• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daerah Tangkapan Hujan Waduk Kedungombo

BERNILAI EKONOM

Al. Sentot Sudarwanto

Pendahuluan

Pembangunan adalah pergesaran dan suatu kondisi nasional yang satu menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga Katz (Tjokrowinoto, 1995). Di samping itu, pembangunan juga merupakan proses multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolute (Todaro,1997)

Pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan pembangunan. Sebagai bagian dari hal itu, keterlibatan perempuan dalam pembangunan dewasa ini semakin mendapat perhatian lebih di Indonesia, terutama berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Sejarah Gerakan Lingkungan Hidup di Indonesia tidak akan terlepas dari peran perempuan bernama Erna Witoelar, melalui pendirian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Erna Witoelar berperan sangat penting dalam meletakkan kerangka kerja bagi WALHI. Dalam realitasnya WALHI bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lainnya, yang bergerak dalam edukasi, kampanye dari advokasi lingkungan hidup tidak pernah sepi dari peran dan keterlibatan perempuan.

Peran Strategis Perempuan

Salah satu strategi terpenting yang disepakati adalah melibatkan peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang sehat, produktif, dan tanggung jawab. Tiga pilar prinsip Pembangunan Berkelanjutan (PB) yaitu aspek

sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pihak dalam masyarakat. Namun, keterlibatan masyarakat yang sangat esensial dalam pembangunan berkelanjutan ini masih terbatas dan belum menjadi suatu gerakan aksi nyata, padahal perempuan mempunyai potensi besar sebagai pelopor dalam pemeliharaan lingkungan.

Potensi perempuan yang besar dapat dikembangkan dalam pemeliharaan, pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan, karena selain jumlah perempuan cukup banyak juga telah banyak bukti bahwa perempuan telah mampu mengatasi masalah lingkungan disekitarnya. Selama ini perempuan kurang diikut sertakan dalam pengelolaan lingkungan baik itu dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Perempuan juga kurang diberi pengetahuan tentang cara pengelolaan lingkungan termasuk pengelolaan limbah dan pencegahan pencemaran lingkungan. Perempuan hanya dijadikan objek, sebagai pemakai bahan-bahan konsumsi rumah tangga, tanpa diberi pengetahuan tentang bahaya dari bahan-bahan itu terhadap dirinya, keluarga dan lingkungannya. Tujuan Millenium Development Goals 2015 mengikut sertakan perempuan dalam pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan memahami betapa pentingnya lingkungan, sehingga perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan lingkungan seperti pentingnya memperoleh air bersih untuk kesehatan dirinya dan keluarga.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka perempuan perlu diberdayakan agar dapat berperan serta dalam pemeliharaan lingkungan khususnya pencegahan pencemaran lingkungan, dengan pemberdayaan perempuan, mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang berkesinambungan. Oleh karena itu program pemberdayaan perempuan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup khususnya kaum perempuan dan peran sertanya yang aktif di masyarakat dalam pencegahan/pengendalian dampak pencemaran dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar melalui sosial budaya dengan mengangkat kearifan lokal setempat.

Peran strategis perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup terutama pengelolaan limbah terkait dengan fungsi domestik perempuan dalam rumah

1 ANALlSIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN

AGROEKOSISTEM

Trisni Utami

PENDAHULUAN

Peranan Wanita dalam Agroekosistem

Kehadiran wanita sebagai salah satu potensi untuk meningkatkan pembangunan pertanian diperlukan, mengingat jumlah penduduk wanita Indonesia yang lebih besar daripada pria. Wanita yang jumlahnya mencapai 50,3 % dari jumlah penduduk, dan diperkirakan wanita tani berjumlah 58,5 juta orang, merupakan suatu potensi sumberdaya yang sangat besar. Sebanyak 57,38 juta wanita ( 78 %) berada di pedesaan dan 55 % di antaranya terlibat di bidang pertanian. Namun akhir-akhir ini, kesempatan kerja bagi wanita di bidang pertanian semakin terbatas, sedangkan sektor non pertanian masih kurang berperan dalam perekonomian desa (Sri Suharni Siwi dkk, 1990 ).

Pada umumnya wanita di daerah pedesaan tidak hanya berperan di sektor domestik, tetapi juga terlibat dalam kegiatan di sektor pertanian. Partisipasi wanita dibidang pertanian cukup besar dalam usaha tani baik dalam proses produksi maupun pasca panen. Banyak hasil penelitian mengungkapkan bahwa wanita di pedesaan mempunyai peranan sebagai pencari nafkah, terlebih-lebih dari rumah tangga berpenghasilan rendah. Golongan ini meliputi kurang lebih 40 % dari seluruh rumah tangga pedesaan (Sri Suharni Siwi, 1990).

Gender

Gender adalah pembagian peran, kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma-norma, adat-istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Pengertian gender berbeda dengan pengertian jenis kelamin. Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki

2 dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka di dalam menyelenggarakan upaya meneruskan keturunan atau memiliki anak.

Gender memiliki perbedaan-perbedaan bentuk antara satu masyarakat dengan masyarakat lain karena perbedaan norma-norma, adat-istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat. Misalnya, pada kebanyakan masyarakat petani, bekerja di kebun adalah tugas laki-laki; sebaliknya di masyarakat Papua, kerja di kebun merupakan tugas utama perempuan dikarenakan laki-laki berburu dan menangkap ikan.

Gender berkembang dari waktu ke waktu akibat perubahan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Sekarang telah banyak perempuan yang berperan pada sector publik. Misalnya, perempuan menjadi ketua kelompok tani, petugas PPL, bahkan menjadi manajer perusahaan.

Apakah Gender itu kodrat?

Kodrat adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh sang Pencipta, sehingga manusia tidak dapat merubah maupun menolaknya. Kodrat adalah sesuatu yang sifatnya universal (tetap sepanjang hayat dikandung badan, pada setiap waktu, pada setiap tempat). Gender adalah pembagian peran laki-laki dan perempuan yang diatur oleh manusia (masyarakat). Gender berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain, bahkan di dalam suatu masyarakatpun mengalami perubahan terus. Karena itu gender bukan kodrat.

Ada tiga kodrat pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa yang melekat pada peran perempuan, yakni hamil, melahirkan dan menyesui. Peran ini tidak dapat diubah atau dipertukarkan dengan laki-laki. Hal ini merupakan kodrat yang tidak dapat dielakkan.

Permasalahan gender

Sering terjadi bias gender dalam masyarakat bahwa perempuan sebagai sumberdaya manusia dipandang hanya pantas untuk mengerjakan pekerjaan- pekerjaan domestik (memasak, mencuci dll), belum cukup diperhitungkan dalam

BAGIAN V

PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERDASAR

Dokumen terkait