• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejumlah psikolog dan pendidik mulai mempelajari ketrampilan- ketrampilan anak dalam berpikir secara kritis. Memang dalam wacana psikologi dan pendidikan pemikiran kritis ini bukan tergolong ide yang baru.49 Seorang pemikir kritis adalah seseorang yang telah mengembangkan pemahaman pengetahuan dari dunia kompleks, pandangan yang berbeda berdasarkan ide dan persoalan penting yang mempunyai kekuatan menembus pengetahuan dan kecerdasan, pemikiran yang pintar dan kemampuan bahasa.50

Berpikir kritis didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Sehingga terdapat berbagai macam definisi tentang berpikir kritis diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut Ennis berpikir kritis merupakan berpikir wajar dan reflektif yang fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.51

49

Desmita, Psikologi Perkembangan …, hal.152

50

John Chaffee, Thinking Critically, (USA: Wadsworth, Cengage Learning, 2012), hal. 52

51

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 19

b. McPeck mendefinisikan berpikir kritis sebagai “ketepatan penggunaan skeptis reflektif dari suatu masalah yang dipertimbangkan sebagai wilayah permasalahan sesuai dengan disiplin materi”.52

c. Nikerson dalam Seifert dan Hoffnung mendefinisikan berpikir kritis sebagai “ reflection or thougt about complex issues, often for the purpose of choosing actions related to those issues”.53

d. Menurut Santrock berpikir kritis adalah memahami makna masalah secara lebih dalam, memperhatikan agar pikiran tetap terbuka terhadap segala pendekatan dan pandangan yang berbeda serta berpikir secara reflektif bukan hanya menerima ide yang datang ke dalam pikirannya.54 Definisi ini mengandung makna bahwa berpikir kritis sering diasumsikan sebagai penalaran kehidupan sehari-hari untuk menerima pernyataan, hasil penelitian dan melaksanakan mekanisme pembelajaran.55

e. Menurut Dacey dan Kenny berpikir kritis adalah “The ability to think logically, to apply this logical thinking to the a ssessment of situations and to make good judgment and decision”.56

f. Schafesman berpendapat bahwa berpikir kritis berarti berpikir dengan benar dalam mencari pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang sesuatu

52

Ibid., hal 21

53

Desmita, Psikologi Perkembangan …, hal.151

54

Ibid.

55Kowiyah,” Kemampuan…, hal. 177 54

di sekitar kita. Cara lain untuk mengartikannya berpikir kritis adalah masuk akal (rea sonable), reflektif, bertanggung jawab dan berpikir cakap serta terampil dan semuanya dipusatkan untuk memutuskan apa yang harus dipercayai atau dilakukan.57

g. Pikket dan Foster menyatakan berpikir kritis adalah jenis berpikir yang lebih tinggi yang bukan hanya menghafal materi, tetapi penggunaan manipulasi bahan-bahan yang dipelajari dalam situasi baru.58

h. Menurut Dewey dalam Fisher, gagasan berpikir kritis pertama kali disebut berpikir reflektif dan mendefinisikannya secara tepat sebagai aktif, gigih, hati-hati dalam mempertimbangkan keyakinan atau pembentukan pengetahuan yang mendukungnya dan menyusun kesimpulan. Jadi bukannya tindakan sederhana menerima informasi dan kemudian siap menrimanya. Berpikir kritis melibatkan proses berpikir aktif dan menganalisis apa yang diterimanya.

i. Menurut Richard Paul berpikir kritis adalah gaya berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil stuktur-stuktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.59

57Risnanosanti,” Melatih Metakognitif Siswa dalam Pembeljaran Matematika”, dalam

Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, hal. 177

58R.Rosnawati, “ Berpikir Kritis…, hal. 4 59Kowiyah,” Kemampuan…, hal. 176

j. Menurut Edward Glaser berpikir kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, (2) pengetahuan tentang metode- metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersbut. Berpikir menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.60

k. Michael Scriven berargumentasi bahwa berpikir kritis merupakan kompetensi akademis yang mirip dengan membaca dan menulis dan hampir sama pentingya. Oleh karena itu ia mendefinisikan berpikir kritis sebagai interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

l. Watson dan Glaser menyatakan berpikir kritis dari perspektif filosofis sebagai gabungan sikap, pengetahuan dan kecakapan.

Berdasarkan pengertian tentang berpikir kritis yang didefinisikan oleh para ahli di atas, walaupun menggunakan istilah atau kalimat yang berbeda- beda sesuai dengan sudut pandang dan pengertian yang yang dianut, namun banyat memiliki kesamaan makna. Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan berpikir kritis adalah berpikir secara logis, reflektif dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk

60

membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.61 Dalam perspektif deskriptif, berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. Keputusan dilakukan secara parsial dengan cara membuat daftar isian informasi yang selanjutnya dievaluasi, disintesis dan pemecahan masalah yang akhirnya menjadi sebuah keputusan.

Berpikir kritis di Amerika Serikat sering dianggap sebagai sinonim dari ketrampilan berpikir.62 Berpikir kritis menjelaskan tujuan, memeriksa asumsi- asumsi, nilai-nilai, pikiran tersembunyi, mengevaluasi bukti, menyelesaikan tindakan dan menilai kesimpulan. Kritis sebagaimana digunakan dalam ungkapan berpikir kritis, berkonotasi pentingnya atau sentralitas dari pemikiran yang mengarah pada pertanyaan isu atau masalah yang memprihatinkan. Kritis dalam konteks ini tidak berarti penolakan atau negatif.63

Kata kritis juga berhubungan dengan kata kritik yang artinya menanyakan dan mengevaluasi. Sayangnya kemampuan untuk mengkritik seringkali digunakan hanya secara buruk untuk menghancurkan pemikiran orang lain.64 Sehingga berpikir kritis diartikan beberapa orang sebagai mengkritik atau mencela orang lain setiap waktu dengan tidak konstruktif.

61

Desmita, Psikologi Perkembangan …, hal.153

62

Kuswana, Taksonomi…, hal 19

63

Ibid, hal. 20

64

Tapi ini adalah sebuah kesalahpahaman. Berpikir kritis bukan secara murni kekuatan yang menghancurkan.65 Padahal kritik dapat menjadi analisis konstruktif untuk tujuan pengembangan pemahaman yang lebih baik. Pertama, dengan menolak ide-ide buruk kita dapat lebih tepat dalam menemukan kebenaran. Kedua, berpikir dengan kritis bukan berarti mencela orang setiap waktu. Ketika orang lain benar maka kita harus menerima, dan ketika orang lain salah berpikir kritis membantu kita mengenali kesalahan yang diperbuat tapi tidak mencela mereka (apalagi jika jika kesalahan tidak menjadi permasalahan). Kita harus sopan dan dapat membantu dengan memberi alasan padanya dengan pengertian tidak langsung, misal dengan memberi petunjuk atau saran-saran. Seorang pemikir kritis dapat menjadi pribadi yang simpatik dan membangun.66

Berpikir kritis berakibat positif dan berguna, misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan apa yang harus diambil atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji suatu hipotesis. Menggunakan kemampuan berpikir kritis yang kuat memungkinkan kita untuk mengevaluasi argument dan layak untuk penerimaan berdasarkan pikirannya.67 Berpikir kritis berarti merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai

65

Lau, An Introduction, hal. 3

66

Ibid

67

pendekatan dan prespektif berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi- informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta berpikir secara reflektif daripada hanya menerima ide-ide dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan.68

Pernyataan tersebut hampir sama dengan yang diungkapkan John Caffee bahwa orang disebut ahli pemikir kritis jika mereka:69

a. Berpikir terbuka

Dalam diskusi mereka dengan hati-hati mendengarkan setiap pandangan, mengevaluasi tiap pandangan dengan hati-hati dan jelas.

b. Berpengetahuan

Ketika mereka menawarkan sebuah pendapat selalu berdasarkan fakta atau bukti. Namun jika mereka kurang berpengetahuan tentang sesuatu maka mereka mengakuinya.

c. Aktif

Mereka berinisiatif dan dengan aktif menggunakan kemampuan mereka untuk mengahadapi masalah-masalah dan menghadapi tantangan daripada hanya merespon masalah secara pasif.

d. Ingin tahu

Mereka mengeksplorasi situasi dengan memeriksa pertanyaan, sehingga menembus dasar permukaan suatu permasalahan daripada merasa nyaman dengan penjelasan-penjelasan yang dangkal.

68

Desmita, Psikologi Perkembangan …, hal.153

69

e. Pemikir Mandiri

Mereka tidak takut untuk tidak mudah setuju terhadap kumpulan pendapat. Mereka mengembangkan dukungan keyakinan secara baik lewat analisis yang bijaksana daripada hanya mengikuti ide-ide orang lain (yang tidak dipertimbangkan).

f. Cakap dalam diskusi

Mereka mendiskusikan ide-ide dalam cara yang terorganisir dan cerdas. Sama ketika ada masalah kontroversial, mereka mendengarkan dengan hati- hati untuk menolak pandangan-pandangan dan merespon secara bijaksana. g. Penuh pengertian

Mereka menggunakan hati atas permasalahan yang dihadapi. h. Sadar diri

Mereka menyadari atas kekeliruan diri mereka dan menggunakan kesalahannya dirinya tersebut dalam pertimbangan ketika menganalisis sebuah situasi.

i. Kreatif

Mereka dapat mengembangkan pola pembentukan pemikiran dan pendekatan situasi dari petunjuk-petunjuk inovatif.

j. Semangat

Mereka mempunyai semangat untuk memahami dan selalu bekerja keras untuk melihat persoalan dengan lebih jelas.

Oleh sebab itu kiranya tidak berlebihan kalau Galloti dalam Santrock menempatkan “critical thinking is a very important aspect of everyda y

reasoning”. Dengan alasan demikian Santrok menegaskan “critical thinking can and should be used not just in the classroom, but outside it as well”.70

Berpikir kritis dapat terjadi kapan saja, seperti salah satu hakim memutuskan atau memecahkan masalah. Pada umumnya seseorang harus mencari tahuapa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan dan melakukannya dengan cara yang wajar dan reflektif.71 Kemampuan berpikir kritis meliputi pengamatan, interpretasi, analisis, kesimpulan, evaluasi, penjelasan dan metakognisi.

Berpikir kritis tidak hanya melibatkan logika, tetapi ada kesiapan kriteria intelektual yang luasseperti kejelasan, kredibilitas, akurasi, presisi, relevansi, kedalaman, keluasan makna dan keseimbangan. Ennis berpendapat bahwa berpikir kritis pada dasarnya tergantung pada dua disposisi.Pertama, perhatian untuk dapat melakukannya dengan benar semaksimal mungkin dan kepedulian untuk menyajikan posisi jujur dan kejelasan. Kedua, tergantung pada proses evaluasi (menerapkan kriteria untuk menilai kemungkinan jawaban), baik secara proses implisit dan eksplisit.72

Paul membedakan dua indra berpikir kritis, yaitu bertolak dari kelemahan berbagai keterampilan yang dapat digunakan untuk mendeteksi suatu kekeliruan penalaran dan kekuatan di situasi yang paling kompleks. Paul menyatakan bahwa salah satu tujuan berpikir kritis adalah untuk

70

Desmita, Psikologi Perkembangan …, hal.154

71

Kuswana, Taksonomi…, hal. 20

72

mengembangkan perspektif peserta didik dandialog penting sebagai bahan dalam membantu mengembangkan penilaian.73

Dokumen terkait