuluh risiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah sepuluh tahun, anda bisa terbebas dari hampir semua risiko yang ada. Masalahnya adalah begitu orang terbiasa

merokok, orang tersebut susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mangaku tidak bisa berhenti merokok. Mereka yang berhenti merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negative terhadap kesehatan bisa diminimalkan.

Menurut Sani (2010), selain membuat orang-orang di sekitarnya lebih sehat, orang-orang yang menghentikan kebiasaan merokok juga bisa membersihkan tubuh mereka dari nikotin dan menjadi lebih sehat.

Pada 20 menit pertama setelah berhenti, tekanan darah, denyut jantung dan aliran darah tepi akan membaik, 12 jam setelah berhenti tingkat karbon monoksida dalam darah kembali normal, 48 jam setelah berhenti merokok, sistem aliran darah juga akan membaik dan fungsi jantung meningkat, dua sampai 12 minggu setelah berhenti nikotin akan tereliminasi dari sistem sehingga indera pengecap dan penciuman membaik. Dalam jangka panjang, satu sampai sembilan bulan setelah berhenti merokok, sesak nafas dan batuk-batuk akan berkurang dan setelah satu tahun risiko terkena jantung koroner menurun separuhnya. Risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan bukan perokok setelah 15 tahun (ANTARA News, 26 Mei 2010).

2. Alasan tidak mudah untuk berhenti merokok

Aisyah, Kepala Unit Rumah Sakit Bayangkara Lemdiklat Polri, mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa kebiasaan merokok sulit dihilangkan. Pertama, rokok itu legal. Perokok merasa tidak melanggar peraturan dengan merokok. Mereka bisa merokok dimanapun tanpa takut akan ditangkap. Hal ini berbeda dengan narkoba, dimana pemakainya harus

bersembunyi untuk menikmati narkoba. Kedua, rokok bisa dibeli dengan mudah dimanapun, bahkan di warung atau kafetaria/kantin rumah sakit pun rokok bisa dibeli. Harga rokok juga cukup terjangkau. Ketiga, perokok melihat yang merokok bukan hanya dirinya, tetapi banyak orang. Mereka merasa tidak bersalah karena banyak orang yang melakukan hal yang sama. Selain itu, ketagihan rokok masih bisa ditunda. Maksudnya, walau mulut terasa asam, kepala pusing, atau tanda-tanda ketagihan lain muncul, seorang perokok masih bisa menunda ketagihan rokok jika tempat dan waktunya tidak memungkinkan untuk merokok. Berbeda dengan narkoba, dimana kebutuhan tubuh akan narkoba tidak bisa ditunda. Tingkat ketagihan yang ringan ini membuat orang memandang enteng akan bahaya ketagihan rokok (Fathurrahman, 2006).

3. Motivasi berhenti merokok

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu istilah umum yang mencakup tingkah laku yang mencari tujuan dan yang berkembang karena adanya tujuan-tujuan. Dapat dikatakan motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan, mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu (Huffman, Vernoy, 1997 dalam Semium, 2006).

Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri maupun dari lingkungan. Menurut Kort (1987) yang dikutip Bastable (2002), motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil dari manipulasi eksternal saja. Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam

diri, tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi internal merupakan dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan bermacam-macam sesuai dengan karakter, pendidikan, latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas, orang yang mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh (Herijulianti, 2001).

Faktor terpenting untuk berhenti merokok adalah kemauan yang kuat dari dalam diri perokok sendiri untuk berhenti merokok. Apabila tidak ada kemauan yang kuat, berbagai macam metode yang dipakai pasti akan gagal dan apabila perokok berhasil berhenti merokok untuk jangka waktu tertentu, tidak lama lagi dia akan kembali merokok. Apabila sudah ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok, maka akan banyak metode yang dapat dipakai untuk mewujudkan niat tersebut. Mereka yang akan berhenti merokok harus menyadari bahwa tidak ada satupun obat atau cara yang manjur seratus persen untuk menghentikan merokok kalau ia sendiri belum termotivasi kuat untuk benar-benar berhenti merokok. (Aditama, 1992 dalam Fathurrahman, 2006)

4. Faktor penyulit berhenti merokok

Menghentikan perilaku merokok adalah sulit karena saat perokok-perokok mencoba berhenti, kondisi yang mereka rasakan menjadi semakin buruk. Secara psikologis, upaya berhenti merokok menjadi sulit karena adanya pengaruh lingkungan sosial, kebiasaan mengkonsumsi rokok, kemudahan akses

terhadap rokok, ketiadaan aturan membatasi usia merokok, pengaruh teman sebaya dan banyak hal lain (Jusuf, 2010).

Faktor penyulit seseorang berhenti merokok yaitu efek psikoaktif nikotin yang sangat kuat yakni 5-10 kali lebih kuat dari kokain dan morfin, reseptor pada otak yang menerima nikotin akan melepaskan dopamin yang memberikan rasa nyaman sementara. Kehilangan rasa nyaman akan saat kadar nikotin menurun menimbulkan keinginan kembali untuk merokok. Faktor lainnya adalah kemudahan mendapatkan rokok dan gangguan-gangguan yang muncul saat seseorang berhenti merokok (Sani, 2010). Selain kesulitan-kesulitan semacam itu, kurangnya pengetahuan mengenai cara menghentikan kecanduan nikotin membuat sebagian besar perokok gagal menghentikan kebiasaan merokok (Ginting, 2010),.

Dokumen terkait