• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada waktu yang bersamaan dalam bulan Oktober 1 926, PKI melalui cabang-cabang Serikat Rakyat di Jawa Barat, ter

utama di daerah Banten, berhasil mempengaruhi dan menghasut

kaum petani. Kaum petani itu dengan mudah dapat dipengaruhi

oleh Serikat Rakyat karena kesengsaraan hidup akibat beban

pajak berat yang sangat mencekik leher. Derita dan kemelarat­

an hidup kaum petani itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh

PKI yang berlagak sebagai "Pembela kaum buruh, kaum petani,

dan rakyat yang tertindas". Tetapi kaum buruh dan kaum

petani itu tidak sadar bahwa mereka sebenarnya hanya diper­

ala t oleh kaum komunis untuk kepentingan program perjuang­

an PKI belaka. Para agitator PKI yang berbaju dan mengenakan

lambang Serikat Rakyat atau menyamar sebagai petani miskin

itu dengan mudah berhasil membakar kebencian kaum petani

terhadap alat kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Dan

dengan mudah pula agen-agen Komunis itu berhasil menghasut

kaum petani di daerah Banten dan sekitarnya untuk melancar­

kan perlawanan bersenjata terhadap kekuasaan Pemerintah

Kolonia) setempat. Pada bulan Nopember 1 926 dalam waktu

yang hampir bersamaan, timbullah huru-hara di pelabuhan

Tanjung Priok dail daerah pinggiran kota Betawi. Di Banten dan

sekitarnya kaum petani dengan hanya bersenjatakan parang,

arit dan senjata tajam lainnya bergerak menyerang pos polisi,

rumah asisten wedana yang dianggap menjadi kaki tangan

Be Janda .

. Gubernur Jenderal Jhr.

Mr. A. CD.

de Grae// memerintah­

kan agar huru-hara dihadapi dengan tangan besi. Detasemen

militer dan polisi dikerahkan. Kantor-kantor PKI, Serikat

Rakyat, Serikat . Sekerja Buruh Pelabuhan di Betawi, Tanjung Priok, diduduki tentara dan polisi. Di pinggiran kota dan di daerah pelabuhan -terjadi bentrokan. Korban berjatuhan. Puluh­ an orang mati tertembak. Setelah huru-hara di daerah pelabuhan qan pinggiran kota Betawi dapat aitindas dengan kejam, dilaku­ kanlah penggeledahan dari rnmah ke rumah dan penangkapan terhadap ratusan orang.

Para wartawan termasuk Wage Rudolf Supratman sangat sibuk selama berhari-hari berusaha merekam peristiwa huru-hara itu. Tetapi usaha mereka tidak banyak berhasil karena dihalang­

halangi oleh fihak polisi dan tentara. Rupanya Pemerintah Hindia Belanda berusaha keras agar kekejaman yang dilakukan oleh alat keamanan dalam menindas huru-hara itu jangan sampai

· dapat diketahui dan disiarkan secara luas oleh pers. Pemerintah

kolonial juga menghalangi p.ers Melayu yang berusaha mengi­

rimkan para wartawannya ke daerah Banten. Hanya para warta­

wan dari pers Putih dan mereka yang memihak pemerintah

kolonial yang diperkenankan melawat ke daerah Banten, setelah segala sesuatunya diatur oleh fihak pemerintah Kolonial dan huru-hara telah dapat dipadamkan beberapa lama. Dengan demikian Pemerintah Kolonial berhasil menyembunyikan ke­ kejaman yang mereka lakukan dalam menindas huru-hara di Betawi dan sekitamya serta yang terjadi di daerah Banten dan sekitamya. Baru setela,h peristiwa huru-hata di . Betawi dan sekitarnya serta di daerah Banten dan sekitarnya berlalu agak lama, Pemerintah Hindia Belanda menyiarkan keterangan sing­ kat mengenai kasus itu dengan menyatakan bahwa : Huru-hara itu dilakukan oleh para "pengkhianat" yang mencoba untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. 5 2 >

Adapun orang-orang yang ditangkap di Betawi dan sekitar­

nya serta daerah Banten dan sekitarnya berjumlah tiga.befas

ribu. Hampir separohnya kemudian dibebaskan. Sejumlah

ke-1 07

putusan pengadilan kolonial. Seribu tigaratus orang lainnya di­ jatuhi hukuman buang ke Digul dan empat orang terdakwa dijatuhi hukuman mati di atas tiang gantungan. 5 3 >

Setelah Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan per­ nyataan resminya mengenai peristiwa huru-hara berdarah itu Wage Rudolf Supratman menghubungi para tokoh pergerakan, baik dari kalangan politik umum maupun dari kalangan angkat­ an muda untuk menanyakan bagaimana penilaian mereka

mengenai peristiwa huru-hara bulan Nopember

1 926.

Meskipun

ungkapan pernyataan mereka berbeda dalam gaya namun ke­ semuanya sependapat bahwa kasus huiu-hara bulan Nopember

I 926 itu sangat disesalkan. Ada yang menyesalkannya karena tidak menyetujui cara kekerasan dalam memperjuangkan ke­ merdekaan Indonesia. Ada yang menyesalkan karena saatnya belum matang untuk menempuh cara kekerasan dalam mem­ pcrjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ada pula y<l.ng menyesal­ kannya karcna huru-hara yang dinyalakan secara ceroboh oleh golongan komunis demi untuk kepentingan politik mereka sendiri mengorbankan ribuan rakyat yang tidak berdosa itu justru malah sangat merugikan perjuangan politik seluruh bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional. Namun para tokoh pergerakan itu secara objektif menilai peristiwa

huru-hara bulan Nopember

1 926

sebagai : Perlawanan terhadap

kekuasaan kaum penjajah!

Sesudah menindas peristiwa huru-hara bulan Nopember I 926 dengan tangan besi, Pemerintah Hindia Belanda semakin keras sikapnya terhadap semua pergerakan politik, pergerakan pemuda, pergerakan mahas1swa yang ada dalam kawasan Hindia Belanda. Dilakukan pengawasan ketat dengan memberikan wewenang khusus kepada agen-agen PIO, para petugas Hoofd­ parket untuk menghadiri semua pertemuan, rapat tertutup yang diselenggarakan oleh semua organisasi. Tindakan keras itu praktis mematikan semua kegiatan dari berbagai organisasi

politik, pemuda dan mahasiswa, khususnya di Betawi. Majalah mahasiswa Indonesia Raya serta surat kabar Melayu termasuk Sin Po untuk sementara waktu tidak memuat karangan dan komentar mengenai masalah politik di Hindia Belanda untuk m�nghindarkan kemungkinan dibredel oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Segera sesudah peristiwa huru-hara bulan Nopember 1 926 itu penguasa tertinggi Pemerintah Hindia Belanda, Gubemur Jenderal De Graeff. mengeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa PKI dan semua organisasi politik, organisasi massa yang bemaung di bawah PKI, sebagai organisasi-organisasi yang ter­ larang. Yang masih diijinkan melakukan kegiatan terbatas hanyalah organisasi yang bergerak dalam bidang sosial, pendi­ dikan, kesenian, kepanduan (kepramukaan).

Karena untuk sementara waktu surat kabar tidak berani memuat berita yang menyinggung kegiatan politik di tanah air, maka Wage Rudolf Supratman mengalihkan perhatiannya untuk mencari berita mengenai berbagai kegiatan sosial. Ia berusaha membantu berbagai organisasi kepanduan pribumi dengan membuat berita dan laporan mengenai kegiatan inereka. Seperti kegiatan yang dilakukan oleh Jong Java Padvinderij (Kepanduan Jong Java), National Islamitische Padvinderij (Kepanduan Islam Nasional) dan Hizbul Wathon.

3. 4 Mempersunting Salamah

Dalam bulan Desember 1 926 W.R. Supratman mempunyai banyak waktu luang karena untuk sementara teman-temannya para mahasiswa dan pemuda tidak memperlihatkan kegiatan seperti biasa di IC Kramat l 06. Gedung itu sejak peristiwa huru-hara bulan Nopember 1 926 terus-menerus dibayang­ bayangi oleh polisi dan agen-agen PID yang berpakaian sipil. Tiadanya kesibukan dan begitu banyak waktu kosong yang dihadapinya secara tiba-tiba itu menimbulkan gairah lain

1 09

dalam hatinya. Gairah pemuda yang kesepian. _Beberapa ratus meter dari tempat pondokannya yang baru di daerah Kwitang ia melihat begitu banyak gadis pribumi setiap sore santai ber­ jalan-jalan, sementara beberapa orang pemuda dengan gayanya

masing-masing mencoba menarik perhatian gadis-gadis itu. Wage Rudolf Supratman juga tak dapat menahan godaan hati­ nya untuk meringankan langkah menyusuri jalanan yang ramai itu. Konon dari petualangannya itu dalam waktu singkat saja ia berhasil memperoleh kenalan baru beberapa orang gadis kampung. Salah seorang di antaranya bemama Mujenah gadis dari kampung Petojo atau kampung Pejambon. Konon pula dengan Mujenah itu Wage Rudolf Supratman menjalin hubung­ an intim. Tetapi kisah cintanya dengan Mujenah berlangsung amat singkat sekali karena perawan itu lalu dipingit dan di­ nikahkan dengan seorang lelaki pilihan orang tuanya.

Jika kisah kasihnya dengan gadis Mujenah itu benar maka Wage Rudolf Supratman termasuk pemuda yang tidak begitu bahagia karena gagal dalam cinta pertama. Akan tetapi kisah kasihnya dengan gadis Mujenah itu sampai sekarang belum terungkap dengan jelas. Yang jelas bahwa semasa Wage Rudolf Supratman masih tinggal di Kwitang, ia berkenalan dengan seorang janda muda bemama Salamah. Riwayat perkenalan itu dimulai dengan pertemuannya dengan wanita itu pada suatu sore dekat rumah sewaktu wanita itu menanyakan besarnya ongkos kereta api ke Bandung dalam Bahasa Jawa. Pertemuan dengan wanita muda berkulit kuning dan mempunyai raut wajah yang mirip dengan Rukiyem Supratiyah kakak kandung­ nya itu dilanjutkan dengan mengantarkan wanita itu ke Bandung. 5 4 >

Selama perjalanan Jakarta - Bandung mereka mendapat kesempatan untuk sating mengenal lebih baik. Temyata wanita yang bemama Salamah itu lahir di Tengaran dan dibesarkan di Salatiga. Ayah dan ibunya telah meninggal durtla akibat

wabah penyakit di Salatiga. Salamah adalah anak tertua dan