SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BERHENTI
MEROKOK
Skripsi
Disusun oleh:
AHMAD RIFQI NUBAIRI NIM: 106104003480
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Rifqi Nubairi
Tempat/Tanggal Lahir : Indramayu, 08 Juni 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Blok Bantenan Kel. Kaliwadas RT: 02/02 Kec.
Sumber Kab. Cirebon 45611.
Telp : 085224238868
Email : rifqinubairi@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. 1992 – 1994 : TK Ash-Sholah Kaliwadas Sumber Cirebon
2. 1994 – 2000 : SDN Kaliwadas II Sumber Cirebon.
3. 2000 – 2003 : MTsN Babakan Ciwaringin Cirebon.
4. 2003 – 2006 : MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon.
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, 27 Juni 2012
Ahmad Rifqi Nubairi, NIM: 106104003480
ANALISIS KUALITATIF FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESULITAN MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BERHENTI MEROKOK
xv + 59 Halaman + 5 Lampiran
Kata kunci: kesulitan berhenti, perilaku merokok.
ABSTRAK
Jumlah perokok semakin hari semakin meningkat di berbagai negara di dunia, baik di negara-negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Prevalensi penyakit yang salah satu faktornya disebabkan oleh rokok semakin meningkat namun hal ini tidak membuat orang menghentikan kebiasaan perilaku merokok. Pecandu rokok yang berusaha untuk berhenti merokok selalu mengalami kegagalan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta berhenti merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Jenis data yang digunakan adalah data primer, dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara mendalam dengan jumlah informan 12 orang. Analisa data yang digunakan adalah deskriptif naratif.
vii
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Thesis, June, 27 2012
By Ahmad Rifqi Nubairi, Id Number: 106104003480
QUALITATIVE ANALYSIS: FACTORS THAT INFLUENCE THE DIFFICULTY FOR STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDENTS TO STOP SMOKING
xv + 59 Pages + 5 Enclosures
Key words: difficult to stop, smoking behavior
ABSTRACT
Day by day, the total of smokers has increased in many countries in the world, either in the developed country or in the developing countries. The prevalence of the illness that becomes one of the factors which is caused by cigarette has increased, however this does not make them to stop smoking behaviors. The addict smokers that attempt to stop smoking always deal with failure.
Purpose of the study is to find out the factors that influence the difficulty for State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta students to stop smoking. This research is a qualitative descriptive with phenomenology approach. The type of the data that is used is the primary data, the collecting data is conducted through depth interview with the total of the informants were 12 peoples. The data analyzing that was used is descriptive-narrative.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tanpa
henti-hentinya memberikan segala nikmat dan hidayah kepada semua makhluk-NYA.
Sholawat serta salam selalu penulis curahkan kepada baginda pemimpin seluruh
umat Nabiyyuna Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan dalam naungan agama islam.
Diawali dengan membaca bismillah penulis memulai menulis skripsi dan
Alhamdulillah setelah melewati perjuangan yang penuh dengan rintangan, berkat
nikmat dan hidayah-NYA akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
proposal skripsi dengan judul “ANALISIS KUALITATIF FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESULITAN MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BERHENTI MEROKOK”.Penulis mempunyai keyakinan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya partisipasi dari berbagai pihak. Maka dengan tulus dan ikhlas dari
hati nurani penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Tien Gartinah M.N. Selaku Ketua Program Studi dan Irma Nurbaeti, S.Kp,
M.Kp. Sp.Mat. Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku penasehat akademik yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehatnya selama masa
perkuliahan.
4. Ernawati, S.Kep, Sp.KMB dan Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM
Selaku pembimbing skripsi yang begitu sabar dan penuh keikhlasan dalam
memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehat untuk mengarahkan penulis
x DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pertanyaan Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rokok ... 7
1. Jenis-jenis Rokok ... 7
2. Kandungan Rokok ... 8
3. Merokok ... 11
4. Perokok ... 12
5. Alasan Merokok ... 12
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok ... 12
xi
8. Mitos-mitos Keliru Tentang Rokok ... 15
9. Adiksi ... 15
B. Berhenti Merokok ... 16
1. Manfaat Berhenti Merokok ... 17
2. Alasan Tidak Mudah Berhenti Merokok ... 18
3. Motivasi Berhenti Merokok ... 19
4. Faktor Penyulit Berhenti Merokok ... 20
C. Perilaku dan Perubahan ... 21
D. Kerangka Teori ... 23
BAB III. KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Pikir ... 24
B. Definisi Istilah ... 24
BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26
B. Informan Penelitian ... 27
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
D. Jenis Data Penelitian ... 28
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 28
F. Instrumen Data ... 30
G. Analisis Data ... 30
H. Validasi Data ... 31
I. Keabsahan Data ... 31
J. Etika Penelitian ... 32
BAB V. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Informan ... 34
B. Hasil Penelitian ... 35
1. Mulai Merokok ... 35
2. Penyebab Merokok ... 36
3. Motivasi Berhenti Merokok ... 38
xii
5. Kesulitan Berhenti Merokok ... 41
BAB VI. PEMBAHASAN A. Mulai Merokok ... 46
B. Penyebab Merokok ... 47
C. Motivasi Berhenti Merokok ... 49
D. Upaya Berhenti Merokok ... 51
E. Kesulitan Berhenti Merokok ... 52
F. Aturan Larangan Merokok ... 53
G. Keterbatasan Penelitian ... 55
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Istilah ... 24
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed Consent.
Lampiran 2. Lembar Pedoman Wawancara.
Lampiran 3. Transkip Wawancara.
Lampiran 4. Koding Wawancara.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan hak mutlak bagi setiap manusia di dunia. Sebagian dari
mereka belum mengerti sepenuhnya hakekat sehat yang sesungguhnya,
sehingga mereka terkadang lalai dan tidak mensyukurinya. Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Ibnu Abbas ra. Berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua macam nikmat yang banyak dilupakan
manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan (umur).” (Muchtar, 2009).
Banyak konsep mengenai pengertian sehat salah satunya menurut World
Health Organization (WHO), “Health is a complete state of physical, mental,
and social being and not merely the absence of disease or infirmity.” (sehat
adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang menyeluruh
dan bukan hanya bebas dari penyakit cacat dan kelemahan). Berdasarkan
Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No.36 Pasal 1 Tahun 2009 tentang
kesehatan, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis”.
Kondisi fisik, mental, spiritual dan sosial yang sehat maka manusia dapat
terpenting dalam kehidupan manusia yang harus dijaga dan disyukuri. Pada
kenyataannya masih banyak orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja
merusak kesehatan mereka dengan perilaku-perilaku yang tidak sehat, yakni
salah satunya berupa perilaku merokok.
Di sisi lain masyarakat khususnya para pemuda telah tercemar oleh
mitos-mitos yang “menyesatkan”. Rokok dianggap sebagai simbol kedewasaan dan
kejantanan bagi laki-laki, jika seorang laki-laki tidak merokok dianggap masih
kecil (belum dewasa) dan “banci”. Target dari mitos tersebut adalah para
remaja laki-laki yang sedang mencari jatidirinya. Mereka yang kondisi
psikologisnya masih labil sehingga gampang sekali terpengaruh oleh mitos
semacam itu. Dalam faktanya tidak hanya laki-laki yang merokok, perempuan
juga merokok bahkan adapula nenek-nenek yang merokok artinya, bahwa
merokok bukanlah lambang kedewasaan dan kejantanan laki-laki sejati
(Muchtar, 2009).
Peringatan yang tertulis pada kemasan rokok (merokok dapat
menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan
dan janin) semata-semata tidak lebih hanya sebagai sebuah hiasan. Para pelaku
industri rokok tidak khawatir dengan adanya peraturan untuk mencantumkan
peringatan tersebut karena pada dasarnya para perokok mengetahui dampak
negatif yang diakibatkan oleh rokok tersebut. Mereka masih terus saja
menghisapnya tanpa memikirkan dampak dari apa yang mereka lakukan itu,
karena rokok bagaikan hipnotis (Muchtar, 2009).
Jumlah perokok semakin hari semakin meningkat di berbagai negara di
berkembang. Prevalensi penyakit yang salah satu faktornya disebabkan oleh
rokok semakin meningkat namun hal ini tidak membuat orang menghentikan
kebiasaan perilaku merokok (Soedarmadji, 2011).
Banyak pecandu rokok yang berusaha untuk berhenti dari perilaku
merokok baik karena kesadaraan diri atau karena anjuran orang lain. Namun
usaha yang dilakukan selalu menemukan jalan buntu (kegagalan). Adapun
yang membuat seseorang sulit berhenti merokok adalah nikotin karena bersifat
adiktif, sehingga membuat seorang perokok menjadi kecanduan secara fisik
dan emosional. Apabila seorang perokok menghentikan kebiasaannya, ia pasti
akan tersiksa, baik secara fisik maupun mentalnya. Walaupun begitu beberapa
diantara mereka yang memiliki niat dan tekad yang kuat ada juga yang berhasil
meloloskan diri dari siksaan candu (Lisa, 2010).
Menghentikan perilaku merokok bukanlah usaha mudah, terlebih lagi bagi
perokok di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga
Menanggulangi Masalah Merokok), dari 375 responden yang dinyatakan 66,2
persen perokok pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka gagal
(Makara, 2005). Global Youth Tobacco Survey (GYTS, 2006) melaporkan
76% perokok ingin berhenti merokok, 86% telah mencoba berhenti tahun
sebelum survei dilakukan tetapi gagal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2003 tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan, tempat proses belajar mengajar merupakan kawasan
tanpa rokok. Hasil studi pendahuluan mahasiswa Universitas Islam Negeri
perokok 8 mahasiswa perokok ingin berhenti merokok tetapi mengalami
kesulitan berhenti merokok.
Melihat dari masalah yang ada maka dalam penelitiannya penulis tertarik
mengambil judul “Analisis kualitatif faktor yang mempengaruhi kesulitan
mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhenti
merokok” untuk mengetahui secara lebih luas, jelas, dan terperinci faktor yang
mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta dalam berhenti merokok.
B. Rumusan Masalah
Dari hasil studi pendahuluan pada mahasiswa UIN Jakarta sebesar 80%
mahasiswa perokok ingin berhenti merokok tapi mengalami kesulitan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah penelitian adalah
tingginya keinginan mahasiswa perokok untuk berhenti merokok namun
mengalami kesulitan dan belum diketahuinya faktor yang mempengaruhi
kesulitan perokok berhenti merokok. Melalui penelitian ini peneliti ingin
mengetahui faktor yang mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta
dalam berhenti merokok.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan
penelitian dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kesulitan mahasiswa UIN Jakarta dalam berhenti merokok?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran motivasi mahasiswa berhenti merokok.
b. Mengidentifikasi gambaran upaya mahasiswa berhenti merokok.
c. Mengidentifikasi gambaran lebih dalam kesulitan mahasiswa berhenti
merokok.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
elemen:
1. Institusi Kesehatan dan Perawat
Sebagai bahan masukan dan referensi dalam membantu program
pendidikan kesehatan pada pasien dengan perilaku merokok.
2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai bahan masukan dalam membantu optimalisasi program kampus
bebas asap rokok, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
pusat maupun daerah bahwa tempat pendidikan merupakan kawasan bebas
asap rokok.
3. Peneliti
Bagi peneliti pribadi, penelitian ini memberikan bekal pengetahuan dalam
melaksanakan program pendidikan kesehatan, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan perokok berhenti merokok sehingga dapat membantu
program perokok berhenti merokok.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa perokok
dalam mengantisipasi kesulitan untuk berhenti merokok.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UIN Jakarta dengan objek penelitian adalah
mahasiswa UIN Jakarta yang merokok dan pernah mencoba untuk berhenti
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rokok
Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang apabila digunakan dapat
mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Sebagaimana
yang tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum, pasal 1, Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2003, rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
1. Jenis-jenis Rokok
Jenis-jenis rokok menurut Lisa (2010):
a. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus
- Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
aren.
- Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
- Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau.
b. Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi
- Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
- Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa
daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
- Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa
daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya
- Sigaret kretek tangan (SKT) adalah rokok yang proses
pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan
menggunakan tangan ataupun alat bantu sederhana.
- Sigaret kretek mesin (SKM) adalah rokok yang proses
pembuatannya mengguanakan mesin. Caranya, material rokok
dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang
dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini,
mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar
enam ribu sampai delapan ribu batang permenit.
d. Rokok Berdasarkan Pengguanaan Filter
- Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat gabus.
- Rokok nonfilter (RNF) adalah rokok yang pada bagian
pangkalnya tidak terdapat gabus.
2. Kandungan Rokok
Rokok mengandung berbagai zat toksik yang sangat berbahaya bagi tubuh,
a. Nikotin
Nikotin merupakan zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti.
Nikotin sangat berbahaya karena dapat meracuni syaraf, meningkatkan
tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Nikotin
masuk ke dalam otak saat seseorang merokok. Kadar nikotin yang dihisap
akan menyebabkan kematian apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap
batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0,1-1,2 mg. Namun, jumlah
yang kecil itu mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik (Asril, 2003).
b. Timah hitam (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan sebatang rokok adalah 0,5 µg. Ambang
batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 µg perhari.
c. Karbon monoksida (CO)
Karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin
berikatan dengan oksigen yang penting untuk pernafasan sel-sel tubuh.
Karbon monoksida lebih kuat dari oksigen sehingga merebut posisi
oksigen yang mengakibatkan hemoglobin berikatan dengan CO. Kadar CO
dalam darah non perokok kurang dari satu persen, sedangkan pada
perokok mencapai 4-15 persen.
d. Tar
Tar digunakan untuk melapisi jalan atau aspal. Tar adalah kumpulan
beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok yang bersifat
sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
endapan coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antar 30-40 mg per batang rokok. Kadar tar per
batang rokok berkisar antara 24-45 mg.
e. Eugenol
Merupakan zat yang hanya ditemui dalam rokok kretek. Eugenol di
gunakan sebagai antiseptis, anestetik dan juga sebagai antipiretik, efek
pengguna rokok kretek tidak diketahui sehingga belum diketahui efek
karsiogeniknya (Guidotti, 1989 dalam Faturrahman,2006).
f. Arsenic
Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri
dari unsur-unsur berikut:
- Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu
saluran pernafasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan
perubahan kulit tubuh.
- Amonium karbonat, yaitu zat yang bisa membentuk plak kuning
pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan
perasa yang terdapat pada permukaan lidah.
g. Amonia
Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah memasuki
sel-sel tubuh. Apabila zat ini disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa
h. Formic Acid tidak berwarna, bisa bergerak bebas, dan dapat
mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk.
Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit
semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan
mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.
i. Pyridine Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat
digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan
pembunuh hama.
j. Methanol dapat menyebabkan kebutaan bahkan kematian.
k. Hydrogen Cyanide adalah zat yang paling ringan dan mudah terbakar
sehingga sering dipakai dalam bom hidrogen. Zat ini akan
menghalangi pernafasan seseorang sehingga pada akhirnya akan
mengakibatkan kematian.
l. Formaldehyde sebagai bahan pengawet yang mengandung racun keras
sehingga sangat berbahaya bagi organisme hidup.
Bahaya zat yang dijelaskan di atas hanya sebagian saja, masih banyak lagi
zat beracun yang terkandung dalam rokok dan sangat berbahaya bagi tubuh.
1. Merokok
Merokok adalah aktivitas menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu,
atau tembakau dalam pipa rokok. Termasuk juga dengan menggunakan sejenis
pipa khusus yang mengandung air ditengahnya. Walaupun bahannya bukan
dari tembakau atau bahan mirip tembakau yang memberi cita rasa sama seperti
2. Perokok
Menurut peneliti seperti Gilchrist, shinke, Bobo, dan Snow (Meiyetriani,
2006) ada tiga kategori dalam perokok dan bukan perokok:
a. Non smoker adalah orang yang bukan perokok (tidak merokok) dan
belum pernah mencoba rokok sama sekali.
b. Experimental smoker adalah orang yang telah merokok beberapa kali
tetapi tidak sampai pada tahap merokok menjadi kebiasaan merokok.
c. Regular smoker atau perokok tetap adalah orang yang secara teratur
merokok baik mingguan maupun dengan intensitas yang lebih tinggi.
3. Alasan Merokok
Secara umum ketika seseorang ditanya mengenai penyebab merokok,
maka hampir sebagian orang mengatakan berbeda meskipun masih dalam
ruang lingkup yang sama. Sebagian besar jawabannya yakni pengaruh teman,
coba-coba, hasrat, ingin terlihat gagah, meningkatkan rasa percaya diri,
menambah kenikmatan, mencari kelezatan, menghilangkan stress, terpengaruh
oleh mitos-mitos merokok, ataupun sudah menjadi kebiasaan. Perokok
beralasan bahwa merokok dapat menghilangkan ketegangan (39,2%),
ikut-ikutan teman (13,7%), dapat meningkatkan produktifitas kerja (16,7%).
Penelitian lain menyebutkan 30,25% perokok beralasan merokok dapat
menghilangkan ketegangan dan 23,3% untuk mengisi kesepian (Lisa, 2010).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Merokok
Penelitian Baequni dan Narila (2005) menunjukkan bahwa seorang
perokok pertama kali merokok dipengaruhi oleh teman (58%), diri sendiri
dan Narila (2005) menunjukkan bahwa teman (48%) merupakan orang yang
paling sering berperan mempengaruhi orang untuk merokok.
Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ada
tiga, yaitu faktor sosial, psikologis dan genetik (Lisa, 2010). Penelitian yang
dilakukan Matua Harahap pada tahun 2004, mengungkapkan anak-anak
merokok disebabkan pengaruh ajakan teman-temannya. Hal itu juga dampak
dari pengaruh media yang gencar melakukan promosi rokok (Zulkifli, 2010).
5. Kerugian Mengkonsumsi Rokok
Ada beberapa aspek yang merugikan jika kita mengkonsumsi rokok
diantaranya:
a. Aspek Kesehatan
Rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan, seperti
nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Sedikitnya
25 penyakit di sebabkan oleh rokok diantaranya kanker paru, bronchitis
kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya, kanker mulut,
tenggorokan, pankreas, kandung kencing, penyakit pembuluh darah, ulkus
peptikum, penyakit jantung, gangguan kehamilan dan janin, katarak,
kanker serviks, kerusakan ginjal dan periodontitis (Depkes, 2006).
Severina Sabia dan Kolega dari france`s Institute National de la Sante
et de la Recherche meneliti 10.308 warga London yang berusia 35-55
tahun untuk melihat hubungan merokok dan kemampuan daya ingat. Hasil
penelitian yang dilakukan pada 1985-1988 itu adalah, pertama, merokok
di usia pertengahan mengakibatkan penurunan daya ingat dan penurunan
yang telah berhenti dalam jangka waktu lama mengalami penurunan
kemampuan kognitif dalam mengingat kata-kata dan kemampuan verbal.
Ketiga, berhenti merokok di usia pertengahan akan mengakibatkan
peningkatan pada perilaku kesehatan. Keempat, seseorang yang
mengalami gejala penurunan kemampuan daya ingat berisiko besar
mengalami demensia dalam jangka waktu dekat (Media Indonesia, 16 Juni
2008).
b. Aspek Ekonomi
Merokok juga merugikan di sektor ekonomi. Harga rokok
berbungkusnya sekitar Rp.10.000,-. Seorang perokok setiap harinya
mengeluarkan minimal Rp.10.000,- untuk membeli rokok, kalau
dikalkulasikan dalam waktu sebulan Rp.300.000,- mereka habiskan hanya
untuk merokok. Seandainya uang itu diinvestasikan atau ditabung maka
dapat terkumpul sekitar Rp.3.600.000,- pertahun.
c. Aspek Sosial
Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok, tapi
juga orang lain disekitar perokok yang ikut menghisap asap rokok
tersebut. Perokok pasif dewasa mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, dan penyakit paru lainya.
Suatu penelitian di Finlandia menunjukan bahwa orang dewasa yang
terpapar asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat dibanding
orang yang tidak terpapar. Perokok pasif bayi dan anak-anak mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terkena infeksi telinga dan sindroma kematian
6. Mitos-mitos keliru tentang rokok
Beberapa mitos yang keliru tentang rokok disinyalir dapat mempengaruhi
keberlanjutan seseorang dalam merokok. Dikutip dari LM3, 2000, beberapa
mitos yang berkembang di masyarakat diantaranya:
a. Saya memilih rokok yang mild dan light sehingga mengurangi resiko
sakit.
b. Saya selalu menghisap rokok filter supaya aman.
c. Kalau tidak merokok saya menjadi tidak tenang, tegang, dan gelisah.
d. Merokok menjadikan saya lebih produktif.
e. Seringkali saya merasakan adanya dorongan sangat kuat untuk
merokok yang tidak dapat saya atasi.
f. Saya sudah mencoba beberapa kali untuk berhenti merokok tetapi
gagal. Jadi kali ini mungkin saya tidak akan berhasil lagi.
7. Adiksi/ketagihan
Berdasarkan UU No.36 Pasal 113 Tahun 2009, yang termasuk zat adiktif
meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cair, dan gas
yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi
dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.
Gejala-gejala yang dapat diamati pada orang yang ketagihan (Lisa, 2010):
a. Adanya rasa ingin merokok yang menggebu.
b. Merasa tidak bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok.
c. Merasa tidak tahan apabila kehabisan rokok.
d. Sebagian kenikmatan merokok terjadi saat menyalakan rokok.
f. Berkeringat dan gemetar (adanya penyesuaian tubuh terhadap
hilangnya nikotin).
g. Gelisah, susah konsentrasi, sulit tidur, lelah, dan pusing.
B. Berhenti Merokok
Robi mengungkapkan bahwa untuk berhenti merokok adalah kebijakan
kelompok. Mengutip hasil penelitian Universitas Harvard dan Universitas
California San Diego yang diterbitkan oleh jurnal The New England Journal of
Medicine, Mei 2008. Subjek penelitian adalah perokok dan bukan perokok di
AS beserta komunitas di sekitarnya, seperti keluarga, tetangga, rekan kerja, dan
teman serta temannya teman. Data yang digunakan dari pengamatan selama 32
tahun, dari tahun 1971 hingga 2003.
Hasil penelitian menunjukkan perokok cenderung berhenti merokok jika
teman, keluarga, atau tetangganya juga berhenti merokok. Artinya, keputusan
berhenti merokok bukan keputusan pribadi, tetapi lebih merupakan keputusan
bersama dalam suatu kelompok atau komunitas.
Becker (1979, dalam Notoatmodjo 2007), membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang,
olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan
narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, dan perilaku atau
b. Perilaku sakit
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup
hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban
ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.
1. Manfaat berhenti merokok
Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris menunjukkan,
terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok. Penelitian
terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa
rata-rata perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang
tidak merokok. Penelitian ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama
kalinya muncul kaitan antara merokok dengan kanker paru-paru. Dipantau 50
tahun, penelitian ini melibatkan sekitar 35.000 dokter di Inggris yang lahir
antara 1900 dan 1930. Para ilmuan memantau kebiasaan merokok mereka
selama lebih dari 50 tahun. Data paling akhir menunjukkan risiko yang ada
jauh lebih besar dari perkiraan awal. Sir Richard Peto yang terlibat dalam
penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, berhenti merokok akan
meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. Bahkan setelah 20 tahun bila anda
berhenti merokok, anda bisa menghindari Sembilan dari sepuluh risiko yang
ada. Jika anda berhenti merokok setelah sepuluh tahun, anda bisa terbebas dari
merokok, orang tersebut susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak
orang yang mangaku tidak bisa berhenti merokok. Mereka yang berhenti
merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga
tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai
dampak negative terhadap kesehatan bisa diminimalkan.
Menurut Sani (2010), selain membuat orang-orang di sekitarnya lebih
sehat, orang-orang yang menghentikan kebiasaan merokok juga bisa
membersihkan tubuh mereka dari nikotin dan menjadi lebih sehat.
Pada 20 menit pertama setelah berhenti, tekanan darah, denyut jantung dan
aliran darah tepi akan membaik, 12 jam setelah berhenti tingkat karbon
monoksida dalam darah kembali normal, 48 jam setelah berhenti merokok,
sistem aliran darah juga akan membaik dan fungsi jantung meningkat, dua
sampai 12 minggu setelah berhenti nikotin akan tereliminasi dari sistem
sehingga indera pengecap dan penciuman membaik. Dalam jangka panjang,
satu sampai sembilan bulan setelah berhenti merokok, sesak nafas dan
batuk-batuk akan berkurang dan setelah satu tahun risiko terkena jantung koroner
menurun separuhnya. Risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang
sama dengan bukan perokok setelah 15 tahun (ANTARA News, 26 Mei 2010).
2. Alasan tidak mudah untuk berhenti merokok
Aisyah, Kepala Unit Rumah Sakit Bayangkara Lemdiklat Polri,
mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa kebiasaan merokok sulit
dihilangkan. Pertama, rokok itu legal. Perokok merasa tidak melanggar
peraturan dengan merokok. Mereka bisa merokok dimanapun tanpa takut akan
bersembunyi untuk menikmati narkoba. Kedua, rokok bisa dibeli dengan
mudah dimanapun, bahkan di warung atau kafetaria/kantin rumah sakit pun
rokok bisa dibeli. Harga rokok juga cukup terjangkau. Ketiga, perokok melihat
yang merokok bukan hanya dirinya, tetapi banyak orang. Mereka merasa tidak
bersalah karena banyak orang yang melakukan hal yang sama. Selain itu,
ketagihan rokok masih bisa ditunda. Maksudnya, walau mulut terasa asam,
kepala pusing, atau tanda-tanda ketagihan lain muncul, seorang perokok masih
bisa menunda ketagihan rokok jika tempat dan waktunya tidak memungkinkan
untuk merokok. Berbeda dengan narkoba, dimana kebutuhan tubuh akan
narkoba tidak bisa ditunda. Tingkat ketagihan yang ringan ini membuat orang
memandang enteng akan bahaya ketagihan rokok (Fathurrahman, 2006).
3. Motivasi berhenti merokok
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu istilah umum
yang mencakup tingkah laku yang mencari tujuan dan yang berkembang
karena adanya tujuan-tujuan. Dapat dikatakan motivasi adalah proses
menggiatkan, mempertahankan, mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu
(Huffman, Vernoy, 1997 dalam Semium, 2006).
Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya
sendiri maupun dari lingkungan. Menurut Kort (1987) yang dikutip Bastable
(2002), motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil
dari manipulasi eksternal saja. Motivasi internal adalah motivasi yang timbul
diri, tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi internal merupakan
dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi
yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan
tersebut bisa dimanifestasikan bermacam-macam sesuai dengan karakter,
pendidikan, latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi
ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas, orang yang
mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh
(Herijulianti, 2001).
Faktor terpenting untuk berhenti merokok adalah kemauan yang kuat dari
dalam diri perokok sendiri untuk berhenti merokok. Apabila tidak ada kemauan
yang kuat, berbagai macam metode yang dipakai pasti akan gagal dan apabila
perokok berhasil berhenti merokok untuk jangka waktu tertentu, tidak lama
lagi dia akan kembali merokok. Apabila sudah ada motivasi dan kemauan yang
kuat untuk berhenti merokok, maka akan banyak metode yang dapat dipakai
untuk mewujudkan niat tersebut. Mereka yang akan berhenti merokok harus
menyadari bahwa tidak ada satupun obat atau cara yang manjur seratus persen
untuk menghentikan merokok kalau ia sendiri belum termotivasi kuat untuk
benar-benar berhenti merokok. (Aditama, 1992 dalam Fathurrahman, 2006)
4. Faktor penyulit berhenti merokok
Menghentikan perilaku merokok adalah sulit karena saat perokok-perokok
mencoba berhenti, kondisi yang mereka rasakan menjadi semakin buruk.
Secara psikologis, upaya berhenti merokok menjadi sulit karena adanya
terhadap rokok, ketiadaan aturan membatasi usia merokok, pengaruh teman
sebaya dan banyak hal lain (Jusuf, 2010).
Faktor penyulit seseorang berhenti merokok yaitu efek psikoaktif nikotin
yang sangat kuat yakni 5-10 kali lebih kuat dari kokain dan morfin, reseptor
pada otak yang menerima nikotin akan melepaskan dopamin yang memberikan
rasa nyaman sementara. Kehilangan rasa nyaman akan saat kadar nikotin
menurun menimbulkan keinginan kembali untuk merokok. Faktor lainnya
adalah kemudahan mendapatkan rokok dan gangguan-gangguan yang muncul
saat seseorang berhenti merokok (Sani, 2010). Selain kesulitan-kesulitan
semacam itu, kurangnya pengetahuan mengenai cara menghentikan kecanduan
nikotin membuat sebagian besar perokok gagal menghentikan kebiasaan
merokok (Ginting, 2010),.
C. Perilaku dan Perubahan
Perilaku dikenal sebagai tindakan organisme yang dapat diamati baik
secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan menurut Skinner
(Notoatmojdo, 2005) bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara stimulus
dan respon. Bloom (Notoatmodjo, 2005) membagi perilaku menjadi tiga
domain, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (affective), dan tindakan
(practice). Sedangkan menurut Green (Notoatmodjo, 2005) bahwa dalam
mengintervensi perilaku dengan pendidikan kesehatan maka perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut agar dapat dibuat
perencanaan yang tepat sasaran.
Green mencoba menganalisa perilaku kesehatan seseorang atau
(behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor,
yaitu:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, tradisi, norma sosial,
persepsi, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan
masyarakat yang kemudian akan memotivasi individu atau kelompok
untuk melakukan suatu perilaku.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling faktors), yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi terjadinya perilaku, yang terwujud
dalam lingkungan fisik, yakni tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, termasuk
juga prioritas dan komitmen masyarakat / pemerintah terhadap kesehatan
serta keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam lingkup
merokok adalah lingkungan yang permisif terhadap orang yang merokok
dan lingkungan yang kondusif (rokok mudah diperoleh, harga terjangkau,
dapat diecer).
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktors), yang terwujud dalam sikap
dan perilaku dari keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan, tokoh
masyarakat atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
D. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori perilaku Green,
bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor penguat, dengan skema sebagai berikut:
Bagan 2.1 Modifikasi proses terbentuknya perilaku menurut Green dan Jusuf.
Berhenti merokok /
Tidak berhenti
merokok. Faktor predisposisi:
- Pengetahuan - Sikap
- Kepercayaan - Norma sosial - Persepsi
Faktor penguat:
- Perilaku para dosen, teman sebaya, dan paparan iklan rokok. Faktor pendukung:
- Ketersediaan rokok di lingkungan.
24
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggali informasi tentang
faktor-faktor yang berkontribusi pada kesulitan perokok untuk berhenti merokok pada
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Definisi Istilah
Variabel Definisi
Istilah Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Validasi
Motivasi Dorongan
tindakan
dengan tujuan
tertentu.
Kesulitan
berhenti
merokok.
Keadaan yang
sukar sekali
bagi informan
untuk
meninggalkan
perilaku
merokok
Wawancara
mendalam.
Pedoman
wawancara
dan alat
perekam.
Faktor dari
luar dan
dalam yang
menyebabkan
tidak berhasil
berhenti
merokok.
Triangulasi
sumber.
26 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi fenomenologi. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya
sampai taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai
subyek yang diteliti. Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta (Nurbaeti & Utomo, 2010). Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan
mengklarifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan
antarvariabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang
menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala
atau kenyataan sosial.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuhan).
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Salam & Jaenal, 2006).
Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan
deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar
fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah (Irma & Waras,
2010).
Studi fenomenologi yaitu penelitian yang menjelaskan pengalaman
manusia melalui deskripsi dari orang yang menjadi informan penelitian,
sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup informan. Penelitian ini
menggambarkan pendekatan psikologis terhadap penelitian fenomenologis
(Satori & Komariah, 2009). Metode penelitian ini ditekankan pada
subjektivitas pengalaman hidup dari perokok yang berkaitan dengan kesulitan
berhenti merokok.
B. Informan dalam Penelitian
Sampel dalam penelitian ini disebut informan. Informan dalam penelitian
ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling technique yaitu suatu
metode yang digunakan jika penetapan informan didasarkan atas
kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Adapun kriteria-kriteria informan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa UIN Jakarta, perokok dan pernah mencoba berhenti
merokok tetapi mengalami kegagalan. Proses pengambilan sampel dilakukan
dengan cara menetapkan informan sesuai kriteria yang telah ditentukan dan
akhirnya diperoleh dengan jumlah informan sebanyak 12 mahasiswa. Jumlah
tersebut ditetapkan setelah data atau jawaban yang diperoleh dari beberapa
C. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di UIN Jakarta dengan pengumpulan data
dilakukan di lingkungan universitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2011.
D. Jenis data dalam penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer bersifat narasi, uraian,
penjelasan dari informan baik lisan maupun tulisan. Jenis data tersebut berupa
catatan lapangan dan rekaman audio.
E. Prosedur pengumpulan data
Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif, maka teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan analisis dokumen.
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan penutup.
1. Tahap persiapan
Dalam persiapan penelitian ini, peneliti telah memiliki beberapa
topik yang akan menjadi rencana penelitian. Peneliti mengajukan
topik/judul penelitian kepada pembimbing untuk mendapatkan
persetujuan, peneliti mencari bahan referensi dan menyusun proposal
penelitian. Setelah proposal penelitian direvisi sesuai dengan masukan
dan saran dari pembimbing dan penguji ketika ujian proposal,
kemudian peneliti menyiapkan instrumen dan alat bantu yang
digunakan untuk pengambilan data seperti pedoman wawancara,
mahasiswa sebagai informan dalam penelitian sesuai dengan kriteria
yang sudah ditentukan. Informan didapatkan di sekitar Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) yakni dimana tempat berbagai kelompok
mahasiswa berkumpul.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di sekitar UKM.
Peneliti menanyakan kesediaan calon informan dengan menjelaskan
tujuan pengambilan data, waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan
data dan memberikan lembar informed consent yang harus ditanda
tangani sebagai bukti kesediaan sebagai informan. Setelah calon
informan bersedia sebagai informan, peneliti menanyakan tempat
yang diinginkan informan untuk pengambilan data, tujuannya supaya
informan lebih fokus tanpa adanya pengaruh dari lingkungan sekitar.
Selanjutnya, sesuai kontrak dengan informan, peneliti melakukan
pengambilan data dari informan. Teknik yang digunakan adalah
melakukan wawancara mendalam serta merekam wawancara untuk
memperoleh data primer sesuai pedoman wawancara.
3. Tahap penutupan
Pada tahap penutupan ini, peneliti menentukan code setiap
informan. Selanjutnya peneliti membuat kontrak dengan informan
bahwa peneliti akan datang kembali untuk validasi data serta apabila
ada data yang belum diperoleh atau mengulang data apabila ada data
melakukan terminasi dengan memberikan apresiasi kepada informan
atas partisipasi dan kesediaannya dalam penelitian.
F. Instrumen data
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah yang melakukan penelitian
yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang
membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat,
tertib, dan leluasa. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan untuk menggali
data adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan data dimana
peneliti mendapatkan keterangan dari informan secara lisan melalui
bercakap-cakap. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin
mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan. Alat yang
digunakan adalah pedoman wawancara, alat-alat tulis dan alat perekam.
G. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif narasi. Pengolahan
dilakukan dengan reduksi data, display data, dan analisis data. Proses analisis
data pada penelitian ini dilakukan langsung setelah mengumpulkan data dari
masing-masing informan. Setelah melakukan wawancara dengan informan dan
dianggap sudah menjawab semua tujuan penelitian, maka peneliti segera
melakukan transkripsi hasil rekaman secara simultan untuk selanjutnya
dianalisa. Setelah semua data dari hasil wawancara dengan informan dan
cacatan lapangan pertama dibuat transkripsi yang dilakukan secara simultan
dengan proses pengumpulan data terhadap informan yang kedua dan
wawancara, kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap hasil tersebut.
Proses pengolahan data akan menggunakan matriks untuk membantu proses
analisis data. Analisis data yang digunakan adalah analisis isi atau content
analysis (Burhan Bungin, 2003).
H. Validasi data
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan triangulasi.
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber informasi (informan)
dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Satori, 2009). Menurut Kresno dkk
(2006) ada tiga tipe triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode,
dan triangulasi data. Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi
sumber karena penelitian ini hanya bisa menggunakan satu metode maka tidak
menggunakan triangulasi metode sedangkan triangulasi data sulit dilakukan,
biaya mahal, dan membutuhkan waktu yang lama.
I. Keabsahan data
Dalam peningkatan keabsahan hasil penelitian, peneliti melakukan cek dan
ricek serta croscek pada prosedur penelitian yang sudah ditempuh, serta telaah
terhadap substansi penelitian. Keabsahan data suatu penelitian kualitatif
tergantung pada empat kriteria, yaitu: credibility, dependability, transferability
dan confirmability.
Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data
dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat
dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai
informan. Dalam penelitian ini, peneliti meningkatkan kualitas keterlibatan
melibatkan teman sejawat untuk berdiskusi, menggunakan bahan referensi
akan kebenaran data yang diperoleh dalam bentuk rekaman, tulisan, gambar,
dll.
Dependability merupakan suatu kekonsistenan peneliti dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan kegiatan auditing (pemeriksaan) dengan pembimbing penelitian.
Transferability merupakan cara membangun keteralihan untuk menilai
keabsahan data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan secara
rinci hasil temuan yang diperoleh, kemudian dibuat penjelasan dengan tentang
hasil wawancara dalam bentuk naratif yang menceritakan rekaman wawancara
dan catatan lapangan kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil
penelitian menggunakan jurnal dan literatur yang sesuai dengan topik
penelitian (Moleong, 2007).
Confirmability merupakan kriteria untuk menilai mutu tidaknya hasil
penelitian. Confirmability adalah suatu proses untuk memperoleh obyektifitas
data. Dalam penelitian ini, peneliti menyerahkan dokumen temuan data dalam
bentuk transkrip untuk dibaca oleh partisipan pada tahap validasi data sebagai
upaya untuk memperoleh kepastian atau obyektifitas data yang diperoleh.
J. Etika penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan langsung dengan
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan informan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan
diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar informan
mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika
informan bersedia maka informan akan menandatangani lembar
persetujuan tersebut, dan sebaliknya jika menolak maka peneliti akan tetap
menghormati hak informan.
2. Anonimity
Anonimity merupakan jaminan untuk tidak memberikan atau
mencantumkan nama informan pada penelitian dan hanya menuliskan
kode informan pada lembar pengumpul data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentiality
Confidentiality merupakan peneliti menjaminan kerahasiaan identitas serta
semua informasi yang diperoleh dari informan dan tidak akan diungkap di
34 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Informan
Secara umum gambaran karakteristik informan yang berhasil diwawancarai
beserta identitasnya sebagai berikut:
No Informan Jenis kelamin Usia Fakultas / Program Studi
1 I1 Laki-laki 24 tahun.
Adab dan Humaniora / Ilmu
perpustakaan.
2 I2 Laki-laki 20 tahun.
Ekonomi dan Bisnis /
Manajemen.
3 I3 Laki-laki 22 tahun.
Adab dan Humaniora / Ilmu
Perpustakaan.
4 I4 Laki-laki 22 tahun.
Ekonomi dan Bisnis /
Manajemen.
5 I5 Laki-laki 21 tahun.
Ekonomi dan Bisnis /
Manajemen.
6 I6 Laki-laki 23 tahun. Psikologi
7 I7 Laki-laki 23 tahun.
Ekonomi dan Bisnis /
Manajemen.
8 I8 Laki-laki 22 tahun. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
9 I9 Laki-laki 22 tahun. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
10 I10 Laki-laki 22 tahun.
Sains dan Teknologi / Teknik
Informatika.
11 I11 Laki-laki 24 tahun. Ekonomi dan Bisnis / Akutansi
12 I12 Laki-laki 23 tahun.
Dakwah dan Komunikasi /
Jurnalistik.
B. Hasil Penelitian
1. Mulai merokok
Hasil penelitian didapatkan semua informan mulai merokok pada saat masih
duduk di bangku sekolah. Dari 12 informan, didapatkan 5 (41,66%) informan
mulai merokok pada saat duduk di bangku SMA, seperti ungkapan berikut:
“Saya merokok dari kelas satu SMA, sekitar umur 18 tahun” (I1).
“Kelas 2 SMA semenjak usia 17 tahun” (I4).
“Sejak Kelas 3 SMA sekitar umur 18 tahun” (I5).
“Sejak SMA kelas 3 umur 17 tahun” (I6).
“Saya merokok kelas 1 SMA sekitar umur 18 tahun” (I7).
Didapatkan 3 (25%) informan mulai merokok pada saat duduk di bangku SMP,
seperti ungkapan berikut:
“Saya merokok dari kelas 2 SMP, dari usia 13 tahun” (I2).
“Ketika saya kelas 3 SMP sekitar umur 14 tahun” (I9).
“Berapa lamanya kurang tau cuman dari kelas 2 SMP” (I10).
Bahkan didapatkan 4 (33,33%) informan mulai merokok pada saat masih duduk di
bangku SD, seperti ungkapan berikut:
“Kalau pertama sih kelas 6 SD tapi pernah fakum juga sih sekitar 2 tahun,
kelas 3 SMP mulai lagi” (I3).
“Dari kelas5 SD” (I8).
“Mulai merokok dari SD kelas 5 cuma aktif merokok ketika SMA kelas 3
kalau SD SMP kelas 2 itu masih tentatif sifatnya insidental dalam artian
seminggu sekali jadi jarang-jarangan” (I11).
Secara umum informan mulai merokok saat usia antara 12-18 tahun.
2. Penyebab merokok
Hasil penelitian didapatkan bahwa informan merokok disebabkan karena
adanya beberapa faktor, yaitu:
a. Lingkungan pergaulan teman sebaya, seperti ungkapan berikut:
“Karena faktor temen juga, faktor kumpulan temen jadi ya
kebawa-bawalah gitu (I1).
“Kalau pertama sih ikutan temen, tapi lama menjadi kebiasaan jadi
rasa enak aja” (I3).
“Diajak teman”(I4)
“awalnya ga ada keinginan untuk merokok, hanya lingkungan yang
ngebentuk saya merokok, terus saya merasakan, saya nyaman dan
akhirnya saya merokok” (I5).
“karena kebetulan juga temen-temen saya di sekolah dan di kuliah
ngrokok semua, jadi biar banyak temennya saya ikutan ngrokok” (I6).
“karena berada di komunitas anak-anak perokok sehingga saya
terpengaruh lantas menjadi suatu kebiasaan” (I7).
“Awalnya diajakin temen, kesini-kesinya jadi semacam kebutuhan” (I8).
“Pergaulan temen-temen merokok semua jadi saya kebawa untuk
merokok (I9).
“Di lingkungan sekolah juga bertemennya ama orang gitu juga
keterusan aja” (I10).
“ada selentingan dari temen sebaya cowok ga ngrokok itu ga laki
b. Mencoba-coba, seperti ungkapan berikut:
“selain faktor temen ya pengen nyoba aja kaya gimana..eeehh sekarang
jadi ngrokok juga” (I1).
“Pertama sih saya iseng-iseng aja” (I6)
“Awalnya cuma coba-coba”(I7).
“W ngrokok karena pengen, pengen tau apa sih kenapa orang pada
ngrokok ga bisa lepas dari rokok apa enaknya itu yang menyebabkan w
ngrokok akhirnya emang nikmat lanjut ngrokok ampe sekarang” (I12).
c. Kejenuhan, seperti ungkapan berikut:
“Awalnya ketika di pesantren sering mengalami kejenuhan, setelah
ngaji setelah apa saya keluar dan itu mulai terbiasa merokok” (I4).
d. Mengisi waktu luang, seperti ungkapan berikut:
“Kalau merokok kita bisa mengisi waktu luang. Awalnya merokok cuma
buat isi waktu luang” (I2).
“Dari pada nganggur, isi waktu” (I4).
e. Ingin terlihat gaya atau keren, seperti ungkapan berikut:
“Dulu kan persoalan trend bahwa laki-laki itu pengen dibilang keren itu
merokok” (I5)
“gaya-gayaan biar ga kliatan culun” (I6).
“Awalnya coba-coba karena liat temen gaya gitu kan akhirnya saya
ngikutin”(I9).
“Awalnya w liat orang dewasa kayaknya keren banget karena ketika dia
merokok ada semacem gaya mungkin w liat orang rokok itu gaya keren”
f. Anggota keluarga perokok, seperti ungkapan berikut:
“Awalnya coba-coba karena bokap ngrokok” (I10).
3. Motivasi berhenti merokok
Hasil penelitian didapatkan bahwa secara umum hampir semua informan
mempunyai keinginan dan mencoba untuk berhenti merokok. Adapun
intensitas berhenti merokok antar informan berbeda-beda. Informan berhasil
berhenti merokok dalam beberapa hari, minggu, dan beberapa bulan. Hal ini
disebabkan motivasi antar informan yang berbeda pula. Motivasi tersebut
timbul karena adanya beberapa faktor yaitu:
a. Diri sendiri, seperti ungkapan berikut:
“Selain itu, karena faktor dari kemauan diri pribadi” (I3).
“Kadang sadar kalau bener harus berhenti merokok” (I8).
b. Kesehatan, seperti ungkapan berikut:
“Penyebab ga ngrokok itu karena sakit timbul” (I5).
“Berhenti merokok kalau saya sakit atau ingin gemukin badan” (I6).
“Sebenarnya balik lagi ke diri pribadi karena menghargai kesehatan
diri sendiri karena kesehatan itu mahal” (I7).
“Saya pernah berhenti karena sakit” (I10).
“Ketika keadaan kondisi fisik saya biasa saja, saya ga akan berhenti
merokok tapi kalau mempengaruhi kesehatan saya, saya akan berhenti
merokok” (I11).
c. Lingkungan, seperti ungkapan berikut:
“Saya tidak merokok karena keadaan sosial atau lingkungan keluarga
“Kalau di rumah saya bisa nahan karena di rumah ga ada yang
merokok” (I9).
d. Tuntutan dari luar.
“berhenti waktu mau tes masuk UIN” (I2).
“Pernah 6 bulan kemarin sempet berhenti. Yang pertama faktor karena
ada tuntutan dari seseorang. Terus dia sering nasihatin tentang
kejelekan merokok jadi rada-rada tau gitu” (I3).
“Pacar sering ngingetin berhenti merokok” (I8).
“Pertama kali masuk kuliah” (I9).
e. Ekonomi, seperti ungkapan berikut:
“Ada keinginan berhenti karena jebol (finansial), akhir-akhir ini karena
ga ada kerjaan” (I4).
“Kalau sudah berkeluarga saya pengen berhenti ngrokok karena ingin
hidup hemat tanpa membuang uang sia-sia dengan merokok” (I6).
4. Upaya berhenti merokok
Hasil penelitian didapatkan bahwa upaya beberapa perokok untuk berhenti
merokok dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Menghindar dari komunitas perokok, seperti ungkapan berikut:
“Kalau saya caranya menghindar dari orang merokok” (I1).
“Saya mencoba mengurangi pergaulan dengan orang-orang yang
ngrokok, lebih karena itikad untuk berhenti karena telah merasakan efek
b. Niat diri sendiri atau merubah sugesti, seperti ungkapan berikut:
“Usaha w sebenernya karena niat w ketika w pengen berhenti w bener
-bener full pengen berhenti, sugesti w tentang rokok, pikiran w tentang
rokok, semua rasa tentang rokok itu harus w rubah karena kalau ga
ngrubah itu susah dan w ga percaya orang bilang w berhenti ngrokok
harus bertahap w ga percaya itu buktinya w bisa ketika berhenti w full
total langsung berhenti ga secara bertahap asalkan sugesti w keinginan
w bener-bener itu memang berhasil” (I12).
c. Makan cemilan, seperti ungkapan berikut:
“paling makan permen ja, nyemil-nyemil, kalau ada cemilan ya rokok
minggir” (I1).
“Paling ngemil-ngemil karena kalau ga ngrokok bawaannya laper” (I2).
“Beli cemilan banyak biar pengganti habis makan” (I6)
d. Mengurangi porsi rokok, seperti ungkapan berikut:
“Caranya biasanya dengan memperhitungkan jatah tiap hari merokok.
Terus kedepannya berkurang, berkurang lagi” (I3).
“Paling ngurangin karena ga bisa tiba-tiba langsung berhenti
sekaligus” (I8).
“Menurunkan porsi merokok tiap hari secara bertahap” (I11).
e. Puasa, seperti ungkapan berikut:
“Puasa, karena punya keyakinan puasa itu menyehatkan, kemudian aku
lakukan olahraga karena habis olahraga biasanya kita ga mo ngrokok.
f. Mengalihkan dengan kegiatan lain seperti ungkapan berikut:
“Dilampiaskan dengan maen komputer atau maen game” (I6).
5. Kesulitan berhenti merokok
Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir semua perokok ingin berhenti
merokok, pernah berhenti merokok tetapi kembali merokok sampai sekarang. Hal
tersebut disebabkan karena beberapa faktor seperti faktor, yaitu:
a. Pergaulan teman, seperti ungkapan berikut:
“Karena faktor lingkungan juga karena temen-temen kebanyakan
merokok jadi saya ngambil kesimpulan ja, lebih baik ngikut meskipun
sedikit-sedikit buat hargain daripada nghindar ga enak, biasanya
disepelein gitu mas. Karena orang-orang kaya gitukan biasanya
ledek-ledekan cuma ga enak ja. Maksud gw kalau samping-sampingan dengan
orang merokok kan asepnya tuh, jadi daripada asepnya ga ngrokok lagi
asik ngobrol ngehindar kan ga enak, terpaksa dibakar” (I1).
“Faktor kesulitannya sih karena pengaruh pergaulan juga sih mas,
terus biasanya bingung mo nglakuin apa lagi terus jadinya ngrokok deh.
Kaya gitu biasanya”(I3).
“Lingkungan kawan-kawan atau temen-temen saya itu semuanya
merokok dulu juga saya merokok akan tetapi saya sudah berhenti
seolah-olah terpanggil kembali saya untuk merokok dan akhirnya
merokok terus (I5).
“Karena saya takut kehilangan temen-temen ketika saya nongkrong jadi
temennya berkurang atau dianggap saya ga asik bagi temen-temen
saya agak sedikit berkurang ketika ga ngrokok dengan temen-temen,
adanya duit buat beli rokok, atau bisa minta rokok ke temen. kebetulan
temen-temen sering nawarin rokok terus ya nungguin BT daripada
nglamun masih mending saya ngrokok” (I6).
“Ada, sebenernya balik lagi ke diri pribadi karena menghargai
kesehatan diri sendiri karena kesehatan itu mahal. Kalau saya hidup
dengan lingkungan yang memang ga merokok saya bisa ga merokok
karena lingkungan yang terlalu dominan ya beginilah susah” (I7).
“pergaulan juga sih mas ketika saya ingin berhenti nyampe sini pada
ngrokok semua masa saya ga, apalagi kalau lagi stress mas semakin
jadi” (I9).
b. Diri pribadi, seperti ungkapan berikut:
“Berhenti waktu mau tes masuk UIN. Kesulitannya ya bawaannya laper,
mulut ga enak, kalau ada duit, ga ada yang nglarang merokok sekalipun
cewe, mendingan pilih rokok daripada cewe, kalau cewe nglarang
ngerokok mending diputusin aja” (I2).
“Bisa ngrokok lagi karena banyak pikiran, kalau sendirian bengong mo
ngapain” (I3).
“Kesulitannya seolah-olah ga ada kegiatan tanpa rokok. Misal kita di
ruang AC, kita ga ngrokok sekian lama biasanya kalau udah 3 jam 5
jam ga ngrokok biasanya mulut saya agak gimana gitu, rasanya agak
asem-asem gitu loh, mulut rasanya ga enak, kaya digebukin orang cina