• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel yang Tidak Berpengaruh terhadap Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pasar Merah

5.2. Variabel yang Tidak Berpengaruh terhadap Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita

5.2.1. Variabel Pekerjaan

Hasil analisis statistik dengan uji regresi linear berganda, menunjukkan bahwa variabel pekerjaan responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2008), bahwa pekerjaan tidak mempunyai pengaruh terhadap tindakan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Anderson yang dikutip oleh Irfan (2004), yang mengatakan bahwa salah satu faktor struktur sosial yaitu pekerjaan akan berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima. Informasi tersebut akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang ibu membawa anaknya berobat ke pelayanan kesehatan tidak berdasarkan pekerjaannya, tetapi berdasarkan ketersediaan dan kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan.

5.2.2. Variabel Penghasilan Keluarga

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel penghasilan keluarga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nainggolan (2008), bahwa variabel penghasilan tidak mempunyai pengaruh bermakna terhadap tindakan ibu dalam kaitannya dengan penyakit pneumonia pada balita.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2008), bahwa penghasilan sangat menentukan keputusan pasien pada pilihan tempat pelayanan kesehatannya. Secara umum banyak perubahan yang dialami individu oleh karena faktor penghasilan namun pengaruh faktor penghasilan sering menjadi dilema yang sampai saat ini menjadi salah satu faktor yang bisa menekan seseorang dalam membuat tindakannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden melakukan tindakan tidak berdasarkan keadaan ekonomi yang sudah baik, hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah kota Medan yang menggratiskan masyarakat berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Dengan demikian jumlah penghasilan tidak lagi menjadi pertimbangan responden untuk berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas).

5.2.3. Variabel Ketersediaan Sarana Kesehatan

Hasil analisis statistik dengan uji regresi linear berganda, menunjukkan bahwa variabel ketersediaan sarana pelayanan kesehatan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2006), bahwa adanya fasilitas kesehatan tidak memengaruhi tindakan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kathrin (2001), bahwa fasilitas yang tersedia tidak memengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Di sisi lain penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Dever yang dikutip oleh Nasution (2006), bahwa ketersediaan fasilitas yang memadai dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan sarana tidak memengaruhi tindakan responden, hal ini disebabkan oleh meskipun pelayanan kesehatan telah memadai di setiap wilayah namun masih ada masyarakat yang masih saja berobat ke dukun atau pelayanan non medis.

5.2.4. Variabel Jarak Sarana Kesehatan

Hasil analisis statistik dengan uji regresi linear berganda, menunjukkan bahwa variabel jarak sarana pelayanan kesehatan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2007), jarak dari tempat tinggal ke sarana kesehatan mendukung tindakan ibu dalam mengakses pelayanan kesehatan. Hasil pengkajian WHO di negara-negara berkembang menyatakan bahwa meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi, apabila tidak didukung oleh keterjangkauan sarana kesehatan maka akan sulit untuk mewujudkan perilaku sehat tersebut.

Hal ini juga tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dever yang dikutip oleh Nasution (2006), bahwa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain faktor organisasional yang meliputi segi kualitas dan kuantitas, keterjangkauan lokasi dan keterjangkauan sosial.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak memilih berobat ke puskesmas dengan biaya pengobatan yang gratis, selain itu juga didukung oleh mudahnya dicapai dengan angkutan umum dibandingkan ke pelayanan kesehatan swasta yang lebih mahal.

5.2.5. Variabel Pernah Tidaknya Memperoleh Informasi/Penyuluhan Tentang Pneumonia dari Petugas Kesehatan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa variabel pernah tidaknya memperoleh informasi/penyuluhan mengenai pneumonia dari petugas kesehatan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

Pendidikan kesehatan akan merangsang terjadinya perubahan tindakan seseorang hal ini didukung juga oleh cognitive theory oleh Bettinghous yang dikutip oleh Pohan (2007), yang mengemukakan bahwa ada konsistensi antar pendidikan kesehatan yang diberikan dengan perubahan yaitu dalam hal tindakan/praktik. Teori ini juga menekankan pada pemberian informasi dan pengalaman untuk menghasilkan perubahan tindakan yang diharapkan. Namun terkadang informasi yang benar dari media yang efektif pun tidak cukup untuk mengubah perilaku seseorang, karena adanya berbagai faktor penghambat. Perubahan tindakan tidaklah mudah karena membutuhkan waktu dan cara tersendiri dalam upaya mewujudkannya

Menurut Notoadmodjo (2007), perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan juga dari ada tidaknya informasi kesehatan dari petugas kesehatan. Sikap dan perilaku contoh yang positif dari kelompok referensi antara lain alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan sebagainya juga memperkuat terbentuknya perilaku tentang kesehatan. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Nur yang dikutip oleh Nainggolan (2008), bahwa terdapat pengaruh peran petugas kesehatan terhadap perilaku ibu dalam kaitannya dengan penyakit pneumonia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengetahui penyakit pneumonia setelah dokter memberi informasi pada saat responden membawa anaknya yang menderita pneumonia ke sarana pelayanan kesehatan untuk berobat. Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh responden, petugas kesehatan sebelumnya tidak pernah memberikan penyuluhan tentang pneumonia.